webnovel

Mystic Boy

(50% horror/thriller, 50% romance) Sadewa Pamungkas, laki-laki tampan dengan penampilan urakan, serta suaranya yang keren. Namun, dia harus menerima kenyataan bahwa dirinya memiliki indera keenam yang tak pernah ia inginkan.

Roy_Kiyowo · Horror
Not enough ratings
84 Chs

Sadewa (Chapter 51)

Dewa masih berada di rumah sakit untuk merawat sang ayah. Saat ini, ia tengah sibuk menyuapi Yahya dengan sangat telaten. Namun, tiba-tiba Yahya menanyakan sesuatu kepada Dewa.

"Yang bersamamu kemarin itu pacarmu kan?" tanya Yahya sembari tersenyum. Laki-laki itu terlihat sangat malu sembari menganggukkan kepala dengan sangat pelan. Serta wajahnya yang sangat merah.

"Iya, dia memang pacarku," sahut Dewa sembari menunduk. Melihat reaksi anaknya, Yahya pun tertawa terbahak-bahak hingga membuat Dewa keheranan.

"Kamu nggak perlu malu gitu dong sama ayah sendiri," ujar beliau sembari tertawa. Dewa memang seperti itu jika sudah membahas soal cinta. Terlebih lagi sikap misteriusnya yang membuat wanita manapun meleleh padanya.

Beberapa saat kemudian, seseorang mengetuk pintu ruangan di mana Yahya dirawat. Bayangan seorang gadis terlihat di balik pintu berlapis kaca itu. Dewa pun tersenyum melihat gadis itu.

"Masuk aja, Mor," ucap Dewa. Gadis itu pun masuk dengan membawa buah-buahan untuk Yahya. Rupanya benar, gadis itu adalah Amor.

"Gimana keadaan Om? Apa Om baik-baik aja?" tanya gadis itu sembari tersenyum. Yahya pun menganggukkan kepalanya.

"Alhamdullillah, keadaan Om udah mendingan, Nak," sahut Yahya sembari tersenyum.

*****

Di sore hari, Dewa keluar dari ruangan Yahya bersama dengan Amor. Laki-laki itu menggenggam tangan Amor dengan erat, serta wajahnya yang terlihat malu-malu. Melihat tingkah Dewa, gadis itu pun tersenyum salah tingkah.

"Em ... Kita mau ke mana?" tanya Amor.

"Ke mana aja, yang penting ke luar kamar. Bosen tau di kamar terus," sahut Dewa sembari tersenyum menatap gadis itu.

Beberapa saat kemudian, mereka berdua berpapasan dengan mayat yang tengah didorong oleh petugas medis. Tampaknya, mayat itu akan dipindahkan ke kamar mayat. Dewa secara tak sengaja melihat wajah mayat berwujud pria itu. Wajah itu benar-benar persis seperti yang ada di dalam mimpinya semalam. Laki-laki itu pun menghentikan langkahnya dan memerhatikan mayat yang sudah berlalu itu.

"Kamu kenal?" tanya Amor. Dewa tersadar dari lamunannya, dan segera menggelengkan kepala.

"Enggak kok," sahut Dewa. Ia pun kembali menggenggam tangan gadis itu dengan erat, dan meninggalkan rumah sakit.

*****

Di malam hari, Dewa mengantar Amor pulang. Setelah selama beberapa menit di perjalanan, mereka akhirnya tiba di rumah Amor. Gadis itu pun turun dari motor dan melepas helmnya, serta memberikannya kepada Dewa .

"Nggak mau mampir dulu?" tanya Amor. Laki-laki itu terdiam sejenak. Lantas, ia pun menggelengkan kepalanya.

"Enggak deh. Udah malam," sahut Dewa dengan sedikit bingung. Laki-laki itu bahkan menggaruk tengkuknya.

"Oh anu, aku ..." Dewa tak tahu harus berkata apa. Pikirannya sangat terganggu akibat mayat itu. Namun ketika bersama dengan gadis itu, ia bisa melupakan semua itu meskipun hanya sejenak.

"Apa?" tanya Amor.

"Oh, aku ... aku ingin berterima kasih sama kamu," sahut Dewa. "Karena ... kehadiranmu bikin aku jadi merasa ... berharga,"

Akhirnya, Dewa berhasil mengucapkannya. Kenapa mengatakan begitu saja ia sudah kesulitan? Ia benar-benar tak berpengalaman soal wanita meskipun dirinya bisa membaca hati siapapun. Amor pun tersenyum.

"Nggak perlu berterima kasih, Sayang. Kamu itu sama dengan manusia lainnya yang pantas dicintai," sahut Amor. "Kamu ngerti kan?"

Dewa menganggukkan kepalanya sembari tersenyum. Ia lantas menghidupkan motornya.

"Goodnight," ucap Dewa. Namun, tiba-tiba gadis itu melakukan sesuatu yang tidak terduga. Ia mencium pipi Dewa hingga membuat pipi laki-laki itu merah merona.

"E-eh? Kok tiba-tiba?" tanya laki-laki itu dengan gugup.

"Em ... itu ... karena kamu emang pantas mendapatkannya," sahut Amor dengan sedikit malu-malu. Kedua insan itu terlihat sangat canggung, hingga membuat mereka tak bisa berkata-kata lagi hingga laki-laki itu pergi dari hadapan Amor.

*****

Setelah mandi di malam hari, Dewa jadi merasa lebih segar. Ia pun memainkan ponselnya dengan harapan bahwa Amor menghubunginya. Tapi ternyata, gadis itu tak menghubunginya. Tampaknya, Amor sudah tidur. Ia pun kembali meletakkan ponselnya di atas meja.

Namun tiba-tiba, Dewa mendengar suara seorang pria yang berteriak dengan sangat keras.

"TOLONG ...! MAAFKAN AKU ...!" teriakan itu berlangsung selama beberapa menit. "PANAS ...!"

Teriakan itu benar-benar menyakitkan hingga Dewa menutupi kedua mata dan telinganya. Setelah suara itu tidak terdengar lagi, Dewa pun kembali membuka mata dan telinganya. Namun, teriakan itu kembali terdengar. Dan, ia justru melihat pemandangan yang mengerikan di hadapannya.

"MAAFKAN AKU ...! PANAS ...! TOLONG AKU ...!" seorang pria yang tadi ia lihat di rumah sakit berteriak seperti itu di hadapannya. Pria itu adalah orang yang muncul dalam mimpinya. Seluruh tubuh pria itu terbakar hingga menjadi abu, kembali seperti semula dan menjadi abu lagi. Keadaan seperti itu terus berulang hingga beberapa detik. Dewa menutup mata dengan tangannya, serta berteriak ketakutan. Apa yang baru saja ia lihat? Seumur hidupnya, ia tak pernah melihat hal yang seperti itu. Pemandangan itu benar-benar persis dengan pemandangan yang ada di dalam ... Neraka.

***** TBC *****