webnovel

Bab. 6. Luka Hati Viana

Pertengkaran bersama Mas Fatir sungguh membuat tenaga dan pikiranku terkuras. Belum lagi sakit hati ini melihat dua buah hatiku bersedih.

Semenjak kembali dari rumah Ayah mereka, Widya dan Kifli tak mau makan. Mereka sepertinya masih sangat terpukul dengan perlakuan Ayahnya hari ini. Bahkan Mas Fatir membentak Widya hanya karena wanita itu.

Setelah membersihkan diri, keduanya mengurung diri di dalam kamar. Kepustakaan untuk membujuk mereka dengan berbagai cara. Akhirnya keduanya makan malam. Setelah makan kedua anakku langsung tidur. Aku tau keduanya sangat lelah hari ini.

Ku temani keduanya, ku pimpin untuk berdoa sebelum tidur dan tak lupa mendoakan kedua orang tua. Semoga dengan doa anak-anak, Mas Fatir bisa menyadari kesalahannya. Aku tak berharap lagi untuk kembali padanya, namun aku berharap Ia mau menerima anak-anaknya.

Ku tatap dalam dalam wajah kedua anakku, membuat tangisku akhirnya pecah. Tak kuasa ku tahan air mata ini, melihat dua makhluk tak berdosa menjadi korban keegoisan sang Ayah.

"Tega kamu Mas....!!! Mereka masih sangat kecil...!!! apa salah mereka Mas???? huhuhuhuhuhu" ucapku lirih dan menangis.

Tujuh tahun ku setia menemanimu. Suka dan duka telah kita lewati bersama. Ku terima berapapun nafkah yang engkau berikan padaku, walau aku pun harus banting tulang untuk mencukupi semua itu, namun Aku tak pernah mengeluh Mas.

Tapi sekarang, hanya karena aku meminta kejujuran darimu, kau malah meninggalkan ku dan anak-anak. Malah kau Selingkuh di belakangku. Sungguh kau lelaki yang paling tega Mas.!

Bukan maksud untuk menyesali tujuh tahun bersamanya, namun yang membuatku sakit adalah kebohongan Mas Fatir selama ini.

Dengan jatah bulanan satu juta rupiah, Ia pun masih mengingatkanku untuk hemat dan menabung, Tapi nyatanya uang itu tak cukup untuk aku dan anakku, hingga membuatku harus menjual dan menitipkan keripik buatanku di warung dan kios-kios terdekat.

Sedangkan uang gajimu lebih banyak ke orang tua dan selingkuhanmu Mas. Aku yang istrimu, tapi kau perlakukan bagai orang lain.

Apalagi Mertua yang memang tak menyukaiku, selalu menghinaku. Tapi aku tetap bertahan demi Mas Fatir. Namun semua pengorbanan ku tak ada artinya.

Hari ini semuanya sudah sangat jelas. Bahwa perpisahan adalah yang terbaik. Untuk apa lagi bertahan jika dua hati tak mungkin bersatu lagi.

Sebenarnya Aku masih mencintaimu Mas, namun luka yang kau torehkan mengikis cinta itu perlahan menjadi benci. Aku membencimu Mas Fatir.

Terimakasih sudah memberi luka di hatiku. Terimakasih sudah menjadikan diriku kuat dengan sikap acuhmu. Semoga kau bahagia bersama pilihanmu Mas. Dan Aku berharap, Aku tak akan pernah lagi mengenalmu.

Tangisku pun semakin pecah. Sungguh ini sangat berat. Namun aku harus kuat demi Widya dan kifli. Mereka adalah masa depanku. Mereka tak boleh melihatku rapuh. Aku harus kuat, agar keduanya tak sedih.

Aku berjanji, tak akan ada lagi air mata untuk Mas Fatir. Sudah cukup selama ini aku mengalah. Sekarang saatnya aku bangkit. Aku tak mau terpuruk dan kehilangan

arah. Semuanya demi kedua anakku.

----------

Keesokan harinya Widya dan Kifli tak mau bersekolah, katanya wajah mereka jelek karena baru saja habis nangis ingat ayahnya.

"Bunda...Widya sama kifli ngga sekolah dulu ya dua hari ini...habis nangis muka jelek Bun..malu dilihatin teman-teman...." ucap Widya dengan nada manjanya.

"Ya udah...entar Bunda telpon wali kelas kalian....Ok!!" jawabku dengan menunjukan ibu jariku pada keduanya.

"Yeeey....kifli senang...hari ini Kifli mau main aja seharian..entar ka Widya temenin Kifli ya..." ucap Kifli yang antusias untuk bermain. Ia pun menarik-narik lengan Widya agar menemaninya bermain.

"Kalau gitu, ibu boleh pamit ke tempat Mbok Atik ya...!!! mau ngambil hasil jualan keripik, sekalian bawa pesanan juga. Widya kunci rumah, jangan di bukain kalau bukan Ibu yang datang.. Ok!!!" jelasku pada Widya.

"iya Bu.." jawab Widya.

Keduanya pun akhirnya memutuskan untuk bermain di kamar saja. Sedangkan aku pergi ke tempat penitipan keripik pisang buatanku.

Saat ini sudah ada sepuluh tempat yang aku titipkan keripik pisang. Setiap tempat aku kasih lima ratus bungkus keripik. Alhamdulillah semuanya habis. Hari ini aku dapat banyak.

Kemudian aku menuju ke Tempat Mpok Atik. Disana, Aku melebihkan keripik sebanyak tujuh ratus bungkus, karena ditempatnya keripik aku laku keras

"Assalamualaikum Mpok..."

"Wa'alaikum salam Mba Viana...waaaahhhhh kebetulan Mba, ada tawaran ni buat Mba Viana. Dan keripik Mba Viana di borong semua sama orangnya." jelas Mpok Atik.

"Lho emang siapa sih Mpok???" tanyaku penasaran.

"Ni... dihitung dulu uangnya.."ucap Mpok Atik lalu menyodorkan uang hasil penjualan keripik kepadaku. " Dan ini kartu namanya Mba Viana." Mpok Atik juga memberikanku sebuah kartu nama.

"ini kartu nama siapa Mpok???" Tanyaku pada Mpok Atik.

"Itu kartu nama Mas Ganteng, yang ngeborong semua kripik buatan kamu Viana. Katanya, Dia punya toko makanan, Jadi Dia ingin kamu menghubunginya. Katanya Dia mau pesan banyak." Jelas Mpok Atik.

"Masya Allah...rejeki anak Sholeh ya Mpok...heheheh...sekali lagi terimakasih ya Mpok. Selama ini udah bantuin Viana.." ucapku pada Mpok Atik. Karena Ia mau menerima keripik buatanku untuk diditipkan di kiosnya.

"sama-sama Mba Viana. Ya sesama manusia kan harus saling bantu. Biar rejeki tetap lancar...!!!"

"Amiiiiiiin....ya udah Mpok..Aku pulang dulu, kasian anak-anak di rumah sendirian..Tadi waktu ku tinggal lagi main soalnya..." aku pun pamit pada Mpok Atik setelah selesai menghitung uang hasil keripik dan memberikan pula bagian Mpok Atik. Aku juga kembali menitipkan tujuh ratus keripik baru pada Mpok Atik.

"Hati-hati di jalan ya Mba....oh ya jangan lupa nomornya di hubungi ya..." ucap Mpok Atik mengingatkanku dengan kartu nama yang Ia berikan sebelumnya.

"Iya Mpok...aku pamit ya Mpok... Assalamualaikum..!!! ucapku lalu ku bunyikan klakson motorku.

"Wa'alaikum salam..." jawab Mpok Atik.

Aku pun mengarahkan motorku ke komplek tempat tinggal ku saat ini. Selama di perjalanan Aku terus berucap syukur dengan hasil yang ku terima hari ini. Apalagi Aku dapat pesanan dari toko makanan. Entar sampai rumah aku langsung menghubungi nomor nya.

Seperti Aku harus nambah karyawan lagi sekitar empat orang, karena jika Aku dan Mba Lala aja pasti kewalahan juga.

Akhirnya sampai juga di rumah. Ku parkirkan motor matic kesayanganku. Lalu ku langkahkan kaki masuk ke rumah. Langkahku pun terhenti saat ku dapati Bapakku yang sedang duduk di ruang tamu menemani anak-anak. Dan yang paling membuatku terkejut, tatapan dari Bapak. Haaaaaahh sepertinya anak-anak udah cerita sama Bapak!!!

Sebenarnya aku juga mau cerita sama Bapak dan Ibu, tapi tunggu waktu yang tepat dulu. Namun melihat ekspresi bapak, seperti nya harus cerita deh..!!!! Semoga bapak punya solusi.