webnovel

Pertengkaran Sahabat

Kedua sahabat itu berbaring terlentang di atas ranjang mereka. Wajah Noah tampak berseri menatap langit-langit kamarnya.

"Noah, bagaimana kamu dengan gadis itu? Siapa namanya?" tampak Daniel memiringkan tubuhnya sedikit menghadap Noah.

"Lana. Nama gadis itu, Lana, nama yang indah." Wajah Noah tampak tersenyum.

Daniel yang melihatnya tampak merasa aneh dengan temannya satu ini. "Kamu itu kenapa? Wajah kamu senang sekali seperti itu? Kamu jatuh cinta sama dia?"

"Sok tau, Siapa yang jatuh cinta? Dan apa itu jatuh cinta?" Noah sekarang tidur membelakangi Daniel."

" Hem ... Tidak mau mengaku. Noah, ceritakan, apa yang kamu tadi katakan sama dia?" Daniel menarik baju Noah agar mau menoleh ke arahnya, tapi Noah tidak mau, dia malah memilih pura-pura tidur saja.

Daniel yang tidak kehabisan akal malah berpindah tempat tidur di depan Noah dengan muka yang di dekatkan ke arah Noah. Noah yang risih lantas bangun dan menepuk muka Daniel.

Daniel meringis kesakitan akibat tepukan tangan Noah yang membuat pipi Daniel agak merah. "Sakit, Noah!" serunya kesal.

" lagian kamu apa-apaan, Sih?" Noah menjauhkan mukanya dari sahabatnya yang penasaran itu.

"Aku cemburu kalau kamu dekat dengan seseorang, nanti kamu melupakan aku," ucap Daneil menggoda.

"Menjijikan."

Daniel lantas tertawa dengan senangnya. "Makannya ceritakan apa yang tadi kamu bicarakan sama Lana? Aku sudah mempertaruhkan hidupku tadi menolong kamu, kenapa sekarang kamu main rahasia sama aku?"

"Aku besok mau menjemputnya ke sekolah, dan aku akan mengajaknya ke bukit, di mana aku biasa ke sana."

"Apa? Kamu serius? Kamu mau mengajaknya bercinta di sana?"

Noah dengan cepat menjitak kepala Daniel. Daniel mengelus kepalanya yang dijitak oleh Noah.

"Jaga bicara kamu, aku mengajaknya di sana hanya untuk membuat dia agar sedikit tersenyum. Aku lihat dia seolah tertekan tinggal di rumah besar itu, aku kasihan melihat Lana," terang Noah dengan muka memelasnya.

Daniel menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. "Kamu itu aneh, hidup kamu sendiri saja tidak ada bahagianya, kenapa sekarang malah memikirkan membahagiakan orang lain?"

"Hidupku sekarang sudah cukup bahagia, apalagi memiliki teman seperti kamu." Noah merangkul Daniel dan lagi-lagi mereka bercanda dengan senangnya.

Beberapa menit kemudian mereka kembali duduk kelelahan di bawah ranjang setelah saling berkejar-kejaran seperti anak kecil.

"Noah, di tempat pesta kemarin aku juga bertemu dengan kenalanku waktu di club malam, dan besok juga aku akan mengajaknya jalan, aku mau berkencan dengannya."

"Jangan lupa pakai pengaman, kamu jangan membuat masalah."

"Enak saja, aku tidak akan langsung berbuat hal seperti itu. Dia masih pelajar di sekolah MacKanze."

"Apa? Kamu juga berkenala dengan gadis di sekolah itu?" Seketika expresi wajah Noah terkejut.

"Iya, memangnya kenapa? Apa Lana juga sekolah di sana?"

"Iya, Lana sekolah di sana."

"Kebetulan, nanti aku bisa bareng sama kamu, motor aku kan rusak." Daniel tersenyum tipis.

"Lalu nanti bagaimana? Aku hanya mau pergi berdua dengan Lana. Aku tidak mau kamu mengikutiku nantinya."

"Tenang saja, aku nanti akan naik mobil milik gadisku itu. Jadi aku tidak akan mengganggu kamu dan Lana." Daniel akhirnya naik ke atas ranjang dan tidur.

Noah yang masih duduk di bawah ranjang bingung, besok apa dia benar-benar bisa mengajak Lana pergi? Lalu alasannya apa?

Keesokan harinya, Lana yang sudah sarapan pagi segera berangkat ke sekolah dengan Leon. Mereka di antar oleh supir, dan nanti supirnya yang akan menjemput mereka.

"Ma, nanti pulang sekolah mau ke rumah temanku untuk mengerjakan tugas ilmiahku, jadi setelah menjemput Lana langsung pulang saja."

"Iya, Lana. Nanti mama juga mau ke acara pertemuan dengan teman-teman mama. Jadi kamu di rumah kalau butuh apa-apa tinggal bilang sama bibi saja."

"Iya, Ma," jawab Lana sambil neruskan sarapannya.

"Papa juga nanti mungkin pulang agak telat, Ma. Hari ini mau di ajak meeting dengan rekan bisnis papa di sebuah restoran." Pria dengan setelan jas lengkap itu berkata tanpa melihat.

"Lana, bagaimana dengan pesta kamu kemarin malam, apa kamu menikmatinya?" tanya mamanya, dan seketika Lana meletakkan pisau makannya, dia melirik pada adiknya yang ternyata juga melihatnya.

"Aku biasa saja, Ma. Aku tidak terlalu suka dengan pesta seperti itu, dan berharap aku tidak datang lagin ke acara seperti itu."

"Kamu, kan, memang tidak pernah suka acara seperti itu, jadi wajar kalau kamu tidak terlalu tertarik acara seperti itu."

Lana tidak menjawab, dia hanya terdiam dan melanjutkan makan paginya. Setelah sarapan Lana dan Leon berpamitan naik ke dalam satu mobil. Biasanya Leon lebih memilih naik sepedanya, tapi hari ini dia ingin bareng dengan Lana.

"Lana, kamu sebenarnya kenapa kemarin? Kenapa kamu tidak cerita sama aku?"

"Sudahlah, Leon. Kamu tidak perlu membahas masalah kemarin malam, aku tidak mau mengingatnya." Lana memilih melihat ke arah luar jendela.

Leon tidak mau mengganggu kakaknya lagi, tapi Leon sepertinya berpikir jika Lana baru saja mendapatkan hal yang buruk.

Mobil mengantar dulu Leon ke sekolahnya. Lalu kemudian dia mengantar Lana. Sampai di depan gedung sekolah, saat akan memasukin gedung sekolah, Lana melihat ada si keriting dengan cowok yang berbeda. Mereka berdua tampak akrab.

"Lana!" panggil si keriting, tapi Lana sama sekali tidak memperdulikan. Lana malah berlari masuk ke dalam gedung dan menuju kelasnya.

"Nanti kita bicara lagi, aku mau masuk sekolah dulu." Si Keriting mengecup bibir pria yang baru di kenalnya, dan dia masuk ke dalam gedung sekolahnya.

Ini cewek benar-benar dah pokoknya, semua di sosor.

Lana duduk diam di bangkunya, dia melihat sahabatnya baru masuk. Lana sama sekali tidak mau menyapanya.

"Lana, kamu kenapa? Kenapa sikap kamu jadi sok tidak kenal aku begini? Ada apa?"

"Benar kata mamaku, aku seharusnya memang menjauhi kamu."

Sahabat Lana melihat bingung pada Lana, Lana tidak pernah bersikap sepert ini. "Hei! Kamu itu kenapa? Apa salahku sama kamu?"

Lana melirik kesal pada temannya. "Kamu tidak salah, aku yang salah, kenapa aku harus mengikuti kata-kata kamu untuk hadir di pesta yang semuanya termasuk kamu tidak punya etika sama sekali."

Sahabat Lana langsung berdiri dari bangkunya. Dia menatap Lana dengan tatapan marah dan kesal.

"Dengar ya, Lana. Aku tidak tau apa maksud perkataan kamu itu, tapi yang jelas aku tidak pernah punya maksud jahat sama kamu. Aku mengajak kamu datang ke pesta itu karena aku ingin kamu bisa lebih bergaul dan tidak terkurung di dalam sangkar emas kamu itu."

Lana beranjak dari bangkunya, dia tidak bicara malah pergi dari melewati sahabatnya. Si keriting itu tambah bingung, dia juga penasaran apa sebenarnya yang terjadi dengan Lana. Dia kembali mengikuti Lana.

Lana masuk ke dalam toilet, dan di sana kebetulan sedang sepi. "Lana, kamu ini kenapa, sih?" tanya si keriting kesal.

"Apa kamu mau tau, apa yang terjadi denganku?" ucap Lana marah dengan nada agak tinggi.

"Iya, kamu itu kenapa? Ada apa sama kamu?"

Lana kemudian melonggarkan dasi sekolahnya dan memperlihatkan tanda merah pada lehernya.