webnovel

Meminta Bantuan

"Jaehyun, ayo."

"Kalian duluan saja." Jaehyun menyuruh teman-temannya pergi.

Jam pelajaran olahraga berakhir. Siswa-siswa sudah pergi dari lapangan, kembali ke kelas. Jaehyun masih berada di tempat duduk di dekat lapangan, sementara teman-temannya meninggalkan lapangan.

Sepasang mata menangkap sosok Jaehyun yang masih duduk. Adalah Yunsoul yang melihat itu ketika dia menoleh ke belakang saat berjalan menjauhi lapangan. "Kau duluan, Youngjoo."

Youngjoo mengiyakan, tanpa bertanya lagi dan kembali meneruskan pergerakannya.

Langkah Yunsoul dipelankan ketika hampir mendekati tempat duduk yang terletak di dekat lapangan. Terlihat Jaehyun sedang berpikir sembari melipat kedua lengan di dada. Jaehyun menyadari kedatangan seseorang saat ada yang duduk di sebelahnya. Menghentikan aktivitas berpikir, Jaehyun menoleh sebentar.

"Maaf... aku pikir kau masih marah padaku."

Tidak menanggapi. Bibir Jaehyun terkatup.

"Aku memang mendengarnya, tapi benar-benar tidak jelas. Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan."

"Benarkah? Ya, sudah." Akhirnya Jaehyun memberi respon walaupun terkesan singkat dan dingin.

Yunsoul menghembuskan nafas pelan sebelum ia berkata lagi. "Sebenarnya, aku ingin meminta bantuanmu..."

Jaehyun kembali menoleh sekilas pada Yunsoul. Gadis itu memperlihatkan foto seseorang di layar ponselnya.

"Orang yang kucari waktu aku ke klub malammu. Aku dengar dia termasuk pelanggan tetap di sana. Bisakah kau memberikan informasi tentang dia?"

"Pelanggan di sana banyak. Mana mungkin aku mengenalnya satu per satu."

"Kalau begitu. Bagiamana dengan pegawaimu? Mereka mungkin tahu tentangnya."

"Mungkin." Jaehyun merespon singkat.

"Jaehyun, bisakah kau membantuku?" pinta Yunsoul.

Kini tatapan Jaehyun tertuju pada Yunsoul. "Kau harus melakukan satu hal. Lalu aku akan membantumu."

Yunsoul mendelik. "Apa itu?"

"Kau harus merusak hubungan Taeyong dan Taeil."

***

Bukan tanpa alasan Jaehyun mengatakan hal itu. Tentu saja Yunsoul tahu. Namun, yang ia ketahui hanya ketidaksukaan Jaehyun pada kelompok Taeyong. Selebihnya, Yunsoul tidak tahu penyebab hal tersebut. Memikirkannya bukanlah jadi urusannya.

Yunsoul harus menata pikiran supaya ia dapat ketenangan. Kasus yang ia tangani –yang berkaitan dengan vampir– menyita pikirannya. Apalagi, tadi malam ia bermimpi buruk. Tentang seorang gadis kecil yang ketakutan karena rumahnya terbakar dan api ada di mana-mana.

Lebih hangat. Telapak tangan Yunsoul menyentuh kening. Merasakan suhu tubuhnya berbeda dengan saat tadi pagi. Bahkan Yunsoul merasakan bola matanya agak berair, mungkin karena demam.

"Kau sakit?"

Ekspresi khawatir tampak jelas dari pemuda yang Yunsoul lihat sekarang.

"Sedikit," jawabnya pada Winwin.

"Ayo, aku antar ke UKS." Winwin menawarkan, tahu bahwa Yunsoul membutuhkan istirahat.

"Iya, nanti saja," kata Yunsoul. "Kau kenapa ke sini? Bukankah pelajaran selanjutnya sebentar lagi dimulai?"

Melihat tempat kosong di bangku panjang yang diduduki Yunsoul, Winwin beralih dari posisi berdiri ke tempat itu. Duduk di sebelah Yunsoul. "Aku melihatmu tadi berbicara serius dengan Jaehyun. Sebenarnya ada apa?"

"Hmm... hanya meminta bantuannya saja."

"Tentang apa? Kenapa harus pada Jaehyun?" Winwin mengingikan jawaban yang jelas makanya ia bertanya lagi.

"Seorang pengunjung di klub malamnya. Aku sedang mencari informasi tentang orang itu."

Beberapa detik Winwin terdiam. Memikirkan atas penjelasan yang Yunsoul berikan. Kemudian bertanya kembali. "Apa jawaban Jaehyun?"

"Dia mau membantuku, tapi..." Yunsoul menggantung kalimatnya ketika akan mengatakan syarat yang Jaehyun ajukan.

"Tapi?"

"Dia menyuruhku melakukan sesuatu." Setelah berpikir sebentar, jawaban itu yang Yunsoul pikir tepat karena ragu untuk menjelaskan.

"Jangan dilakukan."

Jawaban Winwin membuatnya terheran. Ia belum mengatakan melakukan apa, tapi Winwin bilang untuk tidak melakukannya.

"Yang Jaehyun bilang, jangan dilakukan. Aku yang akan membantumu mendapat informasi tentang seseorang yang kau cari itu."

Yunsoul bingung untuk menanggapi. Dia hanya memandangi Winwin yang sekarang melengkungkan tipis bibirnya. Memberikan senyuman yang terkesan manis, membuat Yunsoul terpaku.

"Sekarang. Ayo ke UKS. Kau harus istirahat."

***

Malam hari...

Hansol mengemudikan mobilnya menuju sebuah tempat. Dalam perjalanan itu benaknya dipenuhi oleh seorang wanita. Park Ara.

Dengan satu tangan kanannya, Hansol memegang kemudi. Sementara siku kirinya bertumpu pada kaca jendela dan punggung tangan menutupi mulutnya. Kendati pandangannya fokus ke jalan, namun tidak dengan apa yang Hansol pikirkan.

Selang beberapa saat, Hansol memilih menepi, meskipun belum sampai tujuan.

Tangan Hansol mengeluarkan sebuah benda yang terselip di dompet. Foto ia sedang memeluk bahu seorang wanita. Terlihat sangat dekat. Senyum menghiasi keduanya dalam foto tersebut.

Masih jelas dalam ingatan bagaimana foto itu diambil.

-

Hansol menghampiri Ara yang sedang duduk menunggunya di sebuah taman hiburan. Wajah Ara tampak tidak senang. Lain dengan Hansol yang tersenyum ke arahnya.

Ara memalingkan muka dan melipat kedua tangannya. Hansol duduk berjongkok di depan pacarnya itu.

"Maaf. Tadi aku diminta untuk datang ke kantor dulu. Makanya aku sedikit terlambat," kata Hansol beralasan.

"Kau selalu begitu. Ini bukan pertama kalinya." Ara berbicara tanpa melihat pada Hansol.

"Maafkan aku, Ara. Kau jangan marah." Hansol merajuk. Kedua tangan Hansol meraih wajah Ara, lalu menarik kedua pipi Ara sehingga terlihat lucu. "Seharusnya kau menatap aku saat kita sedang bicara."

"Lepaskan."

Hansol tersenyum. "Tidak mau. Kau terlihat sangat lucu."

Ara menjauhkan tangan Hansol dari pipinya dengan susah payah. Lantas setelah itu menatap Hansol dengan cemberut.

"Jangan marah lagi. Kau tambah cantik jika seperti itu," ucap Hansol dengan nada menggoda.

Ucapan itu berhasil membuat Ara tersenyum, meskipun hanya sedikit karena tertahan.

"Ayo. Kita nikmati waktu kita di sini." Hansol memegang tangan Ara. Mengajaknya beranjak dan mengelilingi tempat itu sambil tentunya mencoba beberapa permainan. Mereka berdua juga menyempatkan untuk berfoto. Mengabadikan momen kebersamaan.

-

Mengingat kembali kejadian yang sudah lama itu membuat Hansol tidak bisa menahan air matanya. Kenangan indah itu terasa menyakitkan bagi Hansol. Meski begitu, Hansol tidak mampu untuk membuang foto itu dan masih menyimpannya.

"Kenapa kau lakukan ini padaku?"

***

Raut serius tergambar pada wajah Yunsoul. Jemari tangan kanannya memegang mouse, membuka kembali data dalam sebuah USB.

"Blackmoon..." Yunsoul menghembuskan nafas yang terdengar berat, sebelum ia kembali berkata. "Kapan terjadi Blackmoon? Aku benar-benar tidak mengerti cara membaca kalendar ini."

Yunsoul kembali membuka-buka data dalam USB itu. Dia mengerutkan keningnya. Melihat file tersembunyi yang tidak muncul saat ia membuka USB itu pertama kali. "Ini apa?"

Sebuah foto nyata Crs-Light, benda bening berbentuk bulat dan bisa bercahaya, ditempatkan dalam sebuah kotak kayu bewarna cokelat tua. Yunsoul mengamati dengan seksama.

"Rasanya aku pernah melihat benda itu, tapi di mana?"

***