Ketika toilet sepi, Naura dan Ken keluar mengendap-endap seperti seorang buronan yang sedang dikejar untuk ditangkap.
Ken menahan tawanya melihat Naura masih memajukan bibirnya condong ke depan. Ia kesal karena Ken menambahkan kecupan dilehernya bahkan kali ini lebih terlihat dari sebelumnya.
"Ayolah tersenyum, sayang."
"Berhenti menggodaku," tolak Naura sembari mengalihkan pandangannya.
'Pria tua mesum. Bisa-bisanya dia santai seperti itu melihatku seperti babak belur karena kecupannya,' batin Naura.
"Sayang, sepertinya Nyonya Biu menunggu kita. Apa kau keberatan kalau dia ikut kita makan malam?"
"Menunggumu lebih tepatnya."
"Ayolah, sayang. Aku mana mungkin berselera dengan nenek-nenek."
Naura menghentikan langkahnya. Ia menatap tajam ke arah Ken. "Jadi, kalau dia masih menjadi wanita muda, kau akan tertarik pdanya?" ucap Naura.
"Tidak mungkin." Ken mengusap pipi Naura. "Sisa hidupku, hanya untuk mencintaimu. Percayalah!" imbuhnya.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com