webnovel

Bab. 16. Hilangnya Reaksi Pelet #2

Mata Fatir terasa berat untuk terbuka, kepalanya pun terasa berat untuk bangun, namun Ia paksakan, karena hari ini Ia ada janji dengan Pak Zulfikar.

Setelah tersadar dari kantuknya, Fatir pun melihat sekeliling nya, ia terperanjat saat melihat wanita yang masih terlelap di sampingnya. Otaknya pun berputar berusaha berpikir. Apa yang di lakukan wanita ini di kamarnya???? mana Viana istrinya??? dan....di rumah siapa dia saat ini???? gumamnya setengah sadar.

Fatir yang penasaran kemudian membangunkan Rani.

"Hey.....hey....bangun....bangun....!!!" Fatir berusaha menggoyang goyangkan lengan Rani agar terbangun, dan usahanya tidak sia-sia. Rani pun terbangun dengan senyum bahagia menatap wajah Fatir yang terlihat bingung.

"Lho....Mas Fatir udah bangun...!!!??" tanya Rani pada Fatir. Kemudian Ia beranjak dari tempat tidur mengambil baju kimono yang tergeletak di lantai dengan tubuh tanpa sehelai benang.

Hal itu sontak membuat Fatir reflek menutupi wajahnya dengan selimut.

"Lho Mas....kamu kenapa sih...??? kaya baru lihat aja kalau aku seperti ini...!!! biasanya Mas Fatir paling suka lho..." goda Rani lalu mendekat pada Fatir. Rani menyadari, jika reaksi peletnya telah hilang. Ia tahu saat melihat reaksi Fatir melihat tubuh polosnya.

"Ka-mu....kamu mau ngapain..??? dimana saya saat ini...??? dimana Viana istri saya??? ka-mu...jangan macam-macam ya...!!! kita udah lama putus Ran...." ucap Fatir yang semakin terlihat takut dengan keberadaan Rani saat ini. Ia yakin pasti telah terjadi sesuatu padanya.

"Lho...Mas....aku ini calon istrimu...!!! kamu lupa kalau Mas sudah menceraikan Viana dan memilih diriku..???" jelas Rani sambil mendekat pada Fatir.

Mendengar ucapan Rani membuat wajah Fatir terlihat pucat. Ia begitu syok mendengar jika Ia sudah bercerai dengan Viana. 'Dan apa??? Rani calon istrinya..???'. Tanpa aba-aba, secepat kilat Ia mengenakan baju dan celananya, kemudian bergegas meninggalkan rumah milik Rani tanpa menghiraukan teriakan dari wanita itu.

Tapi saat ini Ia masih tak percaya. Ia pun langsung meninggalkan rumah Rani dan bergegas menuju rumah Ibunya.

Tak berselang lama, Fatir pun sampai di kediaman kedua orang tuanya.

"Assalamualaikum Bu..Pak.." ucapnya saat masuk. Ia sedikit meninggikan suaranya agar terdengar oleh Ayah dan Ibunya. " Pak-Bu...!!! Teriaknya lagi. 'Pada kemana sih'. Gumamnya. Fatir sudah tak sabar ingin mendengar penjelasan dari kedua orang tuanya.

Tak lama kemudian Ibunya pun keluar dari kamar. Ternyata sang Ibu baru dari kamar mandi. "Kamu kenapa sih... teriak-teriak gitu Fatir...kaya orang kebakaran jenggot aja..!!"ucap ibunya. "Emang kenapa sih...?? pagi-pagi datang udah kaya gitu!!" tanya ibunya yang sedikit terkejut melihat tingkah Fatir yang tiba-tiba datang sepagi itu dengan wajah pangling dan seperti orang linglung.

"Bu...Fatir mau tanya sama Ibu...apakah...apakah Fatir benar sudah bercerai dengan Viana???" tanya Fatir pada Ibunya. Ia terlihat sedikit ragu dengan apa yang Ia tanyakan. Dalam benaknya, semoga jawaban sang Ibu tak seperti apa yang Ia fikiran.

Terdiam sejenak memandangi wajah penasaran sang anak yang sedang menunggu jawaban darinya. Tiba-tiba sang Ibu tertawa terbahak-bahak. "hahahaha....hahahahaaa... Fatir....Fatir...kamu tu ya...hahahaha.." Karena tak mendapat jawaban dari sang Ibu, Fatir pun tambah kesal.

"Lho...Ibu ko malah ngetawain Fatir???bukannya jawab ko malah ngeledek gitu sih Bu!!!" ucapnya memberenggut.

"Lho...ko nyalahin Ibu sih....!! lagian pertanyaan kamu tu bikin ibu geli tau...!" ucap ibu Fatir yang semakin membuat Fatir penasaran.

"Ya sudah...Fatir pergi aja ke tempat Viana...biar Fatir tanya langsung aja sama Viana."Jawabnya kesal karena tak mendapat Jawa dari sang Ibu.

"Lho...kamu ngapain lagi ke tempat Viana..emang ku lupa ya...kalian kan Uda sebulan Cerainya...!!!kan kamu sendiri yang ngotot pengen cerain Viana demi Rani,...!!" ucap sang ibu akhirnya menjawab rasa penasaran Fatir. Ia pun semakin syok mendengar jawaban ibunya.

"Apa Bu...!!!??Aku yang ngotot minta menceraikan Viana demi Rani...mantanku itu???" Fatir terlihat semakin frustasi. Ia semakin bingung saja dengan semuanya.

"Lah...ya iya Fatir..., kan kamu sendiri yang kasih tau ke Ibu, kalau kamu mau menceraikan Viana dan menikahi Rani. Bahkan anak kamu si Widya saja kamu bentak demi perempuan itu. Kamu juga yang mempercepat perceraian kalian. Bahkan kamu ngotot menjual rumah yang selama ini kau, Viana dan anak-anakmu tinggali. Emang kamu habis kesambet apaan sih...bisa sepelupa ini???" Ibu Fatir juga semakin bingung melihat reaksi Fatir. Ia malah menganggap anaknya itu sedikit stres. "Lagian kamu ngga ingat apa, motor baru kamu itu hasil jual rumah kamu dan sisanya kamu kasih ke Ibu. Itu juga kamu lupa???" Ibu Fatir semakin pusing melihat tingkah Fatir. Bahkan Ia sampai geleng-geleng kepala.

"lho...ini ada apa sih ribut-ribut gini, sampai salam bapak aja ngga di jawab" tanya Bapak Fatir saat masuk dan mendengar suara ribut-ribut dari dalam rumah yang ternyata Fatir dan istrinya yang sedang membicarakan sesuatu.

"Ini lho Pak, si Fatir. Kaya orang linglung aja. Baru sebulan bercerai dari Viana udah kaya orang kebakaran jenggot aja. Lagian kan itu mau di sendiri kan Pak??" ucap Ibu Fatir menambahkan.

"Lah emangnya kamu nyesel cerein Viana.???Justru lebih bagus..!!! Dia itu wanita yang tak tau terimakasih, banyak menuntut lagi..Lebih bagus tu calon istri barumu...si Rani..." tukas Ayah Fatir menjelaskan ketidak sukaannya pada Viana.

Mendengar penjelasan kedua orang tuanya, semakin membuat hati Fatir semakin panas. Apa benar Ia telah menceraikan Viana??? dan lebih memilih Rani??? ' oh tidak..dia pasti sudah terkena pelet dari Rani. Fatir tau sikap asli dari Rani. Wanita itu akan melakukan apapun agar keinginannya terwujud. Itu yang membuat Fatir memutuskan hubungan mereka. Tapi saat ini justru Rani adalah calon Istrinya??? fix...Ia terkena guna-guna.

Semua penjelasan kedua orang tuanya Ia simpan baik-baik di memori otaknya. Ia akan mengingat semua itu. Dan Ia bertekad akan menemui Viana dan meminta maaf pada mantan Istri dan kedua anaknya.

Fatir berharap, semoga setelah mendengar penjelasannya, hati Viana akan luluh dan bisa menerimanya kembali.

Fatir pun masuk ke kamar. Ia membersihkan diri, agar pikirannya sedikit fresh. 'Oh Tuhan...apakah ini balasan darimu karena aku telah menyia-nyiakan istri sebaik Viana???' Gumam Fatir saat membaringkan tubuhnya di atas kasur. Mencoba memejamkan mata namun rasa kantuk tak juga datang. Hanya wajah Viana dan kedua anaknya lah yang sellau terbayang di matanya.

Tak terasa waktu pun menunjukkan pukul tiga pagi. Rasa kantuk akhirnya mendera, hingga tak sadar Ia pun akhirnya tertidur dan terbawa ke dunia mimpi.