"Cih... Dasar wanita murahan! Hanya dengan sekali bisik saa, kau langsung meresponku dengan tubuhmu! Kau pikir, aku memiliki nafsu?" ucap Delice sembari mencengkram leher Nyonya Harco.
"Tuan, jangan bunuh Ibuku. Aku mohon padamu!" Salsa menggoyang-goyangkan lengan Delice.
Uhuk... Uhuk... Uhuk...
Delice melepaskan cengkraman tangannya, lalu pandangannya beralih ke arah Salsa. Salsa mundur sedikit demi sedikit karena tatapan mata Delice seperti langsung menusuk dadanya.
"Tuan..."
"Kalau kau masih suci, aku akan menyelamatkanmu!" bisik Delice.
Delice berdiri dan memberikan waktu untu Salsa menjawanya. Dari pergaulan, cara bicara hingga tata krama, Salsa seperti orang dewasa. Delice tidak akan langsung percaya jika Salsa mengatakan bahwa dirinya masih Virgin di umurnya yang 16 tahun.
"Kemarilah! Kau harus memuaskanku!" teriak Delice.
Dengan percaya diri, Salsa berjalan dengan kaki yang gemetaran ke arah Delice. Ken maupun Loid hanya sebagai penonton karena Delice belum memberikannya sebuahnya perintah.
Ketika Salsa sudah berada di dekat Delice, Salsa perlahan membuka kancing kemeja Delice.
"Ken, periksa! Aku sama sekali tidak minat dengan gadis yang sudah tidak virgin lagi," seru Delice.
Delice sedang belajar untuk mengendalikan gairahnya, demi menjaga kepercayaan Naura padanya. Apalagi, saat ini Naura terus menolak lamarannya.
"Ahhhh... Uhhhhh..." Salsa memiliki nafsu birahi di atas rata-rata sehingga hanya dengan sebuah belaian jari Ken, sudah mendesah sangat keras.
Ken menatap Delice lalu menggelengkan kepalanya. Ken mengelap jarinya dengan sapu tangan yang ada di saku celananya. Jari yang di pakainya untuk memeriksa kewanitaan Salsa.
"Miris! Kau sudah menjadi jalang kecil di umur 16 tahun," ucap Delice dengan nada yang meremehkan.
Tuan Harco tidak mengeluarkan suara rintihan sedikitpun, meskipun sebelah matanya terasa begitu perih dan berdenyut nyeri.
"Bermainlah dulu dengan Nyonya Harco," pinta Delice.
Ken dan Loid memasang badan dengan tegap, ketika sebuah perintah sudah terlontar dan di sahkan. Seperti biasa, mereka akan bermain-main dulu, memuaskan hasrat sebelum membereskan target.
Delice duduk sembari menelan air liurnya, ketika lekuk tubuh Salsa terlihat karena pakaiannya yang basah.
BUKKKK...
"Sialan!" maki Delice setelah menendang perut Salsa.
Salsa berbaring sembari memegangi perutnya yang sudah memar. Merintihpun tidak akan bisa meredakan sakitnya.
Ken sudah mulai bermain dengan Nyonya Harco bersamaan dengan Loid. Sudah biasa bagi mereka untuk berbagi wanita.
"Salsa, layani aku!"
Salsa berdiri dan berlutut, lalu tangan kecilnya itu segera melepaskan ikat pinggang dan juga kancing celana Delice.
"NAURA!" Delice tiba-tiba bangun.
"Ken, Loid, kalian selesaikan, Aku hanya ingin menerima semua laporan kalau semua ini beres!" teriak Delice lalu langkahnya segera pergi meninggalkan tempat itu dengan wajah khawatir.
"NAURA!"
***
Naura terbangun dan tidak ada siapapun di sisinya. Hanya ada wadah air dan juga handuk kecil yang menempel pada keningnya. Naura merasa tubuhnya begitu lengket karena berkeringat.
Cairan infus sudah kosong tapi tidak ada yang mencabutnya hingga tangan Naura terasa nyeri. Hal itulah yang membuat Naura terbangun.
Naura berfikir bahwa Delice tidak ada di mansion. Naura melihat Hanin sedang santai di temani oleh Olin.
Naura masuk ke dalam kamar mandi dan mengisi bathtub dengan air hangat. Perlahan-lahan Naura menanggalkan pakaiannya satu per satu. Naura berdiri di depan kaca dan melihat kondisi tubuhnya.
"Untung saja hanya memar, tidak luka," gumam Naura.
Setelah puas melihat tubuhnya yang putih di penuhi memar, Naura masuk ke dalam bathtub dan merendam tubuhnya.
"Uhhhh... Hanya memar tapi terasa sedikit perih," rintih Naura.
Naura tidak berani berendam di air lama-lama karena demamnya baru saja turun. Naura sudah merasakan tubuhnya kembali segar dan wangi seperti hari-hari biasanya.
SRETTTT... BRUKKKKK....
"Accchhhhhhh...," pekik Naura.
Naura terjatuh akibat kakinya terasa ngilu dan juga licin. Tangannya tak sampai menggapai handuk untuk menutupi tubuhnya.
BRAKKKKKK...
"Naura!" pekik Delice saat melihat Naura duduk terkulai lemas di atas lantai.
"Jangan mendekat!" teriak Naura.
Delice membalikkan tubuhnya supaya tidak melihat Naura yang tidak memakai sehelai kainpun di tubuhnya. Hati Delice terasa berdenyut nyeri, saat uluran tangannya di tolak oleh Naura.
"Segitu bencinya kau denganku? Apa kau juga begitu jijik kalau kau bersamamu? Naura, kenapa kau terus menolakku?" batin Delice.
"Uhhhh...," Naura kesulitan untuk mengambil handuk yang terletak di atas.
Delice tidak sabar, lalu mengambil handuk untuk Naura. Naura terus menunduk malu karena setiap kali dirinya dalam kesusahan, Delice selalu ada bersamanya.
"Aku tidak akan melihatnya!" ucap Delice sembari memejamkan matanya.
Naura menerima handuk itu dan melilitkan pada tubuhnya. Naura diam dan menatap Delice yang memejamkan matanya.
"Aduhhh...," pekik Nauar karena tidak bisa berdiri.
"Aku akan menggendongmu!" Delice membuka matanya lalu mengangkat tubuh Naura.
GLEK... GLEKK.. GLEKK...
Delice menelan ludahnya setelah kulit tangannya menyentuh tubuh Naura. Apa lagi air yang menetes dari rambut Naura yang basah, masuk ke dalam dada Naura yang hanya tertutup oleh handuk kecil.
Delice membaringkan Naura, tapi tidak melepaskan tangannya ataupun beranjak pergi, melainkan Delice semakin menatap Naura. Tatapan Delice semakin dalam dan wajahnya semakin dekat.
"Salah! Ini salah!" batin Naura sembari memalingkan wajahnya.
"Kenapa menghindar?" tanya Delice tanpa mengubah jarak dan posisi di antara mereka.
"Aku sedang sakit!" jawab Naura dengan satu alasan yang terlintas di otaknya.
"Tatap aku!" pinta Delice sembari mengarahkan wajah Naura untuk menatap matanya. "Biarkan sakit itu berpindah padaku!" ucap Delice dengan lirih.
Delice memejamkan matanya dan mencium bibir Naura tanpa peduli dengan Naura yang sedang sakit dan sakitnya bisa menular padanya.
Naura hanya diam, tidak menolak dan tidak merespon ciuman Delice. Hatinya bimbang dan di penuhi rasa takut yang menggerogoti keberaniannya.
"Kenapa tidak merespon? Bukannya kau juga mencintaiku?" tanya Delice.
"Aku hanya sedang tidak bertenaga!" jawab Naura.
Jawaban Naura membuat Delice kesal, tapi Delice sadar, tidak akan ada wanita yang mau hidup di sisi pria sepertinya.
"Kalau orang lain, mungkin rasanya tidak akan sesakit ini," batin Delice.
Delice mengarahkan kedua tangan Naura ke atas dan menguncinya. Bibirnya kembali mencium dan melumat habis bibir Naura.
"Kalau tidak bisa mendapat cinta di hatimu, setidaknya aku bisa mendapatkan tubuhmu," batin Delice di penuhi dengan gejolak emosi.
"Salah! Ciuman ini salah! Mau berapapun alasannya, Delice tidak akan mendengarkanku. Ciuman ini terasa menyesakkan," batin Naura.
Ciuman itu berubah menjadi kecupan dan kecupan itu semakin turun ke bawah dan meninggalkan bekas kissmark di leher Naura.
"Tidak boleh!" Nuara meronta dan mendorong Delice setelah tangannya terlepas dari genggaman Delice.
"Naura, kau menolakku lagi?"
Naura berdiri dan mendekat ke arah jendela supaya bisa melihat bunga yang bermekaran untuk menghibur hatinya sebelum menolak Delice yang bertolak belakang dengan perasaannya.
"Tuan Delice, aku tidak bisa menikah denganmu!"
***
JANGAN LUPA BERIKAN KOMENTAR DAN JUGA ULASAN YA...
FOLLOW JUGA IG SABRINA_ANGELITTA
FB : SABRINA ANGELITTA
HAPPY READING...!!!