webnovel

Night King : Kebangkitan Sang Kucing Hitam

Pertemuannya dengan bocah delapan tahun membuat Lin Tian sadar, bahwa kekuatan tidak sepenuhnya bisa melindungi banyak orang. Sebaliknya, dengan kekuatan dan kekuasaan membuat orang-orang semakin menderita, terutama mereka yang lemah. Ketika Lin Tian hendak mengajak bocah tersebut untuk pergi, saat itu juga gerombolan Pendekar mengepung dirinya. Bocah tersebut tewas saat salah satu Pendekar menjadikannya dirinya sebagai tawanan. Lin Tian yang sudah dipenuhi luka itu akhirnya mengerahkan seluruh tenaga dan kemampuannya untuk membunuh semua pendekar tersebut. Lin Tian pun menghembuskan napas terakhirnya. Namun, ketika dia membuka matanya bukan Nirwana yang didapatnya, tetapi dunia yang jauh berbeda dengan masa lalunya. Takdir telah membawanya ke masa depan, lebih tepatnya di tahun 2022. Ribuan tahun hari kehidupan sebelumnya. Namun, pada kehidupan keduanya pun dunia tidak jauh berbeda dengan kehidupan pertamanya. Ketidakadilan masih meraja rela, bahkan lebih kejam dari yang pernah dilihatnya. Lin Tian tidak memiliki pengalaman apa-apa pada kehidupan keduanya. Akan tetapi, dia bertekad untuk mengembalikan kedamaian dunia. Mampukah Lin Tian mengembalikan senyuman orang-orang yang ada di sekitarnya? Akankah kehidupan barunya membuat Lin Tian menyesali kematiannya? Takdir apa yang akan Lin Tian jalani nanti? Siapkah Lin Tian mengetahui kalau orang-orang yang pernah ada di kehidupan pertamanya, hadir di dunia baru ini?

arayan_xander · Action
Not enough ratings
205 Chs

196. Kritis

"Andai saja kau dapat berbicara, bisa kah kau sampaikan pesanku padanya yang kini berada jauh di sana, wahai Sang Bulan?" gumam Abimanyu, yang memandang lekat Bulan di hadapannya.

Hari mulai berganti gelap. Matahari yang semula bersinar terang, kini berganti dengan sang Rembulan.

Abimanyu sudah memandang bulan sejak satu jam lalu, dan menjadikan bulan itu teman bicaranya. Semua kerinduannya akan Erika, dia sampaikan pada rembulan yang seolah-olah dapat memahami dirinya.

"Ah, sudahlah. Kau pasti tidak memahami perkataanku, aku yang terlalu bodoh. Dasar, Abimanyu," gerutunya sambil menepuk kening, dan tersenyum.

Sadar kalau yang dilakukannya hanya sia-sia, Abimanyu hanya bisa menertawakan dirinya sendiri. Sejak satu jam dia terus mengoceh hal yang tidak jelas. Jika saja, Bulan bisa berbicara mungkin dia akan berkata, kalau dia bosan mendengarkan ocehan Abimanyu.