webnovel

Newone

Do Kyungsoo, yang menghabiskan waktu masa kecilnya di Los Angeles, karena suatu hal harus melanjutkan jenjang kuliah di negara asalnya, Korea Selatan, tepatnya di kota Seoul. Menjadi pendatang baru bukanlah perkara mudah bagi Kyungsoo. Namun ia mampu untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya dengan baik dan memiliki sahabat yang setia. Tak hanya itu, Kyungsoo yang sebelumnya belum pernah jatuh cinta baik pada perempuan maupun lelaki, dihadapkan pada sebuah pilihan dilematis, dimana dia jatuh hati tidak hanya pada satu orang saja. Kyungsoo pun tak mengira, perasaan cintanya tersebut bukan mendatangkan sebuah hal yang bahagia, malah menjadi sebuah pengalaman yang tak pernah ia duga sebelumnya, atau bahkan pernah ia mimpikan dalam mimpi terliarnya sekalipun.

domagicworld · Celebrities
Not enough ratings
15 Chs

Chapter 4

"Kyungsoo, bisa kau bawakan buku bersampul merah disampingmu itu kemari?"

Lelaki mungil yang merasa dipanggil namanya itu, mendongak dari satu buku yang sedang ia tulis sesuatu diatasnya. Dia mengambil buku yang dimaksud dan membawakannya pada Hyeorin.

"Gomawo," kata Hyeorin menerima buku itu, "kalau kau lelah kau boleh beristirahat dahulu. Kurasa kita bisa menyelesaikannya sedikit lagi jadi besok hari kita bisa membereskan semua yang tersisa."

"Baik, sunbae." kata Kyungsoo.

Hari sudah malam. Jam menunjukkan pukul tujuh lewat dua puluh menit. Saat ini Kyungsoo sedang membantu Hyeorin yang merupakan koordinator sekretaris Yeonhab untuk membereskan beberapa hal untuk sebuah acara yang akan diadakan di SM Seoul University bulan depan. Saat melewati sebuah papan struktur organisasi, Kyungsoo mengamati sesaat dan membacanya.

Yeonhab yang dipimpin oleh satu presiden dan wakil presiden, memiliki beberapa supervisi dibawah struktur organisasinya dengan satu koordinator di setiap supervisi. Supervisinya sendiri terdiri dari lima, yaitu Supervisi Hubungan Masyarakat, Supervisi Keuangan, Supervisi Sekretariat dan Administasi, Supervisi Olahraga dan Kesenian, dan Supervisi Lingkungan. Dan setiap supervisi memiliki beberapa sub supervisi atau bagian lain dibawah strukturnya, contohnya seperti di supervisi Hubungan Masyarakat memiliki dua bagian yaitu Bagian Relation Internal dan Relation Eksternal.

Kyungsoo sendiri berada dibawah supervisi Sekretariat dan Administrasi bagian Pengelolaan Administrasi dan Pembukuan. Hyeorin adalah koordinator supervisi ini. Ada dua anggota lain yang bersama Kyungsoo di bagian ini namun mereka berdua sudah membantu bekerja tadi pagi dan siang. Hingga kini giliran Kyungsoo yang ganti membantu.

"Melelahkan, ya," Hyeorin melipat sesuatu dan memasukkannya ke dalam amplop cokelat besar, "acara ini diadakan setiap tahun dan menjadi salah satu acara yang cukup besar. Banyak orang luar yang akan hadir, maka persiapan nya pun akan sangat melelahkan," katanya meregangkan kedua tangannya.

"Kelihatannya akan seru, sunbae. Aku sudah membaca rundown acaranya," kata Kyungsoo antusias.

Bulan depan SM Seoul University akan menyelenggarakan sebuah acara tahunan yang mengundang kampus lain untuk ikut berpartisipasi. Nama acaranya adalah "Campus Solidarity", dimana akan banyak even-even seperti pertandingan olahraga, acara amal, acara musik, dan masih banyak hal lain diadakan untuk menyemarakan acara.

Campus Solidarity sering diadakan setiap tahun dan sudah menjadi rutinitas tahunan kampus ini. Karena acara ini merupakan acara besar yang diselenggarakan, semua anggota Yeonhab akan menjadi sibuk untuk mempersiapkan acara dari jauh-jauh hari. Yeonhab sebagai organisasi mahasiswa di kampus yang akan mengatur dan mengoordinasi semua acara dan pihak yang terlibat.

"Kau benar. Ini akan seru. Tapi ya persiapannya akan sangat melelahkan. Semakin mendekat hari acara, kita akan selalu pulang malam," kata Hyeorin yang meski terlihat lelah tapi masih sempat tertawa kecil.

"Tak apa, ini akan menjadi salah satu pengalaman menyenangkan," kata Kyungsoo.

"Oh ya, kau itu pindahan dari Los Angeles, ya?" tanya Hyeorin, yang memutar tubuhnya menghadap ke Kyungsoo. Dia memangku kepalanya dengan tangan kanannya.

"Betul, sunbae."

"Coba ceritakan bagaimana kau bisa akhirnya kemari."

Kyungsoo menutup buku yang sedang ia tulis dan mulai bercerita.

"Ayahku memang asli sini. Dua puluh tahun lalu saat ia sedang melakukan kunjungan kerja ke Los Angeles, dia bertemu dengan ibu. Singkat cerita mereka berdua menikah dan ayah memutuskan untuk pindah dan tinggal bersama ibu, karena kebetulan juga dia mendapatkan promosi untuk bekerja di kantor cabangnya di Los Angeles. Karena tiga tahun lagi dari sekarang ayah akan pensiun, maka ia dan ibu berencana untuk kembali ke negara ini. Lalu aku diminta untuk kuliah disini sambil menunggu ayah dan ibu kemari juga tiga tahun lagi," kata Kyungsoo bercerita panjang lebar.

"Wow, jadi ini pertama kali kau ke Seoul?" tanya Hyeorin takjub.

"Betul, sunbae. Sebelumnya aku belum pernah bepergian jauh."

"Luar biasa. Kau tak punya kakak atau adik?"

"Hmm, aku anak satu-satunya," kata Kyungsoo nyengir.

"Kau harus bisa membanggakan kedua orang tuamu, kalau begitu. Tapi tenang saja, kau masuk ke kampus yang tepat," kata Hyeorin menjentikan jarinya sambil tersenyum, "kau harus rajin belajar."

"Tentu saja. Aku tak ingin mengecewakan kedua orang tuaku."

Hyeorin mengangguk, "kupikir kalau kuperhatikan, kau mirip sekali dengan adik laki-laki ku," katanya.

"Benarkah? Mirip apanya?" tanya Kyungsoo bingung.

"Dia lebih memilih kuliah di Tokyo dengan alasan ingin belajar hidup mandiri. Kedua orang tuaku awalnya menentang keinginannya itu tapi ia tetap bersikeras. Akhirnya kedua orang tuaku merelakan dia kuliah disana. Aku sendiri mendukung keputusannya itu," jelas Hyeorin.

Hyeorin membuat gerakan dengan jarinya mengamati Kyungsoo, "kurasa dia sepertimu. Tingginya, berat badannya. Aku melihatmu seperti melihat adikku. Mungkin kini dia juga sedang kuliah disana sendiri sambil membantu sunbae nya mengerjakan sesuatu, sama sepertimu sekarang," katanya tertawa. Kyungsoo pun ikut tertawa mendengar ucapan Hyeorin itu.

Tiba-tiba terdengar pintu ruangan diketuk. Hyeorin menoleh dan berkata, "masuk."

Pintu terbuka perlahan. Seorang laki-laki jangkung masuk. Gayanya cool dengan rambut cokelat gelap dan poni panjang yang disisir rapi ke bagian belakang. Jaket cokelat tua dengan kaos berkerah putih polos dan celana jeans hitam. Sepatu sport Adidas hitam polet putih yang berdecit sedikit saat ia berhenti di depan meja Hyeorin. Dia membawa sebuah map biru dan meletakkannya di meja.

"Aku sudah tanda tangan semua," katanya dengan suara yang agak berat.

Jujur, Kyungsoo selalu terpesona dengan tampilan menawan laki-laki ini. Terpesona karena orang ini walau tampil sederhana tapi selalu stylish dan memiliki aura kuat seorang pemimpin yang dihormati. Tak perlu dihitung berapa banyak perempuan yang dibuatnya tersipu dan salah tingkah setiap dia melempar senyum yang ramah. Banyak laki-laki yang juga mengagumi karena sikap berwibawanya. Terutama laki-laki yang "aneh" menurut Kyungsoo ikut terpesona pada Kim Junmyeon, presiden Yeonhab ini. Nama akrabnya adalah Suho.

"Gomawoyo. Besok kau ada rapat dengan dewan kampus jam satu di ruangan rapat gedung Armstrong," kata Hyeorin mengambil map yang disimpan Suho dan memindahkan ke lemari susun di belakang mejanya.

"Baiklah. Kau ikut denganku, kan?" tanya Suho duduk di meja Hyeorin.

"Inginnya sih tak perlu ikut. Tiga hari ini aku rapat terus, sungguh lelah," kata Hyeorin membunyikan buku-buku jarinya.

"Aku tak mau kalau kau tak ikut," Suho mengangkat bahunya seperti tak peduli.

Hyeorin mengernyitkan keningnya dan ekspresi cemberut membuat Suho terkekeh.

"Kenapa kau belum pulang? Myung belum menjemputmu?"

"Tadi dia sudah mengabariku. Mungkin sebentar lagi dia sampai."

"Kalian berdua serasi sekali. Sampaikan padanya jangan menyakiti adikku ini," kata Suho menepuk pelan kepala Hyeorin dengan telunjuknya.

Hyeorin menggeleng. Diantara semua perempuan di kampus ini mungkin hanya dia yang tidak ada ketertarikan pada Suho. Dia sangat mencintai kekasihnya Myung yang berkuliah di tempat lain.

"Oh ya Kyungsoo, kau boleh selesai. Nanti kau sakit karena kelelahan," kata Hyeorin melambai pada Kyungsoo yang sejak tadi hanya menonton mereka berdua bercakap-cakap.

Suho menoleh ke arah Hyeorin melambai. Tampaknya dia baru menyadari jika masih ada orang lain di ruangan ini.

"Kau anggota baru, ya?" tanya nya yang memberikan senyuman ramah, "siapa namamu?"

"Namaku Do Kyungsoo, sunbae. Tapi aku sering dipanggil Kyungsoo," kata Kyungsoo mengangguk sedikit.

"Oh kau yang diceritakan oleh Sehun pindahan dari Los Angeles itu?"

"Ne, sunbae," kata Kyungsoo yang sedikit terkejut kalau Sehun sudah menceritakan tentangnya pada Suho.

"Kau mahasiswa jurusan apa?"

"Aku mengambil jurusan Teknologi Informasi."

"Kalau begitu kau adik kelasku. Suatu hari aku akan masuk kelasmu," kata Suho tersenyum, yang diakui Kyungsoo senyumnya itu memang sangat memesona.

Melihat Kyungsoo tak mengerti maksud ucapan Suho baru saja, Hyeorin ikut dalam pembicaraan, "Suho ini asisten dosen mata kuliah Pemrograman Berbasis Web. Jika dosenmu nanti tidak ada, dia yang akan mengajar di kelasmu," jelas Hyeorin.

Meski masih kurang begitu paham maksudnya, Kyungsoo hanya mengangguk kecil dan tersenyum simpul.

"Baiklah, rasanya sudah cukup kalian bekerja malam ini. Pulanglah dan beristirahat," kata Suho menatap bergantian pada Kyungsoo dan Hyeorin, "sampai jumpa, Hyeorin, Kyungsoo," tambahnya.

"Sampai jumpa, oppa," kata Hyeorin.

"Sampai jumpa, sunbae," kata Kyungsoo memberi anggukan singkat.

Suho melambai sesaat dan berjalan keluar. Hyeorin meraih tasnya dan menyampirkan ke bahunya lalu membawa beberapa map ke pangkuannya. Begitu pun Kyungsoo yang mengambil tasnya dari bawah meja.

"Apa besok kita akan melanjutkan lagi, sunbae?" tanya Kyungsoo saat mereka berdua keluar dari ruangan. Hyeorin menutup pintu dan menguncinya.

"Kurasa tidak besok. Aku harus mengikuti rapat dengan dewan kampus mendampingi Suho."

"Kukira kau benar tidak mau mengikuti rapat itu tadi saat berkata pada Suho sunbae."

"Ayolah, aku hanya bercanda," kata Hyeorin tertawa. Dia mengambil ponsel dari dalam tas nya saat ada sebuah notifikasi masuk.

"Myung sudah menjemput di depan. Sampai jumpa, Kyungsoo. Terima kasih sudah membantu hari ini," Hyeorin melambaikan tangannya.

"Sampai jumpa, sunbae. Gamsa habnida," kata Kyungsoo mengangguk sedikit.

Hyeorin pun berjalan cepat meninggalkan Kyungsoo yang memilih untuk berjalan santai. Walau waktu sudah agak malam, namun masih ada beberapa kegiatan perkuliahan yang masih berlangsung. Memang tidak seramai siang hari, tapi beberapa mahasiswa masih berada di beberapa kelas untuk mengikuti kelas atau ada kegiatan ekskul tertentu.

Saat berjalan di taman, Kyungsoo menoleh ke arah gedung Beethoven lantai dua yang lampunya masih menyala. Itu adalah ruang grup musik. Karena penasaran, Kyungsoo berbelok dan berjalan ke arah gedung Beethoven.

Ia mendekati pintu ruangan, dan bisa mendengar petikan gitar dan suara orang menyanyi dari dalam yang sudah tidak asing lagi di telinganya.

"Baby I'm sorry neowa isseodo nan lonely

Saranghagin naega bujokhanga bwa

Ireon motnan nal yongseohae

I'm sorry

Ige neowa noeui story

Sarangiran naegen gwabunhanga bwa

Ne gyeote isseodo

Baby I'm so lonely lonely lonely lonely lonely

Baby I'm so lonely lonely lonely lonely lonely..."

Kyungsoo membuka pintu ruangan perlahan. Dia melihat Chanyeol menyanyi dengan posisi membelakangi pintu, diatas kursi kecil bulat dengan gitar ditangannya. Menyadari pintu terbuka, Chanyeol menoleh.

"Kyungsoo," katanya. Wajahnya terlihat kusut dengan rambut yang sedikit acak-acakan. Meski begitu lesung pipi khas nya masih terlihat ketika ia tersenyum kecil.

"Kenapa berhenti, teruskan," kata Kyungsoo tersenyum.

Tapi Chanyeol menggelengkan kepalanya, kemudian meletakkan gitar pada tempat penyimpanannya. Menyadari ada hal yang ganjil, karena melihat ekspresi murung di wajah Chanyeol, Kyungsoo pun bertanya, "kau kenapa?"

Laki-laki jangkung itu tak menjawab. Matanya hanya menerawang keluar jendela ke arah kegelapan. Raut wajahnya tercampur antara kelelahan dan kesedihan.

"Hey," gumam Kyungsoo, yang sukses menyadarkan Chanyeol dari lamunannya.

"Aku tak apa-apa. Hanya ada pertengkaran kecil dengan pacarku," kata Chanyeol pelan.

Kyungsoo tak tahu harus memberi penghiburan apa karena ia sendiri belum pernah berpacaran sehingga tak tahu bagaimana rasanya saat bertengkar dengan pacar. Tapi melihat begitu kusutnya wajah Chanyeol, Kyungsoo menyadari betapa seriusnya yang dialami Chanyeol ini.

"Kenapa kalian bertengkar?" tanya Kyungsoo, yang merasa tak punya pertanyaan lain, meski pertanyaan nya ini terdengar agak kurang sopan karena Kyungsoo tak tahu pacar Chanyeol dan menurutnya seharusnya ia tak coba cari tahu apa yang terjadi.

Sekali lagi Chanyeol hanya tertunduk tak menjawab. Tiba-tiba saja pintu ruangan terbuka lagi membuat mereka berdua menoleh terkejut. Berdiri di ambang pintu dengan nafas terengah-engah dan wajah penuh luka, Kai membetulkan jaketnya yang melorot sedikit.

Baik Kyungsoo maupun Chanyeol terkejut melihat keadaan Kai yang berantakan. Chanyeol lantas berjalan menghampiri Kai.

"Kenapa denganmu? Apa yang terjadi?" katanya membalik-balikkan wajah Kai yang terluka di ujung bibir dan pipinya.

"Aku hanya berkelahi," Kai menjawab singkat.

"Berkelahi? Dengan siapa?" tanya Chanyeol.

Kai tidak menjawab. Dia hanya menoleh ke sisi.

"Hey," kata Chanyeol menepuk bahu Kai menyadarkannya, "jawab pertanyaanku, kau berkelahi dengan siapa?"

"Aku kembali ke tempat itu lagi dan menghajar Jiyong," kata Kai mendengus setelahnya.

"YA!" Chanyeol terperanjat dan berkata dengan keras, "kenapa kau kembali kesana? Dan kalian berkelahi disana? Kenapa kau melakukan hal bodoh seperti itu?" bentaknya.

"Kau pikir aku bisa diam saja melihat sahabatku hancur karena pacarnya diganggu dan direbut oleh si brengsek Jiyong," kata Kai membalas dengan keras.

"Tapi kau tak perlu seperti ini. Itu urusanku dengan Jiyong. Kau ini bodoh atau apa," kata Chanyeol yang menggeleng tak percaya.

"Aku hanya ingin membelamu, Yeol. Lagipula aku memang benci sekali penjilat seperti Jiyong. Dia sudah pernah menghancurkan hidupku, dan aku tak mau juga dia menghancurkan hidupmu. Sahabatku!"

Baiklah, Kyungsoo samasekali hanya bisa terpaku menyaksikan kedua sahabat ini saling membentak satu sama lain membicarakan sesuatu yang tidak dimengertinya. Dia mengurungkan niat melerai mereka berdua karena tak ingin ikut campur. Saat kelihatannya suasana semakin memanas, ketika Chanyeol mendorong Kai dengan tatapan marah dan Kai terlihat hendak maju kembali membalas, Kyungsoo segera maju diantara kedua sahabat itu, menahan dada Kai.

"Tenanglah, sunbae. Kalian berdua tak perlu saling emosi. Mari kita selesaikan ini dengan baik-baik," kata Kyungsoo diantara kedua orang yang saling menatap galak itu. Sebetulnya Kyungsoo sendiri agak takut, namun keadaan akan semakin panas jika tak ada yang menengahi.

Chanyeol dan Kai masih saling bertatapan. Dada mereka naik turun dengan nafas tak beraturan karena emosi yang terpancar jelas di wajah masing-masing. Tak lama setelah itu, Chanyeol berbalik dan keluar dari ruangan, meninggalkan Kai dan Kyungsoo.

Kai mengerling sekilas ke arah pintu dimana Cbanyeol baru saja pergi sambil berusaha mengatur nafasnya lagi. Sementara itu, Kyungsoo tak tahu harus melakukan apa. Ia menatap sekilas ke arah pintu, lalu menatap Kai di depannya.

"Kau harus mengobati lukamu segera," kata Kyungsoo, yang sudah ia tahu pasti tak akan direspon oleh Kai. Dia berbalik dan saat akan berjalan ke pintu, tanpa ia duga Kai memanggilnya membuat Kyungsoo kembali menoleh padanya.

"Jangan pergi. Aku butuh teman," bisiknya tanpa melihat pada Kyungsoo.

*

Dengan sedikit meringis kesakitan, Kai mengoleskan krim ke luka di pipinya. Sudah beberapa kapas digunakan untuk mengobati luka-luka di wajahnya. Kyungsoo datang menghampiri membawa segelas teh hijau hangat yang masih mengepulkan asap dan menyimpannya di meja.

Kyungsoo menawarkan bantuan pada Kai ke apartemennya karena ingin membantu mengobati luka yang ia alami. Tanpa interupsi Kai menyetujui ide itu karena apartemen Kyungsoo memang tak jauh dari kampus.

"Ini akan membantumu sedikit. Setidaknya itu yang disampaikan Ann imo saat kemarin aku terluka," kata Kyungsoo.

Tidak mengherankan bagi Kyungsoo kalau Kai tidak berkata apapun saat mengambil gelas dan meniupnya pelan. Tapi rupanya kali ini ia salah, karena setelah menghirup teh hijau itu perlahan, Kai berbisik, "gomawo."

Sungguh agak aneh, pikir Kyungsoo, kalau Kai akhirnya berterima kasih padanya. Tapi dia menghargai yang dilakukan Kai itu.

"Sudah lebih baik?" tanya Kyungsoo, yang hanya dijawab anggukan oleh Kai.

Suasana kembali hening. Kai hanya menatap kosong ke depan, dan Kyungsoo bingung harus memulai pertanyaan apa karena Kai tidak menunjukkan minat untuk ngobrol dengannya. Sadar akan suasana canggung ini, Kyungsoo pun mencoba memecah keheningan dengan mengajak Kai mengobrol.

"Kau keberatan kalau menceritakan apa yang terjadi?" tanya Kyungsoo ragu-ragu, "siapa tahu akan membuatmu lebih baik lagi."

Kai hanya menghela nafas panjang. Dia membuka mulutnya dan mulai berbicara.

"Kau tadi sudah mendengar apa yang terjadi di ruang musik."

"Ne, aku mendengar apa yang tadi kalian bicarakan. Tapi aku tak tahu bagaimana itu bisa terjadi. Bahkan aku tak tahu siapa itu Jiyong," ucap Kyungsoo.

Meski terlihat tidak menunjukkan minat bicara, tapi Kai melanjutkan percakapan dengan menceritakan apa yang terjadi beberapa saat yang lalu.

"Jiyong adalah orang yang sudah merebut Suzy dari Chanyeol. Tadi sore saat aku dan Chanyeol bersama yang lain sedang bermain basket di dome kampus sebelah, Suzy datang dan tiba-tiba memutuskan Chanyeol. Karena menyadari ada yang tidak beres, Chanyeol mencoba meminta penjelasan pada Suzy tapi dia tidak menghiraukannya. Tak lama setelah itu, Jiyong datang hingga terjadi pemukulan oleh Chanyeol pada Jiyong. Itu adalah kesalahan fatal, karena Jiyong adalah mahasiswa disana. Lalu kami pun diusir dari tempat itu," jelas Kai.

Kyungsoo tak pernah mendengar Kai berkata sepanjang ini.

"Dan bagaimana kau bisa terluka begini?" tanya Kyungsoo lagi.

"Setelah kami semua pergi, aku dan Chanyeol kembali ke kampus kita. Terlihat sekali Chanyeol hancur sekali. Aku tak tega melihatnya. Dia sudah seperti saudara kandung untukku," jelas Kai, "aku yang tinggal sendiri di kota ini sangat terbantu oleh Chanyeol. Maka dari itu, tadi aku menyusul Jiyong ke sebuah restoran yang sedang berkencan dengan Suzy, dan kami berdua pun berkelahi. Aku benci sekali manusia brengsek itu," katanya mengepalkan tangannya.

Kyungsoo mengangguk mengerti. Namun dia enggan memberi komentar apapun karena merasa tidak berhak berpendapat apapun. Menurutnya menjadi pendengar yang baik sudah cukup menginterprestasikan maksud Kai tadi yang ingin ditemani.

"Chanyeol pasti tau yang kau lakukan baik. Nanti juga kalian akan baik-baik saja," kata Kyungsoo memberi senyuman menyemangati, "kau boleh menginap disini malam ini kalau mau, sunbae."

"Tak perlu memanggil seperti itu. Panggil namaku saja," kata Kai menghirup kembali teh nya, "aku lebih baik pulang," dia bangkit berdiri dan meraih jaketnya.

"Gomawo, Kyungsoo," katanya singkat, menoleh pada Kyungsoo, yang mengangguk dan memberi senyuman. Saat akan berjalan ke pintu Kai berhenti, dan berbalik menoleh pada Kyungsoo kembali.

"Maaf atas sikapku selama ini. Kau memang pantas di istimewakan oleh Sehun," bisiknya menambahkan.

Tanpa menunggu komentar dari Kyungsoo yang melongo tak mengerti, Kai berbalik dan berjalan ke pintu. Dia membuka pintu, dan keluar sebelum kembali menutup pintu, meninggalkan Kyungsoo dengan ekspresi penuh tanda tanya.

*

Hampir seminggu berlalu sejak keributan yang terjadi antara Chanyeol dan Kai. Besok harinya setelah hari dimana mereka berdua bertengkar, itu Kyungsoo menceritakan yang terjadi pada Baekhyun, hingga cerita ucapan Kai sebelum ia pergi. Yang membuat Kyungsoo semakin heran, Baekhyun hanya mengangkat bahunya sambil berkata singkat, "Ya, kau memang istimewa barangkali," yang lalu melanjutkan aktivitas mengerjakan tugasnya.

Semakin hari tugas perkuliahan memang semakin menumpuk, membuat Kyungsoo dan Baekhyun silih berganti menginap di tempat masing-masing untuk bekerja sama mengerjakan tugas. Ditambah, Kyungsoo mulai sibuk dengan kegiatan di Yeonhab dan grup vokal kampus, Baekhyun pun demikian dengan ekskul modern dance-nya.

Sesungguhnya saat Kyungsoo diberitahu oleh Baekhyun kalau ia bergabung dengan grup modern dance sedikit membuat Kyungsootak percaya. Bagaimana bisa menurutnya, seorang Baekhyun yang terengah-engah kehabisan nafas saat menaiki tangga beberapa minggu lalu di minggu pertama mereka kuliah, bisa lolos bergabung ke dalam sebuah grup dance yang tentu akan membutuhkan energi banyak ketika melakukan dance. Saat disinggung begitu, Baekhyun hanya memberi senyuman dan berjalan dengan gaya angkuh.

Kyungsoo belum bertemu lagi dengan Chanyeol ataupun Kai sejak terakhir pertemuan mereka masing-masing. Saat terakhir latihan dengan grup vokal, Chanyeol tidak hadir dan menurut teman sekelasnya dia tidak masuk karena sakit. Begitupun Kai. Kadang-kadang Kyungsoo secara tidak sengaja melihatnya di sudut-sudut kampus, atau di kantin sekalipun yang memang ramai oleh orang biasanya Kai terlihat bersama teman sekelasnya. Tapi Kyungsoo pun belum bertemu lagi dengan Kai setelah itu.

"Baiklah, sebentar lagi kita akan sampai. Jadi bersiap-siaplah," seru Mr Park Seok yang berdiri di bagian depan bus. Tubuhnya yang mungil tapi bersuara keras ini membuat ia tidak harus menggunakan microphone saat memberikan pengumuman atau saat mengajar di dalam kelas.

Jurusan Teknologi Informasi mengadakan sebuah acara yang disebut Malam Keakraban. Semua mahasiswa tingkat awal diharuskan ikut serta dalam acara yang memang diadakan setiap jurusan di kampus. Setiap jurusan bebas menentukan waktu dan tempat untuk mengadakan acara Malam Keakraban, hanya harus diadakan tidak lebih dari tiga hari dua malam. Untuk Jurusan Teknologi Informasi acara ini akan berlangsung di daerah dataran rendah dekat Incheon yang letaknya memang tidak terlalu jauh dari Seoul.

"Akhirnya kita bisa berlibur," kata Baekhyun sumringah.

Kyungsoo hanya tersenyum sambil melihat keluar jendela bus. Incheon yang juga kota metropolitan menurutnya tak jauh berbeda dengan Seoul. Meski dia sendiri kadang masih kagum dengan Seoul, disini pun cukup membuat ia takjub ketika melihat sekeliling pemandangan kota yang mulai banyak bersinar lampu dimana-mana karena waktu sudah memasuki senja. Rombongan sendiri akan menuju sisi kota ke wilayah dekat laut, sedikit jauh dari pusat keramaian, dimana mereka akan mengadakan kemah untuk acara ini.

Tak lama setelah melalui perjalanan sedikit berkelok-kelok, rombongan yang terdiri dari empat bus sampai di tempat perkemahan.

Semua orang turun dari bus dan mengekori wali kelasnya masing-masing dengan membentuk barisan rapi. Semua wajah terlihat antusias karena acara Malam Keakraban ini memang sudah dikenal sangat seru dan menyenangkan. Kyungsoo dan Baekhyun berbaris di barisan Mr Seok yang tidak harus menggunakan megafon untuk berbicara di depan barisan.

"Aku akan membagikan nomor tenda untuk kalian semua. Setelah ini, simpanlah barang-barang kalian terlebih dahulu di tenda masing-masing, kemudian kita akan makan malam bersama disana," Mr Seok menunjuk ke arah kanannya dimana terdapat dua buah tenda besar putih berdiri, "setelah makan malam selesai, acara bebas tapi tidak boleh keluar dari lingkungan perkemahan tanpa seizin koordinator masing-masing blok tenda. Disini jam malam berlaku, kalian harus kembali ke tenda sebelum jam sembilan malam."

Semua mahasiswa mengangguk. Kemudian Mr Seok menyebut satu persatu muridnya untuk mengabsen sekaligus memberi nomor tenda. Kyungsoo dan Baekhyun berada dalam satu tenda, bersama dengan teman sekelas mereka yang lain bernama Jimin.

"Ini akan sangat menyenangkan," kata Baekhyun saat mereka bertiga berjalan menuju tenda.

"Ini pengalaman pertamaku berkemah," kata Kyungsoo yang tak kalah antusiasnya.

"Benarkah? Kau tak pernah kemah sebelumnya di Los Angeles?" tanya Jimin membetulkan kaca mata di pangkal hidungnya.

"Tidak pernah," jawab Kyungsoo.

"Kalau begitu kau harus berhati-hati," kata Baekhyun, menggerakkan jari-jarinya menggoda Kyungsoo seolah menakut-nakuti, yang dibalas Kyungsoo dengan tatapan galak.

"Tentu saja ini akan seru. Kau tak usah khawatir, ini juga kali pertamaku berkemah," kata Jimin memberi semangat Kyungsoo.

Baekhyun terkikik dalam dekapan telapak tangannya. Kyungsoo masih menatap pedas padanya dan bersumpah akan mengutuk Baekhyun jika dia menjahilinya.

Mereka bertiga sampai di tenda nomor tujuh berwarna biru. Jarak antar tenda sekitar tiga meter dengan sebuah pagar kayu memisahkan setiap tenda. Baekhyun membuka sleting tenda dan masuk diikuti Kyungsoo dan Jimin. Dari luar tenda itu memang terlihat tidak begitu besar, dan di dalam pun rasanya cukup untuk diisi bertiga. Ada tiga kasur kecil namun empuk beserta satu bantal dan satu selimut berjajar. Masing-masing menyimpan tas ransel di depan kasur. Baekhyun sudah mengambil posisi di sisi kanan, sementara Jimin di sisi kiri yang artinya tak ada pilihan lain untuk Kyungsoo mengambil posisi tengah.

"Kau jangan memeluk ku jika ketakutan nanti," goda Baekhyun.

"Aku akan menendangmu jika kau ngorok," kata Kyungoo mencela. Jimin hanya tertawa sambil membereskan barang-barangnya.

"Ayo kita ke tenda makan," Kyungsoo membungkus lehernya dengan syal. Ia sudah memakai jaket tebal namun masih sedikit merasa kedinginan.

"Ya! Kau tak mau ikut," kata Baekhyun saat melihat Jimin malah berbaring di kasurnya.

"Aku agak lelah. Tak lama lagi aku akan menyusul," kata Jimin.

"Atau kau mau kuambilkan kemari makanannya?" tanya Kyungsoo.

"Tak usah. Aku akan segera menyusul."

Baekhyun mengangkat bahunya, lalu ia dan Kyungsoo keluar dari tenda. Mereka berdua berpapasan dengan mahasiswa lain yang juga hendak menuju ke tenda makan, sambil sesekali bercanda-canda dengan yang mereka temui.

Sesampainya di tenda makan, mereka lalu ikut mengantri di meja panjang dengan banyak sajian makanan. Banyak obrolan seru setiap meja diiringi gelak tawa saat Kyungsoo dan Baekhyun yang sudah membawa makanan, berjalan diantara kursi-kursi menuju kursi kosong diujung tenda dengan meja kayu bulat.

"Ramai sekali ya," kata Baekhyun memandangi ke seluruh ruangan tenda, "jurusan ini terdiri dari empat kelas tingkat pertama. Aku tak menyangka akan seramai ini."

"Jumlah mahasiswanya saja ada sekitar seratus lebih, Baekhyun. Belum termasuk saem dan sunbae," kata Kyungsoo mulai melahap makanannya karena dia sudah sangat lapar.

"Oh ya, bagaimana kabar ibumu? Kemarin kau bilang ibumu sakit, kan?" tanya Baekhyun, mengigit ayam dan mengunyahnya.

"Ibuku sudah baikan. Kemarin memang sempat ke rumah sakit. Tapi menurut dokter dia hanya butuh istirahat."

"Lalu ternyata ibumu sakit apa?"

"Dia hanya kelelahan bekerja. Jadi ayah melarangnya masuk kerja untuk beristirahat."

"Oh ya, aku lupa bercerita padamu. Tadi pagi aku bertemu Chanyeol di ruang guru saat mengantar tugas. Dia memang terlihat tidak sehat."

"Lalu?" tanya Kyungsoo dengan mata membulat penuh keingin tahuan, "dia cerita apa saja padamu?"

"Aku kan tidak begitu dekat dengannya, jadi aku tidak bertanya apa-apa. Tapi dia menyapaku dan menyampaikan salam untukmu."

"Aku memang belum bertemu lagi dengannya. Bahkan dengan Kai sekalipun. Aku ingin tahu apakah mereka berdua sudah berbaikan lagi atau belum," kata Kyungsoo berhenti mengunyah. Wajahnya berubah sedikit cemas.

"Ne! Kurasa mereka berdua akan baik-baik saja. Kalau itu terjadi pada kita berdua, tentu aku akan segera memaafkanmu," kata Baekhyun dengan anggukan pasti.

"Kau yakin?" tanya Kyungsoo dengan senyuman tak percaya.

"Tentu saja. Aku percaya jika itu terjadi tentu karena kau ingin yang terbaik untukku. Begitupun sebaliknya, benar kan?" Baekhyunmengangkat alisnya.

Kyungsoo tersenyum. Dia memang sudah cukup merasa Baekhyun seperi saudara kandungnya. Banyak hal yang sudah ia lakukan untuk membantu Kyungsoo selama ini, yang baru pertama kali datang ke Korea. Beruntung baginya bisa kenal dengan Baekhyun.

Ketika Kyungsoo menyeruput teh manis hangatnya, sebuah pesan Whatsapp masuk. Ada nama Sehun disana. Kyungsoo menggeser layar ponsel dan membuka pesan.

"Do Kyungsoo, ada sebuah baju baru yang kurasa milikmu tertinggal di bagasi mobilku."

Kyungsoo sedikit bingung, namun tertawa kecil. Ia lalu membalas sambil terkikik.

"Bajuku yang waktu itu kubeli bersamamu, sunbae? Kau yakin itu milikku? Itu kan sudah lama sekali."

Sehun membalas tak lama setelah itu.

"Tak ada orang lain sejak itu yang kuantar belanja. Tak mungkin baju itu terbang dengan sendirinya kesana kan :)) :))"

"Maaf, sunbae, aku memang belum membuka satu lagi tas belanjanya. Kalau kau tak keberatan, bolehkah kau menyimpannya dulu? Nanti aku ambil."

"kalau aku keberatan bagaimana?"

"Kau boleh membuangnya kalau begitu :("

Tak ada balasan setelah itu. Entah kenapa, Kyungsoo merasa diseberang sana mungkin Sehun sedang tertawa karena obrolan mereka itu. Tidak sampai dua menit, Sehun membalas.

"Aku tak mau ada yang membuang muka saat bertemuku jika aku membuang bajunya. Aku akan menyimpannya."

Kyungsoo tersenyum lega sambil tertawa kecil, dan membalas singkat.

"Gomawoyo sunbae :D"

Lalu Sehun hanya membaca pesan terakhir itu. Kyungsoo meletakkan ponsel di sisinya dan melanjutkan melahap makanannya. Di sebelahnya, Baekhyun mengamati dengan penasaran.

"Kenapa kau senyum-senyum?" tanyanya.

"Tidak," kata Kyungsoo nyengir, mengunyah sayurnya.

*

"Hey, Kyungsoo-ya, bangun. Kau baik-baik saja?"

Dengan wajah cemas, Baekhyun menepuk bahu Kyungsoo, yang menggigil kedinginan di dalam selimut tebal. Dia sudah memakai jaket yang juga tebal, dan Baekhyun membantu memasangkan kaus kaki tambahan di kaki Kyungsoo yang terasa dingin, sementara Jimin menambahkan selimut miliknya ke atas tubuh Kyungsoo.

Mata Kyungsoo tertutup mengernyit dan bibirnya bergetar menahan dingin, dan bahkan tak sanggup membuka mulutnya untuk menjawab pertanyaan Baekhyun. Kyungsoo merasa udara dingin menusuk hingga ke tulangnya membuat ia terbujur kaku lemas.

"Bagaimana ini, Baek?" tanya Jimin, yang terlihat khawatir melihat kondisi Kyungsoo. Mereka berdua juga memang merasa sedikit kedinginan, tapi tidak separah yang dirasakan oleh Kyungsoo.

"Aku akan memanggil saem atau koordinator blok tenda, kau tunggulah disini," kata Baekhyun diikuti anggukan Jimin.

Baekhyun meraih sleting tenda dan dengan segera keluar. Jimin memegang kening Kyungsoo yang agak hangat berbeda dengan bagian tubuh nya yang lain yang terasa sangat dingin. Kyungsoo mulai terserang demam tinggi membuat Jimin semakin khawatir dan merapatkan kupluk Kyungsoo.

Tak lama setelah itu, Baekhyun muncul masuk ke dalam diikuti oleh Suho dan seorang yang sepertinya dokter.

Dokter memegangi kening Kyungsoo dan mengeluarkan stetoskop. Tangannya menyingkapkan dua selimut tebal yang menutupi tubuh mungil itu, membuka jaketnya tapi tidak membuka kausnya, untuk menempelkan stetoskop ke dada Kyungsoo yang menggigil.

"Denyut jantungnya normal. Tapi karena kedinginan dia sedikit demam." kata dokter.

"Lalu bagaimana? Apa kita harus membawanya ke rumah sakit?" tanya Suho.

"Kurasa belum terlalu parah, meski dia setengah tak sadarkan diri. Aku akan memberinya obat, beri dia minuman hangat untuk membantu menghangatkan. Jika besok pagi dia masih merasa kedinginan dan demamnya tidak turun, dia harus dibawa ke rumah sakit," dokter memasukan kembali stetoskop ke dalam tas kecil, dan menutup kembali jaket Kyungsoo, "apapun yang terjadi, dia harus merasa hangat malam ini. Kau," dia melihat ke arah Jimin, "ikutlah denganku membawa obat di tenda pengobatan."

"Gomawoyo," kata Baekhyun saat dokter merangkak keluar diikuti Jimin. Dia menutup kembali tubuh Kyungsoo dengan dua selimut. Masih menatap cemas ke wajah Kyungsoo yang pucat pasi.

"Byun Baekhyun, mintakan satu termos air hangat di tendaku," perintah Suho.

Tanpa pertanyaan, Baekhyun mengangguk, lalu merangkak keluar dari tenda lagi. Suho mendekat pada Kyungsoo dan menempelkan telapak tangan kirinya di kening Kyungsoo. Dia bisa merasa kening itu cukup panas untuk suhu normal seseorang. Wajah Kyungsoo pucat sekali dengan bibir masih mengigil.

Baekhyun dan Jimin muncul hampir bersamaan, dengan Baekhyun membawa satu termos ukuran sedang dan gelas plastik, sementara Jimin membawa beberapa bungkus obat.

"Dokter bilang dia harus meminum ini masing-masing satu," jelas Jimin menyodorkan tiga jenis obat ke Suho.

"Tolong buka obatnya. Dan kau seduhkan air ke dalam gelas dan tiup terlebih dahulu airnya agar tidak terlalu panas," kata Suho pada Baekhyun.

Suho mengangkat tubuh Kyungsoo agar terduduk dan menyandarkan kepala Kyungsoo ke dadanya.

"Hey, kau bisa mendengarku?" bisiknya sedikit menepuk pipi Kyungsoo, "kau harus minum obat, oke?"

Meski masih dengan mata terpejam, Kyungsoo merespon dengan memberi anggukan kecil. Suho mengambil tiga obat yang disodorkan Jimin lalu membantu memasukan ke dalam mulut Kyungsoo yang terbuka sedikit. Dengan segera ia mengambil gelas di tangan Baekhyun dan menempelkan ke bibir Kyungsoo untuk membantu menelan obat. Setelah selesai, Suho mengembalikan gelas pada Baekhyun.

"Dan bagaimana kita membuatnya hangat?" tanya Jimin, "dia sudah menggunakan dua selimut kami."

"Siapa diantara kalian yang tidak keberatan memeluknya tidur malam ini?" tanya Suho mendongak pada Baekhyun dan Jimin setelah kembali membaringkan Kyungsoo.

Mereka berdua saling bertukar pandang. Mungkin terdengar aneh ide yang disarankan Suho. Baekhyun merasa mau saja memeluk Kyungsoo semalaman ini. Tapi bukan dia tak mau memeluk sahabatnya itu agar merasa hangat, tapi ia merasa sedikit geli dengan ide itu. Jimin tentu tidak mau, menurutnya. Baru Baekhyun akan mengangkat tangan menyanggupi, Suho berkata, "yasudah aku saja yang akan melakukannya."

Baekhyun melongo menatap presiden mahasiswa itu, begitu juga Jimin. Lalu dilihatnya Suho masuk ke dalam selimut Kyungsoo yang masih menggigil kedinginan. Dia menyandarkan kepala Kyungsoo ke dalam pelukannya hingga wajah lelaki mungil itu menghadap ke dadanya.

Kemudian Suho menarik selimut milik Kyungsoo sampai menutup kepalanya sementara Suho sendiri masih menyembul keluar karena tubuhnya memang lebih tinggi dari Kyungsoo.

"Kalian bisa menggunakan selimut kalian lagi. Dan kembalilah tidur," kata Suho, tanpa menoleh pada dua orang di sisi lain tenda yang menatap terpaku pada Suho yang memeluk erat tubuh Kyungsoo dengan tidak canggung.

Baekhyun dan Jimin mengambil selimutnya dan merangkak ke kasur mereka masing-masing.

*

Udaranya sudah menghangat. Tubuhnya berkeringat karena demam tinggi sudah turun. Nafasnya sudah normal lagi. Saking hangat dan nyaman dia enggan untuk terbangun. Namun bisik-bisik disekitarnya memaksanya untuk membuka mata.

Dilihat oleh Kyungsoo, ada Baekhyun sedang bermain sesuatu di ponselnya, dan Jimin sedang membuka-buka sebuah buku kecil tipis disebelah Baekhyun. Sadar Kyungsoo terbangun, Baekhyun mendekat.

"Bagaimana perasaanmu?" tanyanya dengan tatapan cemas.

Kyungsoo menyingkap selimutnya dan membuka sleting jaketnya karena merasa sedikit kepanasan.

"Aku merasa baik. Dingin sekali semalam," kata Kyungsoo. Walau saking menggigilnya dia karena kedinginan, ditambah demam tinggi, memang sedikit membuat Kyungsoo agak tak sadarkan diri, persis yang disampaikan dokter, tapi Kyungsoo mengerti maksud pertanyaan Baekhyun adalah menanyakan keadaannya semalam.

"Kau saat mau tidur sudah merasa kedinginan?" tanya Jimin, dan Kyungsoo mengangguk.

"Kenapa tidak bilang dari awal padaku? Jadi kau bisa menghangatkan dulu tubuhmu dengan teh hangat atau kopi, atau pakai jaketku," kata Baekhyun.

"Aku tak tahu akan sedingin itu, Baek. Kukira sudah cukup dengan memakai kaus kaki dan kupluk," kata Kyungsoo yang merasa kupluknya tak ada ketika ia meraih puncak kepalanya.

"Disana," Baekhyun mengangguk ke arah sudut kasur, "semalam Suho yang melepasnya."

"Suho sunbae? Dia disini semalam?" tanya Kyungsoo terkejut.

Baekhyun dan Jimin saling bertukar pandang. Kyungsoo kan tidak tertabrak truk lalu hilang ingatan, pikir mereka berdua. Namun ia memang dalam keadaan setengah sadar semalam itu sesuai perkataan dokter, dan mereka berdua mencoba memahami.

"Ya dia kemari semalam bersama dokter." kata Jimin.

"Lalu?" Kyungsoo masih penasaran.

"Aku mencari bantuan ketika melihatmu sudah menggigil kedinginan. Saat mau ke tenda Mr Seok, aku tak sengaja bertemu Suho sunbae. Aku ceritakan apa yang terjadi padamu, lalu kami berdua kemari setelah menjemput dokter," jelas Baekhyun.

Kemudian dia dan Jimin nampak seperti bertukar pandang salah tingkah.

"Wae?" tanya Kyungsoo dengan mata membulat, heran merasa ada yang ganjil.

"Ah tidak apa-apa," kata Jimin nyengir menampakkan gigi nya yang berkawat.

"Oh kau melewatkan acara pembukaan tadi pagi," kata Baekhyun.

"Ya! Jam berapa ini?" Kyungsoo membelalak sambil melihat arlojinya, "astaga jam sembilan! Kenapa kalian tidak membangunkan aku?"

"Kau sepertinya nyaman sekali tidur, kami tak tega membangunkanmu. Lagipula upacara pembukaannya juga membosankan," kata Baekhyun mengalihkan perhatiannya lagi pada ponselnya.

"Lalu apa lagi yang kulewatkan?"

"Tak ada. Hanya nanti jam sepuluh akan ada pertandingan voli pantai antar kelas. Kita harus menontonnya, kelihatannya akan seru," kata Jimin.

"Baiklah, aku akan mandi terlebih dulu," kata Kyungsoo meraih ranselnya. Setelah mengeluarkan peralatan mandinya, dia merangkak keluar dari tenda.

Letak tempat pemandian memang agak jauh dari tendanya, Kyungsoo sendiri belum pernah kesana langsung. Sambil berjalan melewati beberapa tenda lain, ia mengecek ponselnya saat ada sebuah notifikasi Line masuk.

"Chanyeol?" gumamnya sedikit heran tapi senang karena sudah lama tak ada kabar darinya.

"Bagaimana kabarmu? Kulihat kau sakit, kau baik-baik saja?"

Dengan alis sebelah terangkat, Kyungsoo heran bagaimana Chanyeol bisa tahu kalau dirinya sakit.

"Darimana kau tahu aku sakit?"

"Aku melihat dari timeline Baekhyun."

Dengan segera Kyungsoo yang penasaran membuka timeline Line milik Baekhyun. Sekitar sembilan jam yang lalu Baekhyun memposting sebuah foto dimana Kyungsoo sedang tertidur dengan sebuah caption dibawah foto tersebut tertuliskan "Get Well Soon Kyungie".

Seketika saja wajah Kyungsoo merasa merah padam. Dalam hatinya dia akan menghajar Baekhyun saat nanti kembali ke tenda.

Sebelum ia kembali ke layar chat dengan Chanyeol, Kyungsoo menyadari sesuatu di foto itu. Foto memang diambil dari jauh yang kelihatannya dari kasur Baekhyun dan gambarnya diperbesar, namun ada sebuah tangan yang melingkar memeluk kepala Kyungsoo yang ia sadar tak mungkin itu tangan dirinya.

Kyungsoo memandangi foto itu dengan tanda tanya besar di kepalanya. Selain akan menghajar Baekhyun nanti di tenda, dia juga akan menanyakan pemilik tangan itu pada sahabatnya, pikirnya.

"Aku baik-baik saja, Chanyeol-ah. Baekhyun terlalu berlebihan. Damn! Aku akan menghajarnya nanti karena mengambil fotoku tanpa izin."

"Haha! Itu tandanya dia perhatian padamu."

"Oh ya, bagaimana kabarmu dengan Kai?"

"Tidak ada yang aneh dengan kami. Setelah malam itu, kami kembali berkomunikasi. Hanya memang aku sempat sakit dan tak masuk kuliah."

"Syukurlah kalau begitu. Aku kira kalian tak bicara setelah malam itu."

"BRUKK!"

Kyungsoo merasa sedikit limbung saat menabrak seseorang didepannya. Hampir saja ponselnya terjatuh dari genggamannya.

"Kali ini kau yang menabrakku," kata suara yang sudah tak asing lagi.

"Sehun sunbae?" Kyungsoo terkejut. Seketika matanya membulat membuat Sehun mendengus menahan tawa.

"Apa harus ku ingatkan untuk tidak bermain ponsel saat sedang berjalan?" Sehun bertanya dengan mengangkat kedua alisnya.

"Err, mianhae," kata Kyungsoo salah tingkah dan pipi yang merona.

Sehun tersenyum kecil dan menggeleng, "kau mau kemana?"

"Aku mau ke tempat pemandian, sunbae."

"Baiklah ayo kuantar," kata Sehun.

Dengan sedikit rasa canggung, Kyungsoo mengangguk dan mereka berdua berjalan bersamaan menyusuri jalan setapak dengan beberapa pohon rendah di sampingnya. Ada beberapa mahasiswa lain berpapasan yang kelihatannya habis dari tempat pemandian juga. Kebanyakan dari mereka mengangguk singkat pada Sehun dan menyapanya dengan ramah, yang dibalas senyuman ramah juga oleh Sehun.

Hal itu sedikit bertolak belakang dengan perkataan Baekhyun tempo hari yang mengatakan menurut kakak laki-lakinya, Sehun itu dingin dan tak ramah. Tapi melihat langsung Sehun yang memberi senyuman ramah pada setiap orang yang bertemu, membuat Kyungsoo beranggapan memang Sehun adalah orang yang baik tentunya.

Saat berpapasan dengan mahasiswa lain, tidak sedikit dari sebagian orang yang berpapasan dengan mereka berdua menatap sedikit nyinyir dan iri pada Kyungsoo, membuat ia jadi risih.

"Kudengar kau sakit semalam," kata Sehun saat mereka berdua berjalan berdampingan di jalan keciil yang cukup untuk dua orang itu.

"Pasti dari timeline Baekhyun juga ya," kata Kyungsoo yang sudah bisa menebak.

"Ani. Suho yang cerita."

Kyungsoo hanya bergumam oh pelan.

"Katanya kau kedinginan."

"Iya. Semalam dingin sekali. Rasanya lebih dingin dari musim dingin di Los Angeles. Aku belum pernah merasa kedinginan seperti itu. Tak bisa merasakan kau memiliki kaki itu sungguh menyiksa," Kyungsoo menjelaskan sambil mengingat bagaimana rasanya dingin itu tadi malam.

"Dan bagaimana rasanya dipeluk Suho?"

"Dipeluk?" tanya Kyungsoo menghentikan langkahnya, dan menoleh pada Sehun, tak mengerti.

"Iya. Dipeluk," kata Sehun mengulangi ucapannya.

"Dipeluk Suho sunbae? Aku tak mengerti," kening Kyungsoo mengernyit bingung.

"Karena kedua temanmu tak ada yang mau memelukmu untuk membuatmu hangat, jadi Suho yang memelukmu semalaman saat kau tidur," Jelas Sehun.

Langsung saja Kyungsoo merasa pipinya panas dan pasti memerah.

"Apa? Suho sunbae memelukku saat tidur? Kau pasti bercanda, sunbae," katanya terkejut dan langsung salah tingkah luar biasa. Meski dalam keadaan tak sadar karena tidur, Kyungsoo belum pernah dipeluk sebelumnya oleh orang lain. Apalagi ini seorang laki-laki.

Kemudian Kyungsoo menyadari tangan siapa yang ada di foto Baekhyun tadi. Rupanya itu tangan Suho yang melingkar di kepalanya sambil memeluk.

"Hey," Sehun menjentikkan jarinya di depan wajah Kyungsoo yang terdiam membatu, "kau baik-baik saja? Atau kau merasa frozen lagi?"

"Err.. aniyo.. Aku hanya..." gumam Kyungsoo mengerjap sedikit.

"Memang aneh kalau Suho memelukmu?" tanya Sehun saat mereka berdua mulai berjalan kembali.

"Hmmm, aku hanya belum pernah dipeluk oleh orang lain selain orang tuaku. Eh dan Ann imo saat di bandara," kata Kyungsoo menambahkan.

"Kalau aku yang ada disitu saat itu, aku juga akan melakukan hal yang sama padamu."

Kyungsoo kembali merasa pipinya terbakar. Sungguh dia malu dan membuat salah tingkah mendengar itu. Apa seorang presiden dan wakil presiden Yeonhab yang terkenal itu juga akan melakukan hal yang sama pada orang lain, pikirnya dalam hati. Tapi baik Suho atau Sehun memang orang yang baik dan tentu akan melakukannya juga pada orang lain.

"Kau belum pernah dipeluk orang lain, katamu?" Sehun kembali bertanya saat mereka menaiki undakan yang terbuat dari batu. Diatasnya ada bangunan kecil terbuat dari kayu dimana pemandian ada disana.

"Belum," jawab Kyungsoo polos.

"Memang kau belum pernah dipeluk oleh pacarmu?" tanya Sehun lagi dengan tatapan heran, yang dijawab Kyungsoo dengan menggelengkan kepalanya.

"Dicium?" bisik Sehun pelan, sambil menyentuh bibirnya sendiri dengan telunjuknya.

"Aku berpacaran saja belum pernah, sunbae. Bagaimana aku bisa dicium oleh pacar," kata Kyungsoo dengan bibir manyun.

Tiba-tiba saja Sehun tertawa. Cukup keras, membuat Kyungsoo menatapnya dengan galak.

"Mianhae," kata Sehun yang memegangi perutnya, "mian, aku tak ada maksud menyinggungmu," tambahnya melihat tatapan galak Kyungsoo tapi masih sedikit cekikikan.

"Jahatnya," kata Kyungsoo melempar handuk ke Sehun yang berhasil ditangkapnya dengan sukses.

"Ne. Joesong habnida," Sehun menarik kepala Kyungsoo dan langsung memeluk ke dalam dadanya.

Langsung saja Kyungsoo merasa sebuah udara panas menyelimuti wajahnya. Matanya terperangah dengan apa yang dilakukan Sehun ini. Ia yakin saat itu pasti wajahnya sudah seperti tomat matang.

Tapi beberapa detik kemudian Sehun melepaskan pelukannya, dan kembali terkekeh melihat semburat merah di wajah Kyungsoo.

"Pergilah mandi, aku akan menunggumu disini," dia mengangguk ke kursi kayu di samping dan menyimpan handuk tadi ke bahu Kyungsoo.

Masih belum bergeming, Kyungsoo berdiri terpaku dengan wajah yang panas. Bukan karena demam tinggi seperti semalam tapi membuat ia bahkan tak bisa membuka mulut untuk berkata sesuatu. Entah kenapa jantungnya langsung berdebar tak karuan saat itu.

[TBC]

*