webnovel

Mystery of My Husband

Namaku Dinda, Aku menikah karena dijodohkan oleh Kakekku kepada pemuda asing, selama dua tahun terakhir hubunganku dengannya tidak berjalan layaknya hubungan suami istri, ditambah lagi Ibuku yang selalu tidak menyukainya, dia selalu dimarahi dan diremehkan bahkan semua pekerjaan rumah dibebankan kepadanya, mulai dari memasak, mencuci piring, mencuci baju, dan membersihkan rumah, Pemuda itu diperlakukan layaknya seperti seorang pembantu. Pemuda itu menjalani kehidupannya beberapa tahun ini dirumahku dengan sabar dan penuh tanggung jawab. hingga suatu hari, terjadi sesuatu yang membahayakan kepadaku, sehingga membuat pemuda itu menunjukkan jati dirinya secara tidak langsung, semua orang yang menggangguku dan meremehkannya dulu, satu per satu dihancurkan. Update 4 Bab setiap minggu.

Radar_Islam · Sci-fi
Not enough ratings
17 Chs

Hadiahnya diremehkan

Ayu tertampar jauh di lantai, dan menangis. "Maaf, Bos. Aku sendiri yang salah, mohon Anda maafkan aku kali ini!"

"Maafkan kamu?" Pria gemuk menjambak rambutnya, menarik kepalanya ke atas, lalu mendaratkan kepalan pada wajahnya. Pukulan demi pukulan, hingga wajahnya dipenuhi dengan darah. "Sialan. Kamu ingin mencelakaiku ya?

Ada beberapa gigi Ayu yang copot karena pukulannya, bahkan batang hidungnya sampai patah. Wajahnya sekarang penuh dengan darah. Ia menangis kencang untuk membebaskan diri dari bosnya. Ia merangkak mendekati Andi, menarik kakinya dan berkata, "Tuan Muda, Aku sudah tahu kesalahanku. Lain kali aku tidak akan mengulanginya lagi."

Andi berkata dengan cuek. "Kamu sendiri yang terlalu angkuh dan suka merendahkan orang lain."

Manajer toko itu pun berkata kepada petugas keamanan yang ada di dekatnya. "Cepat, bawa wanita jalang ini ke tumpukan sampah di belakang sana!"

"Baik Bos!" beberapa petugas keamanan itu langsung membawa Ayu yang wajahnya penuh dengan darah.

Andi berkata kepada manajer toko itu. "Istriku menyukai Jade itu, tolong bungkus itu untukku."

Manajer toko itu langsung mengangguk dan berkata, "Baik, Aku akan bungkus sekarang untukmu!"

Andi tidak lagi melihatnya, melainkan berkata kepad abilly. "Kamu simpan dulu jade ini untukku. Selain itu, sepupu perempuan Dinda tunangan besok, tolong bantu aku siapkan hadiah untuk keluarga Siregar, jangan buat Dinda dipermalukan. Sekalian bawa jade itu untukku, tapi harus ingat jangan bocorkan identitasku."

"Aku mengerti, Tuan Muda. Maukah kuantar pulang?" Radit mengangguk sebagai tanda menerimanya.

"Tidak perlu." Andi melambaikan tangannya dan berkata, "Aku pulang sendiri saja."

Setelah meninggalkan Jade Jewelry, Andi pergi ke pasar swalayan membeli sayur untuk bawa pulang.

Baru saja tiba di rumah, Ia pun langsung bertemu dengan Tiara selaku ibu mertuanya duduk di sofa dengan ekspresi kesal.

Masalah dimana dirinya direndahkan orang-orang di Jade Jewelry tadi, masih membuatnya marah hingga sekarang.

Melihat Andi pulang, ia pun langsung melampiaskan amarahnya, "Dengan paras cantik yang dimilikinya, Dinda pasti bisa cocok dengan siapapun. Tapi mengapa dia menikah dengan orang yang tak berguna sepertimu? Sehingga kita sekeluarga menjadi malu."

Andi mengerutkan dahinya. Ibu mertuanya masih saja memandang rendah dirinya. Meskipun dirinya telah membantu ayah mertua mengatasi masalah 20 miliar, tapi Ibu mertuanya masih merasa dirinya tidak berguna.

Tiara makin bicara makin kesal, Ia pun membawa kartu keluarga dari kamar, dan membantingnya di atas meja, lalu langsung berkata. "Dinda, Kamu harus cerai dengan pecundang ini hari ini! Wanita yang seperti dirimu, pasti banyak lelaki kaya yang akan mengejarmu setelah Kamu cerai!"

"Ibu, jangan membuat onar lagi. Bukan salah Andi semua untuk masalah hari ini." Cetus Dinda.

Meskipun Dinda juga agak memandang rendah Andi, ia tentu tidak mau bercerai.

Ia tahu meskipun Andi tidak kaya, tapi setidaknya Andi setia kepadanya. Tidak seperti orang kaya di luar sana. Sekarang mungkin saja tergila-gila padanya, tapi setelah mendapatkan dirinya, mungkin saja akan meninggalkannya.

Dinda juga tidak ingin menjadi mainan orang kaya.

Kadang ada beberapa saat ia juga merasa bahwa kehidupannya bersama Andi harmonis.

"Aku tidak dapat hidup lagi! Menantuku tidak berguna, anakku juga tidak mendengarku, aku mau mati saja." Ujar Tiara sedih.

Dinda jelas tahu tingkah laku Ibunya, lalu langsung berkata kepada Andi "Kamu cepat pergi masak."

"Oke." Andi mengangguk dan segera masuk ke dapur.

"Dasar tidak berguna!" Tiara menggerutu dibalakangnya, sambil menunjuk Dinda berkata, "Sekarang tidak mau, suatu saat kamu juga akan cerai."

"Tenang saja, Ibu. Aku tidak akan cerai." Ujar Dinda tenang.

"Kamu sungguh ingin melihatku mati baru puas ya!" Jawab Tiara.

***

Setelah selesai makan, Kembali ke kamar, Andi pun menata tempat tidur di lantai seperti biasanya.

Meskipun Dinda tidak setuju atas permintaan cerai dari Ibunya, tapi teringat dirinya diremehkan di Jade Jewelry, suasana hatinya pun ikut kesal. Ia pun terbaring di ranjang, tanpa mengatakan sepatah kata pun.

Andi tidak tahan melihat istrinya yang marah dalam diam, lalu membuka mulut berkata, "Sayang, jangan khawatir lagi untuk hadiah esok hari, aku akan mengatasinya."

"Tidur lah. Lain kali jangan melakukan hal-hal membesar-besarkan diri."

Dinda mengatakan sebuah kalimat dengan cuek, sangat jelas bahwa dirinya tidak percaya bahwa masalah terselesaikan. Apalagi karena masalah hari ini, ia agak kesal terhadap Andi.

Dinda merasa sangat sedih, tapi dirinya tak berdaya.

***

keesokan harinya.

Sekeluarga bersiap menyetir mobil menuju rumah Keluarga Siregar. Acara pertunangan hari ini diadakan di rumah Keluarga Siregar.

Dinda memakai gaun berwarna merah dengan riasan wajah yang tipis, terlihat sangat cantik dan anggun.

Tono dan Tiara agak khawatir, karena kali ini tidak bisa menepati permintaan oma, yaitu menyiapkan hadiah yang seharga 4 miliar.

Mereka sekeluarga baru saja masuk halaman rumah. Andi pun menyadari sesuatu yang aneh. Pandangan semua saudara kepada mereka sekeluarga penuh dengan maksud menyaksikan lelucon mereka.

Andi sama sekali tidak peduli. Selama tiga tahun ini, ia sudah terbiasa dengan pandangan seperti itu.

Dinda menghela napas ringan di dalam hati. Hatinya merasa kurang nyaman, lalu beralasan untuk pergi ke toilet.

Belum tiba di ruang tamu, ia pun langsung mendengar seseorang menjerit.

Suara itu persis dengan suara Ibunya, Tiara.

Dinda merasa panik, lalu langsung berlari ke luar, dan Andi mengikutinya dari belakang.

Baru saja tiba di ruang tamu, Dinda pun langsung mendengar suara omelan oma. "Dasar tidak berguna! Kalian satu keluarga tidak berguna! Tidak ada satupun orang tua yang berguna, anggota yang termuda semakin tidak berguna. Apalagi menantumu Andi itu, tidak melakukan hal-hal yang berguna. Aku tidak tahu apa gunanya keluarga kalian untuk keluarga Siregar?!"

Tiara berlutut di lantai, lalu oma menendangnya hingga terjatuh.

Tidak hanya jejak kaki di tubuhnya, bahkan wajahnya juga terdapat jejak telapak tangan yang memerah. Sepertinya tadi telah ditampar sekali oleh oma.

Sebenarnya Oma memang tidak memandang Tono dengan baik, jadi dirinya juga semakin tidak menganggap keberadaan Tiara. Awalnya ia masih berharap bahwa Dinda bisa menikah dengan keluarga kaya, tapi siapa sangka Dinda bisa-bisanya menikahi sampah yang tidak berguna.

Sejak detik itu, Oma sudah sangat kecewa dan juga sangat benci kepada mereka satu keluarga.

Hari ini adalah acar pertunangan cucu perempuan kesayangannya, Nona. Tiara bisa-bisanya membawa hadiah sebuah kalung perak, padahal ia sendiri sudah ditekankan untuk membawa hadiah yang senilai minimal 4 miliar. Ia tidak sangka mereka sekeluarga mempermalukan mereka seperti itu, bagaimana mungkin ia bisa menerimanya?

"Ibu…" Dinda langsung mendekat dan membopong tubuh Tiara, lalu bertanya, "Nenek, apakah Ibu melakukan kesalahan, sehingga Nenek memperlakukannya seperti ini?!"

Oma memandang Dinda sinis, mengambil kotak hadiah dari meja dan melemparkan kotak itu ke arah wajahnya.

bersambung...