Yuichi terbangun dari tidurnya karena merasakan sensasi hentakan di bawah sana. Yuichi juga merasakan ada sesuatu yang menghisap dadanya dan mengigit kecil di sana. Hingga akhirnya Yuichi benar-benar terbangun, saat dia merasakan di dalam tubuhnya nada benda yang bergerak cepat menumbuk dirinya.
"Kakak ...," rintihan Yuichi antara sakit dan nikmat.
Yuichi membelalakkan matanya melihat Daichi yang menunduk di atas dirinya.
"Kau sudah bangun sayang? kalau begitu, kita olahraga dulu, ya?" rayu Daichi sembari terus menggerakkan tubuhnya di bawah sana.
Daichi sangat ketagihan dengan tatapan tubuh Yuichi yang lembut. Awalnya dia hanya ingin membangunkan pria mungil itu dengan morning kiss. Tapi ternyata, sesuatu di bawahnya sangat bersemangat saat Yuichi tidak sengaja menyenggol di bawah sana. Daichi yang kalap akhirnya menindih kembali tubuh mungil itu, meski Yuichi masih tertidur pulas. Dia menarik kedua kaki Yuichi melebar ke samping dan menekuk kaki itu ke atas dada Yuichi. Lalu Daichi memasuki tubuh Yuichi dengan keras dan sekali hentak.
Yuichi kembali terkapar tak berdaya di atas tempat tidur. Sedangkan Daichi sudah bersiap-siap untuk berangkat kerja. Daichi tengah mengenakan dasinya, saat dia melirik ke arah tempat tidur. Di sana Yuichi berbaring telentang dengan kedua kaki yang mengangkang lebar. Diantara pahanya mengalir cairan putih kental yang membasahi seluruh tempat tidur. Daichi tersenyum sinis.
"Apa kau akan terus mengangkang seperti itu? kau ingin menggoda diriku lagi, Yui?" Daichi berkata dengan dingin.
Yuichi tersentak mendengar nada dingin yang terlontar dari mulut Daichi. Dia segera merapatkan kembali kedua kakinya dengan pelan. Ada rasa perih di bawah sana, saat dia menggerakkan kakinya. Yuichi meringis kesakitan.
"Jangan memasang wajah seperti jalang yang minta untuk digagahi," ucap Daichi kembali.
Yuichi kembali merasakan tusukan di dalam hatinya. Dia memalingkan wajahnya dari Daichi.
Daichi mendekati tempat tidur. Dia meraih sesuatu di dalam laci meja kecil di dekat ranjang. Yuichi tidak melihat hal itu. Dia tengah meratapi nasibnya ketika dia dikejutkan dengan sesuatu yang menerobos masuk ke dalam dirinya. Yuichi tersentak kaget.
"Akh ... apa yang Kakak lakukan? apa yang kau masukan ke dalam sana, Kakak?" pekik Yuichi terkejut.
Daichi hanya tersenyum misterius.
"Tetap biarkan saja di dalam sana. Tunggu aku pulang kerja. Jika kau melanggar ucapan ku, kau akan menerima hukuman dariku," ancam Daichi pada Yuichi yang menatap pada dirinya dengan pandangan memelas.
"Tapi aku harus pulang. Ada tugas sekolah yang harus aku kerjakan. Senin besok harus dikumpulkan. Kakak, aku mohon lepaskan benda itu dan biarkan aku pulang," pinta Yuichi merengek pada Daichi.
Tapi Daichi tidak mengacuhkannya. Daichi memilih pergi meninggalkan Yuichi di dalam sana. Dia berangkat ke kantornya dan mengunci pintu apartemen. Mengurung Yuichi di dalam apartemen sendirian.
*****
Yuya terbangun dengan linglung. Dia mendapati dirinya di dalam sebuah kamar yang tidak dikenali olehnya. Saat Yuya ingin bangkit, sepasang lengan tengah memeluk dirinya. Yuya terperanjat kaget. Dia segera memalingkan wajahnya, melihat ke pemilik tangan itu. Yuya semakin terkejut, melihat wajah tampan seorang pria yang terlihat familiar di matanya. Namun Yuya masih berusaha untuk mengingat wajah itu.
Pria itu membuka matanya dengan perlahan. Dia menatap wajah Yuya yang sedang berusaha mengingat, siapa dirinya. Pria itu mengecup pelan kening Yuya.
"Selamat pagi. Kau sudah bangun?" tanya pria itu dengan suara serak khas bangun tidur.
Yuya tersentak kaget. Dia sedikit tergagap karena terpergok sedang memandang wajah pria di depannya itu. Dengan tersipu malu, Yuya berusaha melepaskan diri dari pelukan hangat pria itu. Yuya kembali tersadar, kalau dirinya dalam keadaan telanjang di balik selimut. Pikiran Yuya semakin suram.
"Se–selamat pagi. Bisakah ... bisakah kau lepaskan pelukanmu? aku ingin ke kamar mandi," jawab Yuya memalingkan wajahnya karena malu.
Pria itu tersenyum lembut. Begitu pria itu melonggarkan pelukannya, Yuya melarikan diri ke kamar mandi dengan selimut membelit tubuhnya. Yuya menutup pintu kamar mandi dengan keras, lalu bersandar di balik pintu itu.
"Ya Tuhan ... siapa pria itu? kenapa aku bisa berakhir di tempat tidur dengan dirinya?" lirih Yuya kebingungan dan malu.
Yuya meraba bagian belakang tubuhnya. Dia mengernyitkan dahi, heran.
"Tidak sakit. Tidak ada bekas apapun?" kata Yuya dalam hati.
Yuya memeriksa tubuhnya dengan seksama di depan cermin yang ada di kamar mandi itu. Setelah memastikan tubuhnya baik-baik saja, Yuya menghela nafas lega.
"Syukurlah," bisik Yuya pelan dan lega.
Kemudian Yuya membersihkan tubuhnya di bawah siraman air shower.
Sementara di atas tempat tidur, pria bernama Ryosuke itu tersenyum kecil, melihat tingkah lucu Yuya. Ryosuke kembali menghempaskan kepalanya ke atas bantal. Dia bahagia karena hal kecil seperti ini. Akhirnya Ryosuke bisa mencium bibir yang sejak dulu didambakan olehnya.
****
Tidak lama kemudian, Yuya keluar dari kamar mandi dengan keadaan yang lebih baik. Yuya mencari-cari pakaian miliknya. Yuya sengaja menghindari tatapan mata Ryosuke. Dia merasa enggan dan malu menatap wajah pria yang masih tidak Yuya kenal.
"Kau sedang apa?" tanya Ryosuke santai bersandar pada kepala ranjang.
"Mencari pakaianku semalam. Di mana kau meletakkannya?" jawab Yuya masih enggan melihat ke arah Ryosuke.
Ryosuke menghela nafas panjang.
"Yuya ... apa kau akan terus seperti ini? mencoba menghindar dariku?" lanjut Ryosuke bertanya.
Yuya terkejut lagi. Seketika dia menoleh ke arah Ryosuke. Yuya merasa heran, bagaimana pria itu tahu namanya.
"Kau mengenalku?" sahut Yuya penasaran.
"Kau tidak mengingatku?" Ryosuke balik bertanya pada Yuya.
"Jangan main-main. Siapa kau sebenarnya?" tanya Yuya dengan tegas.
Pandangan mata Ryosuke berubah lembut. Namun ada sedikit kekecewaan di dalam mata itu. Yuya bisa melihatnya. Hal itu membuat Yuya sedikit merasa tidak enak hati.
"Kau sebaiknya katakan saja. Aku sungguh tak mengingat siapa dirimu," ujar Yuya pelan.
Ryosuke masih menatap wajah Yuya yang manis. Ada senyum di wajah Ryosuke.
"Kau benar-benar melupakanku?" tanya Ryosuke memastikan.
"Tolong katakan saja. Siapa namamu, Tuan," sahut Yuya tak sabar.
Ryosuke tersenyum miris.
"Kau bisa memanggilku Ryo," kata Ryosuke sembari bangkit dari ranjang.
Ryosuke berjalan menuju kamar mandi, tapi Ryosuke menghentikan langkahnya saat dia telah sampai di depan pintu kamar mandi.
"Semua pakaian milikmu masih di laundry. Kau bisa pakai bajuku. Pilih sesukamu di dalam lemari di samping meja kerjaku," kata Ryosuke sebelum masuk ke dalam kamar mandi dan menutup pintunya.
Yuya melihat tingkah aneh Ryosuke. Yuya hanya mengangkat kedua bahunya acuh. Lalu dia berjalan ke arah lemari yang dimaksud oleh Ryosuke. Dibukanya lemari itu. Ada banyak sekali pakaian dengan merk terkenal. Semuanya tertata rapi sesuai dengan merk dan jenis serta di bedakan dengan warna. Yuya semakin kagum dengan apa yang dilihatnya.
"Tadi kamar mandi yang sangat mewah dan luas. Sekarang lemari yang penuh dengan barang bermerek. Belum lagi kamar tidur ini yang juga sangat mewah dan elegan. Sebenarnya, seberapa kaya pria ini?" kata Yuya pelan pada dirinya sendiri.
Yuya mengambil pakaian yang dia suka. Namun saat Yuya memakai pakaian itu, ternyata ukurannya dua nomor lebih besar dari ukuran baju Yuya. Yuya terpaksa menggulung lengan bajunya dan juga celananya yang kepanjangan. Setelah selesai, Yuya menutup kembali lemari tersebut.
Yuya lalu berjalan mengitari kamar yang luas itu. Dia mendapati sebuah pintu di sisi lain dari kamar itu. Yuya membuka pintu itu dengan pelan. Yuya kembali dikejutkan oleh apa yang terdapat di balik pintu itu. Itu sebuah kamar lain dengan ukuran yang lebih kecil. Di dalam kamar itu penuh dengan pakaian, sepatu, dadi dan meja panjang di tengah Ruangan yang terbuat dari kaca. Di dalam meja itu, terdapat banyak sekali jam tangan untuk laki-laki dari berbagai merk terkenal dan juga bermacam model. Yuya segera keluar dari ruangan itu.