webnovel

Nikah kontrak

“Jangan pernah kamu lupa. Ini hanya akan menjadi pernikahan kontrak. Kau dan aku tidak pernah benar-benar menikah. Jadi, jangan pernah kau berpikir bahwa ini adalah pernikahanmu yang sesungguhnya.” Siapa yang tidak akan terluka mendengar kalimat menyakitkan ini keluar dari mulut calon suaminya? Baru saja melangsungkan pernikahan yang megah. Bayangan sakral dan indah tentang sebuah pernikahan berkelas, hancur berkeping-keping bagaikan pecahan kaca yang tak mungkin bisa disatukan kembali. Harry Miles Theodore. Pria tampan dengan jutaan hawa dingin, menegaskan sekali lagi istri kontraknya betapa dia menginginkan pernikahan mereka demi Sofia. Nenek tercintanya yang bertekad kuat akan memusuhinya jika dia tak segera membawa cucu menantunya masuk ke keluarga besar Theodore. Pengumunan tak diberikan. Tapi niat sudah siap dijalankan. Harry yang putus asa mengadukan masalahnya pada Reihan, teman karib sekaligus bos tempat Cleo bekerja. Menjadikan wanita miskin dan penuh hutang itu mencuri kesempatan ini demi kepentingan pribadinya. Cleo Alayster. Gadis baik dan pekerja keras. Mencintai kedamaian. Namun benci jika terus diremehkan atau diinjak-injak. Pertemuan pertamanya dengan Harry tidak berkesan. Dia tak peduli seberapa tampan, kaya dan hebat kemampuannya menjalankan sebuah bisnis. Yang Cleo butuhkan saat ini hanyalah melunasi hutangnya. Segera. Tanpa menunggu lama. Dan meningkatkan suku bunganya demi perut besar Billo-Billo, sang lintah darat. Pernikahan ini pun terjadi. Tanpa dasar cinta atau saling mengenal. Bahkan persiapan pernikahan diatur oleh orang kepercayaan saja. Lalu, sejak hari pertama Cleo bertemu dengan calon nenek mertuanya... Sandiwara dimulai! Dia akan menjadi menantu yang baik selama masa kontrak itu berlaku!

lenzluph · General
Not enough ratings
522 Chs

Bab 41 ( Sepupu dari Pihak Ibu )

Meski ini bukan pertama kalinya Cleo menginjakkan kaki di gedung kantor Harry yang megah. Cleo tidak pernah sekalipun tidak terkesima melihat tingginya gedung tersebut menjulang. Tak hanya gedungnya yang selalu membuat Cleo takjub, tapi orang-orang yang ada di dalamnya pun tidak kalah membuatnya tercengang.

Seluruh staf menyambut kedatangan Harry dan Cleo dengan sangat meriah dan penuh antusiasme. Beberapa dari mereka bahkan sudah berbaris di depan pintu dan menyapa dengan ramah. Sampai-sampai ada yang membuat beberapa kata sambutan dan juga bunga spesial untuk Cleo.

Sungguh sesuatu hal yang belum pernah diterima Cleo selama ini. Entah kata apa yang bisa melukiskan situasinya. Cleo kini bagai seorang duta besar yang ingin menghadiri sebuah acara.

Cleo dapat merasa banyak sekali pasang mata menatap ke arahnya dan Harry secara bersamaan dengan penuh rasa minat dan hormat. Entah hormat karena memang sudah aturannya seperti itu. Atau hormat karena mereka memang berkeinginan seperti itu karena mereka menghormatinya.

Hingga kemudian Cleo melihat seorang datang menghampirinya. Cleo masih berusaha beradaptasi dengan baik.

"Selamat datang untuk pertama kalinya, Nyonya Cleo. Kami senang bisa menyambut Anda di sini. Saya Alfiano, Wakil Direktur di perusahaan ini. Jika Anda membutuhkan sesuatu, Anda bisa mencari saya kapan pun Anda inginkan," seru Alfiano sopan menyambut Cleo yang baru saja turun dari mobil.

Cleo mendengarkan sapaan hormat itu dengan geli.

Inikah pengaruh dari sebuah kekuasaan? Karena statusnya yang cukup tinggi maka sudah sepantasnya ia mendapatkan perlakuan yang khusus suka ataupun tidak suka?

Cleo tersenyum dengan sekedarnya membalas sambutan Alfiano. Pria yang terlihat terlalu muda untuk ukuran seorang wakil direktur.

Cleo memang sudah pernah melihat pria muda lain yang juga memiliki jabatan yang tinggi sebagai presiden direktur di perusahaan ini. Tapi, bayangan soal direktur dan wakil direktur yang sudah berumur masih saja terus terpatri di pikiran Cleo selama ini.

Dan melihat pria ramah yang ada di depannya ini, Cleo yakin umurnya pasti kurang lebih sepantaran dengannya. Mungkinkah dia menjabat sebagai wakil direktur di perusahaan ini, karena dia juga adalah bagian dari keluarga besar Theodore?

Cleo menerka sendiri kemungkinan itu.

Entah apakah isi pikirannya itu terukir jelas di wajahnya atau bagaimana, Alfiano dengan cepat dan tanpa diminta langsung memberikan penjelasan yang praktis pada Cleo.

"Saya termasuk kerabat jauh Harry. Bisa dikatakan kami sepupu jauh. Tapi dari pihak ibunya yang adalah sepupunya ibu saya. Ah, pokoknya silsilah keluarga kami cukup panjang jika harus diceritakan dari awal. Karena itu, Anda tidak perlu terlalu sungkan pada saya ke depannya. Anggaplah kita adalah keluarga," sapanya ramah dan menyenangkan.

Cleo tertawa kecil menanggapinya.

Seandainya saja Harry punya sedikit saya rasa humor dari sepupunya, pasti hari-harinya di rumah akan lebih menyenangkan. Tapi, jika Harry punya sifat menyerupai Alfiano, Cleo yakin, Harry tidak mungkin akan membutuhkan seorang istri kontrak untuk pernikahannya.

Memikirkan itu, Cleo membalas Alfiano dengan ramah.

"Senang bertemu dengan Anda, Tuan.. Alfiano?" Cleo berujar sedikit ragu. Cleo sendiri bingung harus memanggil apa wakil direktur sekaligus sepupunya Harry ini dengan lebih tepat. Sehingga itu membuat Alfino langsung menimpali Cleo.

"Alfin. Anda bisa memanggil saya Alfin. Sama seperti Harry memanggil saya Alfin. Anda juga boleh memanggil saya seperti itu," seru Alfin sopan sambil tersenyum ramah pada Cleo.

Cleo spontan ikut tersenyum demi kesopanan. Dan Harry mengabaikan kicauan Alfin yang sudah sangat biasa ia dengar dengan melangkah ke depan.

"Ayo masuk," seru Harry cepat sambil masuk ke dalam. Diikuti oleh Cleo, Alfin, dan juga Dirga yang sudah mengekori di belakang.

Sepanjang perjalanan, mulai dari para penjaga yang ada di luar sampai para resepsionis dan para pekerja yang mereka lewati, semuanya menatap mereka dengan penuh rasa ingin tahu dan patuh.

Demi Tuhan! Ini pertama kalinya ada banyak orang hormat padanya!

Cleo tersenyum kecil dalam hati. Beginikah rasanya dihormati?

"Wah-wah! Senyum Anda sangat manis, Nyonya Cleo!" seru Alfin tiba-tiba di samping Cleo.

Cleo mau tidak mau merasa malu.

Apa sikapnya ini sangat kentara? Cleo merutuki dirinya sendiri yang terlihat begitu memalukan!

Padahal Dirga sudah memperingati Cleo untuk bersikap sewajarnya. Tapi bukannya bersikap dengan wajar sesuai yang dibutuhkan, Cleo justru malah menarik perhatian Alfin yang terus merecokinya dengan berbagai pertanyaan.

"Kalau boleh tahu, bagaimana kalian bisa bertemu? Kata bibi, kalian bertemu secara tidak sengaja di sebuah pagelaran seni. Apakah itu benar? Jika benar, kapan itu terjadi? Selama ini aku sudah beberapa kali mengajak Harry untuk pergi bersama ke acara semacam itu. Tapi jangankan mengiyakan. Bocah satu ini malah terus mengacuhkanku. Jadi kalau aku boleh tahu, pangelaran seni mana yang menjadi saksi temu kalian berdua? Apakah di 'Monach Activity'? Atau 'The Glassyss Soral Sistem'?"

Cleo mengedipkan kedua matanya dua kali.

Apa? Apa yang dibicarakannya? Monach Activity? The Glassyss... apa?

Haizz... benar-benar membuat Cleo kehilangan selera untuk melanjutkan langkahnya!!

Cleo melirik Harry dan Dirga beberapa kali. Apa mereka sudah terbiasa dengan segala penuturan Alfin yang tidak pada tempatnya dan tanpa pemberhentian ini?

Kenapa mereka tampaknya dapat bersikap sangat tenang selama mereka berada dalam satu lift yang sama dengan Alfin menuju ke atas ? Apa Alfin memang selalu sangat cerewet selama ini?

Cleo menahan segala ketidaknyamanannya dalam-dalam.

"Aku sungguh tidak menyangka, kau bisa mendapatkan wanita yang sangat manis seperti ini di sampingmu. Jika aku tahu ada gadis yang begitu menawan seperti Anda, aku pasti sudah mendahului Harry untuk mendapatkannya. Sayang, kita bertemu sangat terlambat," Alfin berceloteh dengan sesuka hatinya dan semakin melantur.

Cleo membalas ucapannya itu dengan senyum sekedarnya.

"Saya merasa sangat tersanjung dengan pujian Anda yang berlebihan, Tuan Alfin. Tapi, bisakah Anda mengurangi sedikit saja pujian Anda yang sangat menyanjung itu karena saya merasa cukup mual saat ini?" ujar Cleo sopan tapi juga dingin.

Alfin spontan tertegun . Dirga yang berada dibelakang diam-diam menahan tawa. Dan Harry, yang sejak awal memang tidak memberikan ekspresi apapun yang berarti. Melirik keduanya dalam diam.

Sehingga Alfin melangkahkan kakinya mundur sedikit ke belakang, untuk berbisik pada sepupunya.

***