1 1. Toushiro Al Brightlight

Di suatu malam di wilayah Nusantara bagian tengah, sebuah perang sedang berkecamuk. Di sebuah jembatan baja yang menjadi penghubung kota Kretek dan kota Ukir, peperangan sengit antara para pemberontak melawan tentara pemerintah dunia yang sudah berlangsung selama berjam-jam mendadak terhenti ketika sebuah bola api raksasa terlihat menyelimuti langit.

Bagaikan sebuah matahari yang menyinari kegelapan malam, bola api raksasa yang terus semakin membesar itu membuat malam yang ricuh menjadi terang benderang layaknya siang hari. Baik dari pihak tentara maupun para pemberontak hanya bisa mendongak keatas dan tertegun, seakan tidak percaya dengan apa yang sedang mereka lihat dengan mata kepala mereka sendiri.

Walaupun bola api raksasa itu berada di ketinggian lebih dari 100 meter dari permukaan tanah, namun suhu panas yang dipancarkan oleh bola api raksasa itu mampu membakar pepohonan di area sekitar, membuat para prajurit dan para pemberontak tunggang langgang karena panik. Mereka tunggang langgang dan bergegas untuk melarikan diri dari jembatan. Beberapa dari mereka ada yang melarikan diri menggunakan kendaraan, dan ada juga yang melompat turun ke sungai untuk menjauhi pusat dari medan pertempuran.

"Semoga sang api membimbing kalian ke neraka." Seorang wanita paruh baya bergaun merah yang melayang di udara mengayunkan kedua tangannya ke arah jembatan, membuat bola api raksasa yang memiliki diameter melebihi luas pulau Java itu perlahan bergerak menghantam ke tanah.

{-Mimpi buruk-}

14 September 2009...

*Kring- Kring- Kring....* Dering suara alarm.

Di pagi hari yang dibasahi hujan rintik-rintik, seorang remaja terbangun dari mimpinya.

"Bisakah aku sekali saja bermimpi makan sesuatu yang enak?" kata remaja tersebut dengan raut wajah malas.

"Shiro, bangunlah! Apa kau tidak pergi sekolah hari ini?" terdengar seruan suara lembut seorang wanita paruh baya dari ruang sebelah.

"Iya, aku sudah bangun!" saut Shiro yang kemudian beranjak untuk bangun dari tempat tidur.

"Cerita yang diawali dengan mimpi buruk... Apa alurnya bisa lebih buruk lagi? Kenapa tidak dimulai dengan seorang MC yang dibangunkan oleh seorang adik imut? Atau bangun di sebelah gadis cantik? Atau mungkin dimulai dengan sebuah kecelakaan, seperti mati tertabrak becak dan menuju ke isekai untuk bertemu gadis gadis cantik?" gumam Shiro sambil merapikan tempat tidurnya.

"This is bullshit." keluh Shiro, selesai merapikan tempat tidurnya.

"Cepatlah pergi mandi. Ibu telah membuatkan singkong goreng kesukaanmu." seru ibu Shiro, terdengar seperti sedang menyiapkan makanan.

Shiro memakai mantel kusamnya seraya berkata, "Aku harap nasibku dapat berjalan semulus nasibnya Lighter."

"Kau tidak mandi terlebih dulu?" tanya sang ibu, penasaran melihat Shiro yang berjalan keluar kamar sudah mengenakan mantel.

"Ini lagi musim hujan bu, apa gunanya mandi jika harus basah lagi?" kata Shiro, mengambil 2 potong singkong yang tersaji di atas meja makan.

"Setidaknya kau akan terlihat lebih tampan." kata sang ibu, tersenyum menggoda putranya.

"Itu tidak perlu. Aku sudah terlahir tampan. Aku berangkat sekarang, bu." kata Shiro, berjalan keluar rumah.

"Hati-hati di jalan, dan jangan lupa mencari sayur untuk makan malam nanti!" teriak sang ibu.

Shiro tidak mendengar apa yang telah ibunya katakan karena hujan deras dan suara gemuruh petir yang menyambar. Ia terus melangkahkan kaki seraya berkata pelan, "Kapan kota ini akan berhenti menangis?"

Di perjalanan menuju ke sekolah, Shiro melihat kerumunan orang yang sedang berdemo di tepi jalan.

"Mereka merampas hasil panenku!" seru salah seorang warga.

"Mereka membunuh anak laki-lakiku dan menculik istriku!" sahut warga lainnya dengan penuh amarah.

"Mereka memperkosa anak gadisku dan sekarang dia bunuh diri karena rasa malu!"

"Anakku sakit keras dan butuh dokter!"

Seseorang yang membawa pengeras suara berkata, "Aku mengerti penderitaan kalian! Mereka juga telah membunuh kedua orang tuaku tepat di depan mataku, dan aku hanya bisa menggigil ketakutan! Tapi itu 8 tahun yang lalu!!" Sesaat setelah para demostran sedikit tenang, pria tersebut melanjutkan pidatonya. "Sudah cukup kita menderita! Kita tidak bisa terus membiarkan kebrutalan mereka merajalela! Kita harus melakukan sesuatu! Kita harus melawan! Kita harus mengambil alih balai kota!!"

"Ayo kita pergi ke balai kota!!"

"Yeah!!" teriak para orang-orang dalam kerumunan itu secara bersaut-sautan.

"Ayo kita rebut balai kota dan mengakhiri zaman perbudakan ini!!"

Shiro sama sekali tidak memperdulikan para demostran itu dan terus melangkahkan kaki melewati kerumunan sembari memakan singkong buatan ibunya.

"Bodoh sekali. Apanya yang melawan balik?! Merebut balai kota?! Hmph! Buang-buang waktu saja! Memangnya apa yang bisa mereka lakukan!!" gumam Shiro, merasa kesal dengan para demostran tadi.

Namaku Toushiro Al Brightlight, 17 tahun. Aku hidup berdua dengan ibuku. Kami tinggal di sebuah gubuk kecil di desa Sumber, kota Kretek. Walaupun kami hidup dalam kemiskinan, namun aku dan ibuku selalu bersyukur menjalani kehidupan.

Bukan hanya aku, hampir seluruh rakyat di negeri ini hidup dalam kemiskinan. Kecuali mereka yang bergabung dengan militer dan mengabdikan hidupnya kepada pemerintah dunia.

Ya, benar. Aku hidup di dunia dimana hanya ada satu kepemerintahan yang menguasai dunia, dan nama dari pemimpin tertinggi dari organisasi itu adalah 'Kamisama', sosok misterius yang kabarnya mempunyai kehidupan abadi.

Dahulu kala, peperangan terjadi di seluruh pelosok dunia dan berlangsung selama ribuan tahun lamanya. Perebutan wilayah kekuasaan dan perbedaan keyakinan menjadi salah satu penyebab kenapa perang tidak kunjung berakhir. Sampai akhirnya, 'Kamisama' muncul dan mengakhiri perang di seluruh penjuru dunia seorang diri.

Sejak perang berakhir, 'Kamisama' membentuk suatu organisasi kepemerintahan yang mengatur seluruh wilayah di penjuru dunia. Dan sejak itu pula, manusia kehilangan kebebasannya. Setidaknya, begitulah apa yang selalu di ceritakan oleh ayahku sewaktu aku masih kecil dulu.

.

Beberapa langkah setelah Shiro memasuki gerbang sekolah. Seorang gadis cantik berambut hitam panjang menyapanya.

"Selamat pagi, Shiro-kun. Kenapa kamu tidak membawa payung?" sapa Dara, tersenyum manis menyambut Shiro. Dara adalah salah satu gadis tercantik di kota. Postur tubuhnya yang ideal, kulitnya yang putih dan bersih, ditambah lagi mata biru langitnya yang indah membuat Dara dikagumi oleh banyak pria di kota Kretek.

==============

Name : Dara Skyler

Birthday : Negara Ombak, 25 Januari 1994

==============

"Bukannya setiap hari dia memang suka mandi di jalan?" sahut Cindy, seorang gadis cantik berambut pirang pendek dengan mata merah cerah. Cindy adalah teman masa kecil Shiro yang mempunyai sifat agak tomboi.

==============

Name : Cindy Dewi Tsuki

Birthday : Kota Kretek, 1 mei 1994

==============

"Yo." kata Shiro, melewati Dara dan Cindy dan terus melangkahkan kaki menyusuri lorong kelas.

"Katakan sesuatu yang agak panjang sedikit kenapa?!" seru Cindy yang terlihat sangat kesal. "Seperti biasa, dia orang yang sangat menyebalkan." keluh Cindy, memandangi Shiro berjalan menjauh.

"Apa dia sedang marah?" tanya Dara kepada Cindy.

"Hmm? Bukankah dia memang selalu terlihat seperti itu? Kusut tanpa semangat." jawab Cindy.

Di depan kelas..

"Berikan makananmu!" kata seorang preman sekolah, mencoba merebut makanan yang dibawa oleh seorang siswa culun berkacamata.

"Tapi hari ini aku belum makan apapun." kata siswa culun tersebut, mencoba untuk menolak memberikan jatah makannya kepada preman sekolah itu.

"Apa kau pikir kami peduli?!" seru preman kedua, yang kemudian memukul wajah siswa culun tersebut.

Saat Shiro hendak masuk ke kelas, ia melihat seorang murid yang sedang di bully oleh beberapa preman sekolah.

"Hmm..? Akmal?" kata Shiro dalam hati. Shiro mempercepat langkah kakinya menghampiri mereka seraya berkata, "Hoy, apa yang sedang kalian lakukan?!"

Para preman sekolah itu menoleh ke belakang dan terkejut melihat Shiro yang datang mendekat. "Shi.. Shiro?!" Mereka bergegas mengembalikan makanan siswa tadi dan kemudian tunggang langgang melarikan diri karena ketakutan.

"Apa kau tidak apa-apa?" tanya Shiro kepada Akmal, teman masa kecilnya yang juga tinggal di desa Sumber.

"Iya, terimakasih. Untung saja kau datang." kata Akmal, merasa lega.

==============

Name : A. Akmal

Birthday : Kota Kretek, 25 September 1993

==============

"Jatah makan hari ini terlihat enak. Biar aku mencicipinya, aku lapar." Shiro merebut jatah makan Akmal dan langsung memakannya.

"Aaarrrrgghhh!!" teriak Akmal histeris. "Kau tidak ada bedanya dengan mereka tadi! Aku akan mati kelaparan!!" kata Akmal kesal, merebut kembali makanannya.

"Kenapa kau cerewet sekali? Aku hanya minta sedikit." kata Shiro, acuh tak acuh berjalan memasuki ruangan kelas.

"Kau juga dapat bagian kan?! Kenapa masih minta punyaku!" gumam Akmal jengkel, berjalan memasuki kelas.

"Ahh.. Diamlah! Berhentilah merengek seperti seorang wanita tua. Itulah sebabnya kau sering di bully." keluh Shiro, duduk di barisan meja paling belakang.

"Dan orang yang selalu membully aku adalah kau." kata Akmal dengan raut wajah datar. Ia kemudian duduk di meja sebelah Shiro dan menaruh jatah makannya di laci. "Sebenarnya aku tahu jika kau selalu memberikan jatah makan dari sekolah untuk ibumu dirumah." kata akmal dalam hati, tersenyum tipis.

.

.

Beberapa waktu kemudian pada jam pelajaran kimia. Seluruh murid kelas 2A sudah pergi ke laboratorium sains. Sedangkan Shiro masih berada di dalam kelas dan tertidur.

*zzzzzzzzz*

"Bangunlah, dasar pemalas!" sentak Cindy yang kemudian menampar punggung Shiro dengan cukup keras.

*Slap!*

Seketika Shiro pun terbangun karena kaget. "Sudah waktunya untuk pulang?" guman Shiro, mengucek matanya.

Cindy menghela nafas dan duduk di sebelah Shiro. "Sebenarnya untuk apa kau datang kesini kalau seharian hanya tidur di dalam kelas?" keluh Cindy, merasa jengkel dengan kebiasaan Shiro tersebut.

"Agar dapat jatah makan tentunya. Gadis kaya sepertimu mana mungkin mengerti betapa beratnya perjuanganku untuk mencari makan." gumam Shiro, masih sedikit mengantuk.

"Dengan mendaftar wajib belajar dan tidur seharian di kelas??!" sahut Cindy yang terlihat semakin jengkel dengan jawaban Shiro.

"Well, setidaknya aku berusaha. Kemana para teman sekelasku?" kata Shiro, melihat ke sekitar.

"Uhm.. Tadi aku melihat Akmal di lantai 2. Aku rasa mereka sedang pergi ke laboratorium." jawab Cindy.

"Oh. Lalu kenapa kau kemari?" tanya Shiro, memeriksa laci Akmal.

"Dara khawatir denganmu. Katanya kau terlihat berbeda hari ini. Ada apa? Apa bibi baik-baik saja?" tanya Cindy.

"Ehm. Tidak. Ibuku baik-baik saja. Aku hanya merasa sedikit kesal melihat para demostran pagi tadi." jawab Shiro, sedikit memakan jatah makan Akmal lalu mengembalikannya ke dalam laci.

"Aku rasa pemberontakan di kota ini hanya tinggal menunggu waktu. Aku khawatir dengan Dara." kata Cindy, termenung.

"Dia akan baik-baik saja." kata Shiro, masih mengunyah makanan.

"Dan Shiro.. Rumahku masih terbuka untuk kau dan bibi. Kau tahu itu kan?" kata Cindy, menatap wajah Shiro.

Perkataan Cindy membuat Shiro termenung. Sejenak, suasana terasa canggung. Hingga suara gebrakan pintu memecah keheningan dan mengagetkan mereka.

"Shiroo!!!!" Segerombolan siswa bertampang seram berjalan memasuki kelas.

"Bertarunglah denganku 1 lawan 1! Kita buktikan siapa boss yang sebenarnya di sekolah ini!" seru seorang pria gundul, menantang Shiro dengan penuh semangat.

"Uhm, bisakah kalian melakukan itu nanti saja?" kata Cindy, merasa sedikit panik.

"Jangan berisik kau, wanita! Tinggalkan tempat ini jika kau tak mau terluka." sentak preman botak itu.

"Shiro, lakukanlah sesuatu!" kata Cindy pelan, bersembunyi di belakang bahu Shiro.

"Apa potongan rambut gundul sedang tren saat ini?" tanya Shiro kepada Cindy.

"Huh?" kata Cindy, tidak mengerti.

"Aku rasa kemarin juga ada seorang pria gundul yang menantangku." kata Shiro pelan, sedikit menoleh ke belakang ke arah Cindy. "Dan hari-hari kemarinnya juga." imbuhnya.

"Cih!" Merasa terhina, tanpa pikir panjang si preman gundul pun berlari menyerang Shiro seraya berteriak, "Hoorrrrraa!!"

"Ey, aku masih disini!!" teriak Cindy, berlari menjauhi Shiro.

Dengan cukup tenang, Shiro menghindari pukulan si preman gundul, dan dengan cepat memukul perutnya dengan tangan kiri dan kemudian melancarkan pukulan keras tepat ke wajah preman gundul tersebut, membuatnya pingsan seketika.

"Aw.. Lemah sekali!" kata Cindy terkejut.

"Boss!!" Teman-teman dari si preman gundul panik melihat pimpinan mereka tumbang. Mereka bergegas menghampiri preman gundul tersebut yang terkapar tepat di hadapan Shiro.

"Minggir! Kalian menghalangi jalanku!" sentak Shiro.

"Maafkan kami!!" seru para preman tersebut, membungkuk ke Shiro. Para teman-teman si preman gundul itu kemudian bergegas menyeret pemimpin mereka dari hadapan Shiro untuk memberikan jalan kepadanya.

"Hey, jangan tinggalkan aku!" seru Cindy, berjalan menyusul Shiro keluar ruangan kelas.

"Jangan mengikutiku. Gadis tomboy bukanlah tipeku." kata Shiro, terus berjalan menjauh.

"Aku masih belum selesai berbicara denganmu! Shiro!" Karena Shiro sama sekali tidak menggubrisnya, Cindy pun mulai berhenti mengejar Shiro. "Dasar pria menyebalkan!" keluh Cindy pelan, memandangi Shiro berjalan menjauh.

avataravatar
Next chapter