webnovel

Amusement Parks

Kisruh yang terjadi di sekolah, tidak membuat Lily berhenti merayu Daniel. 

"Daniel, kamu masih marah, ya?" tanya Lily yang mengikuti cara duduk Daniel. "Ayo kita jalan-jalan malam nanti. Kamu bisa ijin ke bos mu kan?" ajak Lily. 

Daniel pun menoleh dengan perasaan yang berubah. "Malam nanti? Maksudmu? Malam nanti kita akan pergi bersama-sama? Kemana?" tanyanya penasaran. 

"Hmm. Sudah hilang, ya marahnya," sindirnya.

"Hah? Ih, kenapa sih. Aku kan mau tanya. Kalau aku tidak mau gimana?" ucapnya yang membuat gadis itu cemberut. 

"Tidak apa apa kalau tidak mau," jawabnya.

"Ak-aku mau. Ayo kita kesana," balasnya dengan malu.

"Aku mau ke pasar malam, ya, Daniel. Mau ke bioskop juga nonton film horor dan mau makan malam denganmu," ucap keinginan Lily yang membuat jantung Daniel berdetak lebih cepat. Bukan karena tidak punya uang. Tapi, kenapa Lily ingin bersamanya lebih lama kali ini. 

"Kalau begitu, aku akan meminta ijin ka Rachel dulu dan memintanya untuk menjaga adikku," jawabnya.

"Rachel? Ah, guru privatmu ya?" tanya Lily yang dibalas dengan anggukan  Daniel 

***

Setelah mereka pulang sekolah, Daniel dengan segera berganti baju menggunakan kaos hitam yang diselimuti kemeja kotak-kotak. 

"Ka Rachel, aku minta maaf, ya, hari ini tidak bisa belajar," kata Daniel kepada wanita cantik 25 tahun tersebut. 

"Baik, jangan lama, ya. Aku juga harus pulang soalnya. Hehe," kata Rachel yang disusuli senyum yang menunjukan gigi gingsulnya. 

Daniel pun berjalan dengan langkah cepat untuk menjemput Lily. Bus berwarna biru tersebut dengan cepat menghampirinya. Daniel pun menaiki bus tersebut. 

Jarak rumah mereka tidak begitu jauh. Sebelum bus berhenti untuk menjemput gadis dengan gaun selututnya, Daniel sudah lebih dulu terpukau dengan gadis itu. 

Lily pun menaiki bus yang selalu dia pakai untuk berangkat sekolah. 

"Hay, Daniel," sapa gadis itu. 

Seakan-akan waktu berhenti seketika. Dan memberi kesempatan gadis itu menjadi pemeran utama di dalam panggung. 

Saat Lily duduk tepat di dekat jendela yang terbuka. Rambut indahnya kompak menari dengan formasi yang membuat wajahnya terbuka indah. 

'Sial! Dia seperti bidadari saat imi," batin Daniel. 

"Daniel, ayo kita dengarkan lagu ini," kata Lily. Lalu, membagi earphonenya kepada laki-laki yang masih kaku dan tidak percaya dengan yang dilakukan gadis itu sekarang. 

Lily pun mulai memilih lagu di handphone nya. Dan hatinya tertuju dengan lagu berjudul I just Couldn't save you tonight-Ardhito Pramono dan Aurelie Moeremans. Sungguh lagu yang tepat bagi mereka. 

Gadis itu masih setia mengeluarkan kepalanya di jendela dan menikmati belaian angin. 

Langit biru pun memberi dukungan gadis itu. Gadis yang sudah lama tidak bahagia dan senyum selebar ini. 

Pemberitahuan bus menunjukan ke tempat mereka yang akan disinggahi. 

"Lily, ayo!' ajakan untuk menikmati wahana yang diinginkannya. 

Lily yang berlari kegirangan membuat topi coklatnya mengapung. Untung saja, topinya itu tertangkap oleh laki-laki bertubung tinggi itu yang tidak lain adalah Daniel. 

Mereka bertabrakan tidak sengaja saat bersama-sama meraih topi itu. 

"Ah, maaf," kata Lily. Kemudian, dia berjalan lebuh. Cepat karena menahan malu. Wajahnya semerah kelopak mawar yang dipegang gadis lain yang berjalan dengan kekasihnya berlawanan arah. 

Daniel yang melihat gadis itu merasa paham. "Mau bunga itu?" tanya Daniel yang membuat Lily semakin malu. 

"Tidak perlu. Aku hanya ingin makanan. Haha," balasnya dengan tawa yang menyipitkan matanya. 

Deg! Lagi-lagi Daniel terpukau dengannya. Senyum gadis itu seakan-akan mengalihkan dunia. 

"Daniel, aku ingin menaiki itu dulu," pintanya yang menunjuk roller coaster. 

"B-benarkah? K-kamu tidak takut?" tanya Daniel yang memberikan ekspresi panik di depan gadis itu. 

"A-hahaha. Kamu penakut, 'kan, Daniel?" ejeknya yang memukul laki-laki itu. 

"Tidak! Ayo, kita naik itu," balas Daniel gengsi. 

Daniel pun berjalan meninggalkan gadis itu, sambil.membayangkan dia menaiki itu . Apakah jantungnya akan menggelutuk ke bawah? Apalagi, jeritan yang menumpanginya itu juga membuat Daniel bergidik ngeri. 

Lily pun berlari mengejar Daniel. "Daniel, kamu tidak mau naik itu tidak apa-apa. Biar aku saja. Kamu beli makanan untuk kita," saran gadis itu sambil merangkul tubuh tinggi Daniel. 

"Kamu meremehkanku? A-aku bisa naik wahana itu. Ayo, ini giliran kita," ajaknya sambil menarik tangan Lily. 

"A-ahahah. Kamu saja berbicara sampai tergagap begitu," ejeknya sekali lagi.

Kini, mereka pun mulai menduduki kursi bagian tengah wahan itu. Daniel yang sedari tadi memegang tangan Lily erat juga memejamkan matanya sekuat mungkin.

"Kalau kamu kamu takut, tidak usah, Daniel. Mumpung belum jalan," saran Lily yang membuat Daniel bosan mendengarnya. 

Daniel yang belum sempat membalas saran Lily, wahana itu malah maju lebih dulu. 

"Aaaaaaaaaa," jerit Daniel. Wahana yang masih bergerak lurus dengan aba-abanya saja Daniel sudah heboh. 

"Belum, bodoh," bisik Lily yang ikut merasa malu setelah di lihat orang yang di depannya. 

Ini saatnya, wahana tersebut bergerak secepat kilat. Jeritan merdu berjamaah terdengar asik ditelinga gadis itu. Tapi, tidak dengan Daniel. Setelah puas berjerit karena takut, Daniel memasang wajah pasrah dan lelahnya. Mereka dibuat bergerak cepat. Dibuat pelan lalu menjadi cepat. 

"Aish, jan- jantungku sepertinya tertinggal, Lily," kata Daniel yang memberikan kode ingin muntah. 

"Da-daniel, awas saja! Jangan muntah di sini," kata Lily yang memperingati Daniel. 

Uji nyali dengan wahana tersebut selesai. Lily yang memegang lengan berat Daniel karena laki-laki itu tidak berdaya dan berjalan dengan sempoyongan.

Huwekk!

"Eww, Daniel. A-hahahaha. Kamu lemah juga, ya," ejeknya. 

"Li-ly, aku mau minum," pintanya yang masih merasa mual dan membuang sisa sarapan tadi. 

Lily pun memberikan air mineral untuknya. Kini, mereka duduk di kursi berwarna kuning. Dengan Daniel yang masih menatap benci roller coaster yang tidak jauh di hadapannya. 

"Sudah baikan?" tanya Lily yang sempat khawatir dan merasa lucu dengan tingkah lakunya. 

Pertanyaan itu di angguki Daniel. "Sekarang, kamu harus ikut keinginanku, Lily," pintanya sambil menatap komidi putar klasik dan mewah. 

Lily yang memahami hal itu memenuhi keinginan Daniel. "Komidi putar? Baiklah," jawabnya. 

Kini, ada yang lebih bahagia dari seorang anak kecil 5 tahun. Daniel menaikinya dengan perasaan gembira. Dia juga tidak berhenti berbicara dan bernyanyi di tempat itu. 

"Lily, menyenangkan, bukan?" kata Daniel yang dibalas Lily dengan putaran cepat bola mata Lily. 

Daniel menghiraukan balasan Lily. Dia terus menerus senang dengan aksinya saat ini. Simpul matanya bagaikan sabit di tengah malam. Sangat cantik. 

"Daniel! Kita sudah menaiki ini tujuh putaran. Ayo, kita coba yang lain," ajak Lily yang sudah bosan menaikinya dengan lama. 

"Tidak mau. Aku suka naik ini," balas Daniel sambil memeluk kuda merah muda yang ditungganginya. 

"Satu kali lagi!" kata Lily tegas. 

"Tiga!" jawabnya. 

"Hey! Itu terlalu lama. Kita harus mencoba yang lain, Daniel. Masih banyak yang harus di coba," sentak gadis itu. 

Daniel merasa geram dengan Lily. "Harus sepuluh, Lily!" ucapnya. 

"Hah? Dasar gila! Dia bukan anak kecil lagi. Ew, menjijikan," umpat Lily yang memeluk kuda hitamnya pasrah.