"Phi, Mae bilang, kalau ada orang cacat dan compang-camping, tinggalkan karena bisa jadi dia orang jahat. Tapi, jika melihat seseorang yang terluka parah, aku tidak boleh diam saja meninggalkan dia."
Sudut bibirku pun berkedut pelan. "Aku tahu, ibunya memang seberkualitas itu," batinku. "Ha ha. Begitu?"
"Umn." Mile mengangguk pelan. Bocah itu kini berani menyentuh dadaku. Di sana memang ada bekas darah. Aku pun meringis karena bekas cambukan di kulit sekitar sana masih memar karena permainan sinting semalam. "Di sini juga perlu diobati," katanya. "Apa Phi sakit-sakit juga di bagian lain? Aku bisa mengolesinya dengan obat merah kalau ada luka-luka. Percayalah, Phi. Aku jago. Mae-ku sudah mengajariku soal itu berkali-kali."
"Ha? Apa ibunya seorang dokter?" kagetku. Sampai tidak sadar aksen bicara Mile kini sudah sangat lancar. Kemungkinan besar anak ini sempat ragu saat tadi memperkenalkan diri padaku.
"Phi ...." panggil Mile ulang.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com