webnovel

Negeri Sihir

Negeri sihir terbagi menjadi beberapa wilayah, yaitu wilayah air, api, angin, tanah dan petir. seluruh wilayah memiliki tingkat elemen mereka masing-masing, maka dari itu tingkat keamanan dan tingkat kedamaian di negri ini cukup stabil. namun, ancaman dari para monster dan iblis tidak dapat dipungkiri, sebanyak apapun lawannya tetap saja membuat negeri sihir menjadi terancam. hingga, perangpun terjadi.. membuat perdamaian di negri sihir menjadi terancaman, para monster dan iblis menduduki wilayah negeri sihir seluruhnya. mau tidak mau dan suka tidak suka, kini mereka harus hidup berdampingan dengan para monster dan iblis ditempat mereka. kekalahan besar bagi para penyihir, suatu hari sang penyihir menggunakan sihir terlarangnya dan memanggil seseorang dari dimensi lain untuk menolong tempat tinggal mereka. ia berhasil membawa orang itu, dan perlu diketahui bahwa sihir terlarang akan merenggut jiwa mereka yang menggunakan sihir terlarang tersebut. seseorang itu dipanggil dari planet yang jauh, pria berambut putih bermata merah dan Di bernama zen. kemampuan sihir zen sangatlah hebat, ia mampu menggunakan sihir petir, karena pengorbanan penyihir yang telah memanggilnya ketempat ini. perjalanan seorang penyihir benama zen itupun bermula, semua akan dia hadapi dengan caranya sendiri. negeri tempat yang ia tinggalin sekarang, perlahan aku diembannya satu persatu untuk membasmi dan menyelamatkan negeri sihir ini.

zakizenzaki · Fantasy
Not enough ratings
9 Chs

Guild Negeri Monster

matahari kini telah meninggi..

setelah mereka selesai makan, mio berkata pada anaknya itu supaya tidak melakukan hal yang merepotkan papa, pahamkan yuko? tanya mio sambil tersenyum pada putrinya.

" hm.. baiklah mama! " sebutnya ikut tersenyum.

ketika semuanya telah siap tuk berangkat ketempat Guild Monster, akupun langsung menggendong yuko diatas leherku.

dengan begini, dia dapat menikmati perjalanan ini dengan hati yang gembira. ketika kami hendak melewati sungai perbatasan itu.

lalu, berkatalah mio kepadaku, untuk meminta kami behenti sejenak karena dia punya cara supaya kami semua tidak perlu repot-repot menyeberangi sungai tersebut.

" tuan zen, tolong tunggu sebentar! " ucapnya meminta kami berhenti.

" eh, ada apa mio? " tanyaku heran menatapnya.

ketika itu, kulihat mio mengambil seutas akar besar dari pohon beringin, dan dihentak-hentakkannya akar pohon tersebut. hmm, sepertinya ini sudah cukup! ucapnya terlihat yakin.

lalu dimintanya supaya aku mengikat kuat ujung akar itu, keatas dahan pohon cemara yang ada didekat kami. ketika ingin kutanya untuk apa, ia berkata supaya aku melakukan seperti yang dia katakan itu.

" hm, sebenarnya apa yang dipikirkan mio yah? " tanyaku memanjat pohon cemara ini.

ketika ikatannya sudah kuat diatas dahan pohon tersebut, mio menarik-narik pohon itu dan dengan sekuat tenaganya ia menarik mundur dahan ikatannya ini.

tentu saja hal ini membuatku sangat khawatir melihatnya, woy! mio.. kau sedang apa?! teriakku mencoba menenangkan dirinya.

bukannya tenang namun, ia melepaskan tarikkan itu dan lalu melontarkan dahan pohon juga bersama diriku ini, hingga keujung tepi sungai yang ada diseberang sana.

" aaaaaahhhhh... " teriakku terbang melawati sungai perbatasan ini.

ketika tubuhku hendak mendarat diseberang sungai ini, lalu dengan cepat kuarah kaki ketanah sebagai tempat lompatan dan memutar tubuhku supaya aku tidak terluka.

" uhh, selamat.. " ucapku medarat ditanah dengan kedua kakiku.

sejenak aku sadar bahwa caranya ini lumayan bahaya menurutku, mio apa yang- ketika aku ingin berteriak. kulihat mio sudah menaikan yuko yang tertawa kegirangan didahan pohon pelontar itu.

" aaah! mio, apa yang kau lakukan pada yuko.. " teriakku sangat khawatir.

" tuan zen! tangkap yuko yah.. " balasnya berteriak sambil melepaskan akar tersebut.

dengan tawa riang dan gembira, yuko terbang melintasi sungai perbatasan ini. hhaha, papa.. papa.. hhaha.. ucapnya sangat kegirangan.

" woy.. woy.. ini berbahaya tau! " ucapku mencoba mencari arah pendaratan yuko.

" hhahaha.. hhaha.. hhaha.. " tawa yuko sangat kegirangan.

langkahku melompat keatas mencoba meraih tubuh yuko itu, taaaaapppp.. suara tubuh yuko berhasil kudapatkan.

kakiku turun kebawah, padahal barusaja aku menyelamatkan seorang gadis kecil, kini seorang perempuan yang mengikat akar pada batu dan menarik batu itu.

membuat yuko terlempar mengarah kearah kami, menyadari mio seperti itu, langsung kuturunkan yuko ketanah sambil berkata..

" sayang.. kamu tunggu sebentar ya! " ucapku merasa khawatir pada mio.

" hm.. " anggukan kepalanya tanda mengerti.

sekuat tenaga kucoba melompat keatas, mengambil, menangkap tubuh mio yang terbang melintasi sungai ini dengan sangat cepatnya.

" haaaaaa... " teriak mio terlihat ketakutan.

" mio.. " teriakku sekencang mungkin padanya.

" tuan zen! " ucapnya menyadariku saat ini.

diudara tempatku saat ini berhasil menangkap tubuhnya, mengibaskan rambut mio yang ada dipelukkan tanganku. dengan wajah kesalku ini, kupencet hidungnya itu lalu berkata..

" jangan ulangi lagi perbuatanmu itu yah kampret.. " ucapku menarik-narik hidung mio.

" ahhkk.. ahhkk.. syakit.. tuaan zehn.. " ucapnya dengan hidung yang dipencet dan ditarik-tarik oleh zen itu.

perlahan mendaratlah kami semua diseberang sungai ini, dengan hidung merahnya itu mio mengadu pada anaknya.

" yuko lihat papamu ini, dicubitnya hidung mama sampai merah sayang, marahi dia.. " ucapnya sambil memeluk putrinya itu.

" hmmm.. papa, minta maaf sama mama! " bentaknya dengan wajah kesal namun sangat imut menurutku.

" he?? heee.. kenapa aku harus minta maaf? " teriakku bingung harus berbuat apa pada kondisi seperti ini.

" papa... " gumam yuko terlihat kesal sekali.

mau tidak mau, suka tidak suka, akupun menuruti perintah darinya.

setelah itu..

kami semua berjalan menyusuri hutan wilayah negeri monster ini, ketika kami berjalan cukup jauh, kami dapat melihat jenis monster berwujud manusia setengah burung.

lalu dari sisi kananku, mio bertanya tentang tujuan kami mendatangi negeri monster itu, sambil berjalan aku menjelaskan bahwa tujuanku hanya satu.

" apa itu tuan? " tanya mio berhenti melangkahkan kakinya.

" aku ingin menciptakan dunia tanpa peperangan, yang dimana semua makhluk hidup dapat hidup berdampingan. "

setelah mendengar ucapanku barusan, kagetlah mio mendengarnya. ia berkata bahwa apa tuan mampu mewujudkan dunia seperti itu? sebutnya sambil menggenggam kedua telapak tanganku ini.

" hm.. aku pasti akan mewujudkan dunia itu. " memberikan senyuman kecil kepadanya.

tiba-tiba tanpa kusadari, ia langsung memeluk tubuhku, dan membuat yuko cemburu melihatnya dari leher belakangku ini.

" tuan, sampai dunia yang kamu katakan itu terwujud. aku akan tetap setia berada disisi selalu, tuan zen.. " ucap mio sambil memeluk erat tubuhku ini.

" eh, mio?? " kagetku heran sambil memegang rambut birunya itu.

" papa.. papa.. yuko juga ingin dipeluk! " ucapnya terlihat cemburu pada mio.

" baik.. baik.. "

lalu kuturunkan yuko dari leherku ini, dan akupun memberikannya pada mio supaya dia juga ikutan dipeluk.

entah mengapa rasanya seperti aku ini beneran sudah memiliki seorang istri dan seorang anak, rasa yang ingin melindungi mereka berdua.

" ayo pergi, kita harus sampai ke Guild Monster itu hari ini juga. " balasku menatap kearah negeri monster.

" yah, tuan zen.. " balas mio melepaskan pelukkannya itu.

" mama.. mama.. gendong yuko ma! " ucapnya terlihat pengen digendong oleh mio.

langkah kaki mereka menuntun mereka ketempat para monster, negeri yang memiliki para monster yang kuat dan hebat.

setelah berjalan cukup panjang, wilayah hutan ini mulai berakhir ditempat kami berpijak sekarang, lalu kulihat dari kejauhan tedapat sebuah rumah yang cukup besar berwarna hitam seluruhnya.

" disanalah tempat Guild Negeri Monster itu tuan zen.. " ucapnya terlihat khawatir.

" hm, begitu yah.. ayo kita berangkat! " ucapku mulai bersemangat.

" hm.. " anggukan kepala mereka berdua.

jarak dari tempat kami berdiri sekarang dari rumah Guild Monster itu sekitar setengah kilometer lagi. ketika kami bertiga hendak menuju kesana, banyak manusia setengah monster sudah dapat kami lihat.

dari wujud manusia setengah kucing, manusia setengah anjing, manusia setengah kelinci, semua jenis hewan berwujud setengah manusia ternyata ada disini.

dari depan rumah Guild Monster itu, berdirilah zen dan mio yang sambil menggendong yuko. sedari tadi sudah banyak monster yang menatapi mereka, ketika berjalan menuju ketempat ini.

namun hal itu tidak aku tanggapi, karena aku tak ingin ada masalah dalam tujuanku menuju negeri monster nantinya.

kring.. kring.. kring..

masuklah mereka kedalam rumah Guild Monster itu, dilihat merekalah banyak para monster sedang asyik minum-minum disini.

mata para monster itu menatapi kami dengan tatapan sinisnya, layaknya seperti tatapan mata ingin membunuh kami sekarang juga.

meninggalkan hal itu, lalu kupegang tangan mio mengajaknya berjalan menuju ketempat administrasi Guild Monster yang ada didepan sana.

" ayo jalan, kau tak perlu menanggapi mereka. " ucapku pelan kepadanya.

" hm, baiklah tuan.. " balas mio juga pelan.

dari pelukan mio saat ini kulihat yuko sangat ketakutan, perlahan kuambil tubuh yuko itu dan merangkulnya didadaku dan tangan kiriku menggenggam tangan kanan mio.

langkah kami berjalan menuju meja administrasi itu, disana ada seorang pria dengan baju kesatria berwarna merah dan rambut berwarna hitam, menatap kami dengan tatapan sinisnya itu.

lalu kutanya kepadanya, bahwa kami ingin membuat Guild bagaimana caranya? senyumku dengan pasti kepada orang itu.

" oh.. kau mau membuat Guild yah, kalau begitu bisakah kau menunjukkan kekuatanmu disini? " sebut pria itu dengan nada sinis.

mencoba untuk memastikannya, lalu kutanya pada mio dengan nada berbisik pelan padanya. apa memang seperti itu cara pembuatan Guild ditempat ini? "

dengan sikap yang ketakutan, ia menjawab bahwa hal itu bertujuan untuk melihat tingkatan ketua dan Guildnya nanti.

" hm, begitu yah.. "

lalu dengan tegas akupun menjawab pertanyaan orang berbaju kesatria berwarna merah itu, baiklah jadi siapa yang harus aku lawan?!

ia tersenyum seperti seorang pembunuh berdarah dingin, seperti seorang yang sudah mengetahui siapa pemenangnya. dari dalam hati pria itu, dia berkata..

" aku akan membunuhnya.. " senyumnya sinis kepada zen.