webnovel

Night King : Kebangkitan Sang Kucing Hitam

Pertemuannya dengan bocah delapan tahun membuat Lin Tian sadar, bahwa kekuatan tidak sepenuhnya bisa melindungi banyak orang. Sebaliknya, dengan kekuatan dan kekuasaan membuat orang-orang semakin menderita, terutama mereka yang lemah. Ketika Lin Tian hendak mengajak bocah tersebut untuk pergi, saat itu juga gerombolan Pendekar mengepung dirinya. Bocah tersebut tewas saat salah satu Pendekar menjadikannya dirinya sebagai tawanan. Lin Tian yang sudah dipenuhi luka itu akhirnya mengerahkan seluruh tenaga dan kemampuannya untuk membunuh semua pendekar tersebut. Lin Tian pun menghembuskan napas terakhirnya. Namun, ketika dia membuka matanya bukan Nirwana yang didapatnya, tetapi dunia yang jauh berbeda dengan masa lalunya. Takdir telah membawanya ke masa depan, lebih tepatnya di tahun 2022. Ribuan tahun hari kehidupan sebelumnya. Namun, pada kehidupan keduanya pun dunia tidak jauh berbeda dengan kehidupan pertamanya. Ketidakadilan masih meraja rela, bahkan lebih kejam dari yang pernah dilihatnya. Lin Tian tidak memiliki pengalaman apa-apa pada kehidupan keduanya. Akan tetapi, dia bertekad untuk mengembalikan kedamaian dunia. Mampukah Lin Tian mengembalikan senyuman orang-orang yang ada di sekitarnya? Akankah kehidupan barunya membuat Lin Tian menyesali kematiannya? Takdir apa yang akan Lin Tian jalani nanti? Siapkah Lin Tian mengetahui kalau orang-orang yang pernah ada di kehidupan pertamanya, hadir di dunia baru ini?

arayan_xander · Action
Not enough ratings
205 Chs

189. Pesta Penyambutan

Jantungnya seolah berhenti berfungsi. Napasnya terpompa lebih cepat dari sebelumnya, "Karan ..." lirihnya kemudian, sambil memegangi dada yang terasa sesak hingga ke ubun-ubun.

"Putraku! Apa dia benar-benar pergi dan tidak akan pernah kembali? Kalau memang begitu, lalu bagaimana dengan perusahaan? Apa yang akan kujawab andai Mas Putra bertanya nanti?"

Satu hal yang mengusik pikiran Yolanda, yaitu kepulangan Putra Sastro Sujarwo dari Jerman nanti. Pria yang telah menikahinya selama empat puluh tahun, pasti akan bertanya perihal perginya Karan.

"Harus kujawab nanti? Ya Allah." Dia mendongak, sembari meminta petunjuk dari Sang Maha Cipta, "Ya Allah. Tolong bawa kembali Karan. Jangan sampai di benar-benar meninggalkan rumah, Ya Allah. Lindungi dia selalu, Ya Allah."

Yolanda membatin, sambil memegangi dadanya yang berangsur-angsur membaik dan mulai tenang dari sebelumnya.

***