"Hmmm … Dimana aku?" tanya Puput ketika dia tersadar dan mendapati dirinya berada disuatu kamar dengan nuansa putih, ya kamar itu berwarna putih, mulai dari tempat tidur, selimut, tembok yang berwarna putih berhiaskan lukisan beragam kartu, mulai dari kartu hati, daun dan sebagainya, bahkan meja dan kursi yang ada disana juga berwarna putih, tetapi lantainya berwarna hitam putih, seperti sebuah sinkronisasi antara kegelapan dan cahaya. Dipojok ruangan terdapat menara kartu yang tersusun rapih, juga beberapa potongan puzzle yang berserakan.
"Tempat apa ini?" ucap Puput dengan heran sambil menatap kesekeliling ruangan, dan tatapannya berhenti pada sosok seseorang yang duduk dijendela dengan gaya menopang dagu, tangannya diletakkan di atas Lututnya yang terangkat, sedangkan kakinya yang satu dibiarkannya terjuntai.
'Dia… Dia seperti Joker… Tapi… Apa yang terjadi… Dimana sebenarnya ini, dan kemana yang lain?' batin Puput penuh tanda tanya besar, dia tidak tau apa yang terjadi, setelah terhisap ke dalam dimensi itu semuanya menjadi gelap dan menghitam, ketika membuka matanya dia sudah berada di tempat yang aneh ini.
'Benda apa ini?' batin Puput baru saja menyadari ada sebuah benda yang tergantung dilehernya.
"Are you awake my Hime?" tanya sosok itu yang tiba-tiba menoleh kearah Puput sambil bangkit dari posisi duduknya di jendela.
"A-aku dimana? Apakah kau Joker?" tanya Puput dan langsung bangkit dari tempat tidurnya.
"Queen heart castle, my name is Joker" jawab sosok yang akhirnya mengaku sebagai Joker dengan singkat.
"Joker! Dimana Jis dan Daniel!" kata Puput tanpa tertahan lagi, dia Joker dan ini adalah kesempatan baginya untuk menanyakan keberadaan Jis dan juga Daniel. Dia sudah tidak peduli lagi mau dimana dia berada sekarang, yang jadi pikirannya saat ini mencari informasi dari Joker mengenai Jis dan Daniel.
"Jis? Daniel?" jawab Joker yang kelihatannya tidak tahu-menahu soal kedua temannya itu.
"Kau tidak mungkin tidak tau! Keduanya menghilang tepat saat mereka berhasil mengumpulkan 100 kartu Joker! Mana mungkin kau bisa tidak tau!" balas Puput dengan amarah yang meluap-luap. Dia menunjuk-nunjuk Joker dengan sengit, ingin rasanya dia menghajar sosok di depannya ini agar mau berbicara yang sebenarnya.
Saat Puput berteriak keras, tiba-tiba dia merasakan guncangan hebat, seperti ada sebuah gempa. Menara kartu yang ada disitu runtuh satu-persatu.
"A-apa yang terjadi?" tanya Puput dengan panik.
"Let's go!" kata Joker yang langsung menarik tangan Puput menuju jendela.
.
"Tu-tunggu dulu!" kata Puput yang berusaha menahan Joker, kini dia sudah berdiri ditepi jendela, dan astaga berada ditingkat berapa mereka, tempat mereka berada tinggi sekali.
"Hold into me" kata Joker yang kemudian tanpa permisi lagi langsung menggendong gadis itu.
"A-aku takut ketinggian!" kata Puput secara spontan begitu mengetahui kalau Joker berniat untuk melompat.
"If that so, close your eyes" balas Joker dengan tenang, entah mengapa mendengar perkataan itu Puput merasa nyaman. Dia jadi teringat pada Jis.
.
Flashback
.
"Jis Aku takut" kata Puput dengan sedikit merengek, sekarang dia sedang berada di atas pohon tapi tidak bisa turun.
"Jangan takut, ayo melompatlah!" teriak Jis yang sudah berusaha membujuk Puput untuk turun kurang lebih satu jam.
"Tidak mau, tidak mau, tidak mau! Aku takut Jis! Huwaaaaaa!" balas Puput cepat sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, dia bahkan mulai menangis kencang sangking takutnya.
"Huwaaaaa, ini semua salahku! Huwaaaaa" disitu juga terlihat Michael yang ikut menangis kencang karena dia yang mengatakan pada Puput kalau menikmati pemandangan dari atas pohon sangat indah, dia jadi merasa bersalah.
"Sigh… Tidak usah takut, melompatlah. Kalau takut, pejamkan saja matamu, ada aku yang akan menangkapmu. Percayalah!" balas Jis yang sepertinya belum kehabisan akal untuk menyuruh Puput untuk turun.
Akhirnya dengan takut-takut Puput mengikuti kata-kata Jis, dia melompat seraya memejamkan matanya, dan begitu matanya terbuka dia sudah berada di bawah tanpa terluka sedikitpun.
"Ji-Jis, kau tidak apa-apa?" tanya Puput panik begitu melihat Jis tertelungkup tak bergerak.
"Puput, kau berat sekali!" balas Jis yang rupanya tidak berhasil menangkap Puput tapi dia menjadikan dirinya matras untuk Puput agar gadis kecil itu bisa jatuh dengan selamat tanpa terluka.
"Huwaaaaaa, maafkan aku!" Puput menangis kencang lalu memeluk temannya itu.
.
End Flashback.
.
"Now, you can open your eyes" kata Joker menyadarkan Puput dari lamunan masa kecilnya.
"Ma-maaf" balas Puput dengan wajah yang sedikit memerah.
.
.
Disisi lain tampak Michael, Pandu, Riko dan Rey tengah berlari dari para pasukan Zombie. Mereka berempat jatuh dan terdampar di Halloween town.
"GYAAAAAAAA! TEMPAT MACAM APA INI!" teriak Michael yang terus memacu kecepatan larinya.
"Yang lebih aneh lagi kenapa bisa ada pasukan Zombie!" balas Pandu tidak kalah panik dari Michael sambil menunjuk para Zombie yang masih saja mengikuti mereka sejak Satu jam 30 menit lalu.
"Jangan tanya padaku! Aku juga tidak tau!" balas Riko ikut berlari di belakang, sedangkan Rey sudah berlari setengah mati namun masih ketinggalan jauh.
.
"Cih… Kenapa malah jadi terkepung begini!" kata Michael sambil berdecih kesal.
"Riko apa kau ada ide?" tanya Pandu pada Riko, yah siapa tau cowok itu ada ide untuk meloloskan diri.
"Dengar, dalam hitungan ketiga kita serang bersama" balas Riko dengan serius.
"Kau gila! Mereka itu Zombie, sekali lagi ZOMBIE!" kata Rey yang setengah tak percaya dengan ide gila Riko. Masa mereka harus melawan Zombie, yang ada cari mati.
"Mau bagaimana lagi! Ini satu-satunya kesempatan kita!" balas Riko berusaha menenangkan Rey yang panik.
"MIZU NI NAMI!" mendadak muncul ombak laut dari arah yang lain dan menerjang para pasukan Zombie tersebut hingga lenyap tak bersisa. Michael dan yang lainnya cengo sesaat.
"Kalian tidak apa-apa?" tanya seorang gadis yang berdiri di atas Water field. Rambut gadis yang berwarna ungu itu terurai oleh tiupan angin, matanya yang berwarna violet memancarkan pancaran kecemasan.
"Ka-kami tidak apa-apa!" balas Michael ketika sadar kalau situasi sudah aman. Gadis itu menghampiri Michael dan kawan-kawan bersama dengan seseorang (setidaknya itulah yang Michael Kira dan yang lainnya pada awalnya). Orang yang berada di belakang gadis itu memiliki tatapan dingin dan ekspresi datar, memiliki rambut orange kemerahan dengan style rambut hampir menyamai Michael, mata orang tersebut memancarkan cahaya merah darah.
"Syukurlah, tadi berbahaya sekali. Kenapa kalian tidak menggunakan skill kalian untuk melawan monster-monster tadi?" tanya gadis itu yang malah mendapat tatapan bingung dari Naruto dan yang lainnya.
"He? Apa maksudnya? Skill?" tanya Pandu bingung lalu celingukan meminta penjelasan.
"Jadi kalian tidak tau ya? Kita ini sedang berada di dalam permainan Neverland!" jawab gadis itu menjelaskan.
"APAAAAA!" teriak Michael dan yang lainnya tidak percaya.
"Kalian berisik! Ayo cepat pergi dari sini, tempat ini tidak aman" balas gadis itu yang kemudian mengajak Michael, Pandu, Riko dan Rey ke tempat lainnya yang jauh lebih aman.
.
.
.
.
"Jadi maksudmu sekarang kami semua berada di dalam dunia game?" tanya Puput setelah mendapat penjelasan dari Joker yang kini berjalan di depannya, mereka sedang menerobos Illusion forest untuk sampai ke Elf village.
"Akan kujelaskan detailnya setelah keluar dari hutan ini" balas Joker yang sepertinya enggan membahas pertanyaan Puput lebih lanjut untuk saat ini.
"WAAAAAAAAH!" terdengar teriakan tidak jauh dari tempat Puput dan Joker berjalan sekarang, dan suara teriakan itu Puput sangat mengenalnya. Itu suara Anna.
"Ada apa?" tanya Joker ketika dilihatnya Puput berhenti berjalan mengikutinya.
"Apa kau tidak mendengar suara teriakan? Suara itu seperti suara temanku!" jawab Puput yang merasa yakin samar-samar dapat mendengar suara teriakan Anna lalu ia menunjuk arah jalan yang berbeda dari tujuan utama mereka.
"Kau ingin memeriksanya?" tanya Joker dan Puput pun mengangguk cepat. Tanpa banyak bicara lagi Joker segera berbelok kearah yang ditunjuk Puput.
Puput berjalan mendahului Joker dengan perasaan sedikit khawatir kalau sampai terjadi apa-apa pada sahabat terbaiknya itu. Puput mengakui meski mereka kerap sering bertengkar tak dapat dipungkiri, Anna selalu mendukungnya, menyemangatinya dengan cara yang aneh, meski dia tau Anna tak selalu berada disampingnya seperti Michael, tapi Anna seperti selalu ikut dan larut dalam setiap keputusannya.
BRUK!
Langkah Puput terhenti karena dia menubruk seseorang yang tak lain adalah Anna.
"Puput! Untunglah!" kata Anna dengan lega dan langsung memeluk Puput dengan erat.
"Ann, apa kau yang baru saja berteriak?" tanya Puput menanyakan soal teriakan yang tadi ia dengar.
"Ah, iya! Put Andre tertangkap oleh monster disebelah sana!" kata Anna, wajah leganya berubah menjadi cemas. Dengan cepat dia menarik Puput ke tempat yang dia maksud, dan tampaknya dia belum menyadari kehadiran Joker.
.
.
"Astaga Andre! Rio!" Puput terkejut melihat Andre yang kini tengah terbelit sebuah lidah raksasa milik seekor monster katak besar berwarna hijau. Dan ada Rio yang berusaha mengalihkan perhatian katak raksasa itu agar tidak memakan Andre.
"Kenapa bisa seperti itu Ann?" tanya Puput mengeleng-gelengkan kepala, bisa-bisanya mereka bertemu dengan monster seperti itu.
"Mau bagaimana lagi! Kami terjatuh tepat diatas tubuh raksasa itu, selain itu Andre malah memakan makanan siang raksasa itu dan membuatnya marah!" balas Anna sambil menggerutu kesal mengingat kejadian yang baru saja ia alami itu.
"Joker, apa kau tidak bisa melakukan sesuatu?" tanya Puput kini beralih kepada Joker yang sejak tadi diam saja di belakang mereka.
"Jo-Joker?" Anna yang kaget langsung menoleh ke belakangnya dan baru menyadari sosok Joker ada disana. Dengan cepat Anna segera memajukan langkah kakinya beberapa langkah ke depan untuk menghindari Joker.
"Seruling itu, berikan padaku" kata Joker meminta Puput menyerahkan seruling yang sejak ia tersadar memang sudah tergantung dilehernya, dan kata Joker seruling itu bisa digunakan untuk memanggilnya kapanpun dia mau.
"Ini" Puput menyerahkan benda itu lalu berpikir apa yang akan dilakukan Joker dengan benda itu.
"Sebelumnya aku minta kalian berdua untuk menutup telinga kalian" kata Joker memeperingati Anna dan Puput.
"Rio, Andre! Tutup telinga kalian!" teriak Anna mencoba memperingati Rio dan Andre juga.
"Andre, cepat tutup telingamu!" kata Rio yang sekarang sudah berada di dalam tangan katak raksasa itu.
"Baiklah!" balas Andre mengangguk mengerti.
"Jangan buka telinga kalian sebelum aku selesai memainkan seruling ini" kata Joker sekali lagi, lalu perlahan dia mulai memainkan seruling miliknya. Joker mengeluarkan alunan lembut yang menghanyutkan dan permainan serulingnya bernama Lullaby yang mampu membuat siapapun yang mendengarnya tertidur untuk sesaat.
"WAAAAAA!" Andre dan Rio terjatuh dari atas dan jatuh kebawah dengan cukup keras.
Bruk!
BRUK!
"Ayo cepat berdiri Ndre!"
Rio berusaha membantu Andre berdiri yang tampak kesakitan.
"Ayo cepat, cepat!" teriak Anna sambil memandang ngeri, nyawa dua temannya sekarang sedang terancam. Sial bagi Andre dan Rio, suara teriakan Anna tampaknya membangunkan monster katak raksasa itu.
"Kerja bagus Ann, kau membangunkan monster itu!" kata Puput gemas kepada Anna yang suara teriakannya mampu mengalahkan teriakan toa orang-orang sekampung itu dan sekarang membangunkan sang monster.
"Eh Maaf... " balas Anna dengan penuh penyesalan. Tapi untunglah Rio dan Andre berhasil lari dan mendekati mereka.
.
"Hah… Hah… Hah… Ayo cepat pergi!" kata Rio yang kini sudah berhasil bergabung bersama Puput dan yang lainnya, dia benar-benar kelelahan terutama dia harus menyeret Andre bersamanya.
"Ayo cepat!" tanpa membuang waktu lagi mereka semua lari dari kejaran monster itu. Tapi tentu saja monster raksasa itu dapat mendahului mereka hanya dalam sekali lompatan, dan … HAP! Monster itu sekarang sudah berada di depan mereka.
"Katak besar yang merepotkan!" keluh Rio menggerutu, dia sudah sangat lelah bahkan dia hampir tidak kuat menyangga kakinya, kalau harus berlari lagi dia pasti akan pingsan.
"Tunggu apa lagi ayo cepat lari dari sini!" Andre berteriak panik. Dengan cepat Andre mengambil langkah untuk lari tapi gerakannya terhenti ketika tangan Rio menarik baju cowok gendut itu.
"Tenang dulu Ndre!" kata Rio menyuruh teman dekatnya untuk diam dan tenang. Andre jatuh terduduk dan terdiam sambil menatap Andre yang wajahnya berubah serius.
'Mau apa monster itu?' batin Rio mendapati gerak-gerik aneh dari monster katak dihadapannya ini. 'Tu-tunggu dulu… Jangan bercanda, apa dia mau mengeluarkan laser beam?' Rio baru menyadari kalau di dalam game dia pernah melawan monster besar di depannya ini yang memiliki jurus laser beam yang mematikan dan dapat meratakan satu party sekaligus. Nama monster di depannya Carnovire dan termasuk kedalam Boss elite.
"SEMUANYA CEPAT LARI, DIA MAU MENGELUARKAN LASER BEAM!" teriak Rio meneriaki yang lainnya untuk cepat lari, tapi terlambat monster itu sudah membuka mulutnya, terdapat gumpalan cahaya dari dalam mulutnya dan siap ditembakan kearah Puput dan kawan-kawan.
'Celaka kami tidak sempat menghindar!' Rio berpikir pasrah ketika diliriknya laser beam sudah melesat kearah mereka.
"Jo-Joker, lakukan sesuatu!" kata Puput berharap Joker bisa melakukan sesuatu dan menyelamatkan mereka.
"As you wish" balas Joker yang kemudian berhenti berlari dan berdiri, seolah bersiap menghadang kekuatan besar itu.
"Mirror shield!" muncul lempengan cermin dengan bentuk yang cukup besar untuk menutupi mereka. Kaca pelindung itu membalikkan kekuatan laser beam dari Carnivore dan menyerang balik sang monster.
"Ah, selamat… Tadi hampir saja!" kata Anna bernafas lega setelah melihat monster itu lenyap.
"Ayo cepat pergi dari tempat berbahaya ini!" kata Shikamaru yang sudah malas menjadi bulan-bulanan monster.
.
.
TEAM MICHAEL
.
.
"Jadi kita bisa menggunakan kemampuan kita di dalam game?" tanya Michael setengah tidak percaya dan setengahnya lagi penasaran begitu mendengar penjelasan dari gadis yang mengaku bernama Lisa. Dan yang satunya adalah Fugo, NPC pendamping Lisa.
"Aku mau mencobanya ah!" seru Michael bersemangat. "TORNADO KICK!" Naruto mencoba melakukan tendangan ke udara, dan benar saja. Terlihat ada angin yang menyeruak membentuk angin tornado kecil dan menghancurkan batu yang ada disana.
"INI BENAR-BENAR HEBAT!" sorak Michael baru bisa mempercayai kata-kata Lisa setelah mencobanya sendiri.
"Bagus sekali!" celetuk Pandu ikut bersemangat.
"Hey, kalian berdua kenapa?" tanya Michael dengan aneh melihat Riko dan Rey sejak tadi diam saja. Malah wajah keduanya tampak pucat.
"Kau bodoh atau apa Mike" ucap Riko lalu menghela nafas melihat kepolosan (atau kebodohan) dari Michael.
"Apa maksudnya? Aku tak mengerti" jawab Michael yang masih cengo dan pasang muka blo'on.
"Lisa, katakan padaku. Apa kalau kita terluka di dalam game, itu sama saja seperti terluka di dunia nyata?" tanya Riko untuk memastikan apa yang dia pikirkan.
"Itu benar" Fugo mengambil alih dan menjawab pertanyaan Riko.
"Berarti kalau kita mati disini, artinya... " kata-kata Rey terputus lalu menatap semua teman-temannya yang baru mengerti maksud perkataan Rey (kecuali Riko yang memang sudah menyadarinya saat mendengar cerita Lisa).
"Kalian akan lenyap" jawab Fugo datar. Kontan Michael dan Pandu langsung menelan ludah ngeri membayangkan kalau sampai mereka lenyap di dalam game.
.
.
'"Hey, sebenarnya kita ini mau kemana?" tanya Angel yang berjalan mengikuti seorang pemuda berjubah biru.
"Kita akan ke Elf Village, jadi diam saja jangan cerewet!" balas pemuda itu sedikit kesal karena sejak tadi Angel tidak berhenti bertanya kepadanya.
"Kau belum menjawab semua pertanyaanku!" kata Angel kesal dan langsung melempar pemuda itu dengan sebongkah batu bata yang muncul secara random. (XD)
"Wadaw! Kebangetan! Masih untung aku mau menolongmu tadi! Aku juga tidak tau apa yang terjadi, aku juga tadinya lagi asik main game! Malah harusnya aku mendapatkan barang langka di game, eh tau-tau nyasar kemari! Tapi satu yang aku tau, orang-orang yang juga kelempar ke dimensi game pasti berkumpul di Elf Village!" jawab pemuda itu panjang lebar sambil ngelus kepalanya yang nyut-nyutan malah sempet pake acara curcol segala lagi. Angel langsung diem di omelin.
"Makanya kalian semua ikut saja dan diam!" sambungnya lagi agak galak dan langsung kembali lagi berjalan. Angel, Sam dan Dio tak bisa banyak berkomentar, ketiganya mengikuti langkah cowok yang mengaku bernama Herry tersebut.
Bagaimana kelanjutannya? Dan apa yang akan terjadi setelah mereka semua berkumpul di Elf Village? Benarkah Daniel dan Jis ada di dalam game? Lalu bagaimana nasib Nisa, Denis, Amel dan Wahyu yang masih belum diketahui?.