webnovel

MyLovely Wife

Attaya Aurora, gadis pintar,cantik dan bertubuh ideal ini digandrungi banyak lelaki. Ia memiliki kebiasaan buruk yang suka menghambur hamburkan uang. Hal tersebut membuat sang ayah naik pitam dan menghukumnya dengan mencabut segala fasilitas Aya. Karena itulah Aya marah dan memilih pergi dari rumah. Ia ingin membuktikan bahwa dirinya bisa tanpa bantuan sang ayah. Namun naas cinta satu malam merubah kehidupan Attaya Aurora, ia harus menikah dengan Gilang Antariksa pria yang tanpa sengaja tidur dengannya. Akankah cinta hadir diantara mereka? mari simak romansa cinta Aya dan Gilang dalam setiap partnya... ig : Shasadewa

Shasadewa · Urban
Not enough ratings
9 Chs

Lupakan Saja

                                       Bab 5 Lupakan Saja

 

Sinar mentari menerobos yang masuk melalui celah celah gorden mengusik tidur seorang perempuan. Ia menerjap nerjapkan matanya secara perlahan, mengedarkan pandangannya ke arah sisi ranjang. Matanya terbelalak melihat sosok pria berwajah oriental yang sedang tertidur pulas di sampingnya. Pikirannya menerawang jauh, ia mencoba mengingat ingat kejadian semalam.

Sungguh hati Aya hancur mengingat kejadian yang ia alami semalam. Aya tak hentinya menangis di sudut ruangan ia terduduk sembari memeluk lututnya erat. Pikirannya terus melayang layang akan kejadian semalam. Entah apa yang akan terjadi kedepannya nanti Aya sungguh bingung memikirkannya. ia ingin marah, teriak dan memaki laki laki itu tapi dirinya tak bisa. Bukan karena tak berani tapi karena dirinya pun punya andil salah dalam hal ini. 

Dengan cepat Aya bangkit dari duduknya dan segera masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Aya mematut wajahnya di depan cermin ia mengagumi dirinya sendiri yang tampak menawan dan sempurna tanpa cela namun kini dirinya merasa rendah atas kejadian yang ia alami semalam kendati demikian Aya tetaplah Aya gadis kecil manja yang menjelma menjadi wanita kuat dan dewasa. Aya berusaha sekuat tenaga melawan gejolak jiwanya dan bersikap sedemikian tenangnya di depan semua orang meski hatinya hancur. Aya selalu berfikir positif dengan apa yang ia alami dan tak ingin meminta pertanggung jawaban dari pria tersebut atas dasar belas kasihan. Bagi Aya menikah adalah sebuah ikatan suci antara dua insan yang saling mencintai atas dasar tersebut Aya memutuskan untuk melupakan semuanya dan memilih melanjutkan hidupnya dengan segala konsekuensi yang mungkin ia dapat kelak.

"Perfect..." gumam Aya pelan.

Dari arah belakang seorang lelaki tampan nan gagah terbangun dan berdeham pria tersebut berjalan kearah Aya dengan hanya mengenakan celana pendek tanpa mengenakan baju membuat Aya malu melihatnya. Aya menundukkan pandangannya berusaha menutupi rasa gugupnya.

"Ehemm..." suara lelaki itu berdeham.

"Kau... kenapa kau disini?" Tanya pria tersebut penasaran.

"Seharusnya saya bertanya pada tuan mengapa tuan semalam menyelinap masuk ke kamar saya??" tanya Aya balik yang membuat Gilang mengingat kejadian semalam dengan jelas.

"Oh astaga" batin Gilang.

Dengan cepat Gilang meraih tangan Aya yang hendak pergi keluar kamar.

"Tunggu... kita harus bicara?" ucap Gilang mencegah Aya pergi.

"Jadi anda sudah mengingatnya?" ucap Aya tersenyum mengejek.

"Maafkan saya... saya bisa menjelaskan semua dan saya akan bertanggung jawab atas perbuatan saya"

"Tak perlu ada yang harus dijelaskan" jawab Aya santai.

"Lupakan saja... permisi" ucap Aya datar dan pergi dari kamar tersebut tanpa menoleh kearah Gilang.

Gilang terdiam mencerna setiap perkataan Aya. Jika wanita diluar sana mungkin akan menangis meraung raung dan bahkan akan marah memaki maki Gilang untuk meminta pertanggung jawaban tapi dengan gadis ini tidak demikian... bagaimana mungkin seorang wanita yang baru saja tidur dengan seorang pria bisa setegar dan secuek itu.

"Aneh" batin Gilang sembari menggidikkan bahunya tak mengerti dengan jalan fikiran Aya.

Gilang berjalan hendak memunguti baju yang berserakan di lantai samping kanan kiri ranjang. Namun pandangannya berhenti kala melihat bercak darah yang berada di atas sprei warna biru muda yang terpasang di ranjang yang ia tempati semalam. Sejenak kemudian ia berjalan menelitinya. Memastikan nahwa apa yang ia lihat benar benar darah.

Gilang merutuki dirinya sendiri kala melihat jika itu benar benar darah.

"Shitttt..." umpat Gilang sembari menjambak rambutnya.

"Astaga.... Apa yang telah aku lakukan" ucapnya lirih.

"Dia masih virgin... Aku telah melukainya semalam" desahnya sembari mungusap kasar wajahnya.

Gilang sungguh sungguh merasa bersalah kepada Aya. Gilang segera masuk ke dalam kamar mandi menceburkan tubuhnya ke dalam bak. Ia tersenyum melihat bercak merah yang berada di dadanya. Ia sangat yakin bahwa semalam mereka melakukannya atas dasar sama sama suka.

Usai mandi Gilang menelpon sekertaris Wang. Seorang sekertaris kepercayaan Gilang yang bekerja lebih dari sepuluh tahun di perusahaan sang ayah.

"Halo paman Wang..." ucap Gilang kepada sekertaris Wang melalui sambungan telepon.

"Ya Tuan muda ada yang bisa saya bantu?" tanya Sekertaris Wang.

"Paman tolong handle seluruh pekerjaanku hari ini hingga lusa ya... aku sedang ada acara mendadak" 

"Baik Tuan muda..." 

Bip... Gilang memutuskan sambungan telepon lalusegera mengenakan pakaiannya. Ia pergi mencari keberadaan sang sahabat Adrian untuk berpamitan. Gilang menaiki tangga menuju lantai atas deck kapal. Dari kejauhan Gilang melihat sang sahabat sedang mengobrol dan bergurau dengan seorang wanita.

'Tunggu bukankah dia gadis yang semalam tidur denganku' batin Gilang sembari memperhatikan keduanya dari kejauhan.

Gilang berjalan mendekati keduanya, dengan gaya coolnya ia menyapa sang sahabat lantas berpamitan pulang bersamaan dengan Aya yang tanpa sengaja juga berpamitan untuk pulang.

"Bro... lo sudah bangun?" sapa Adrian basa basi.

"Sudah bro... by the way gue pamit pulang duluan ya" ucap Gilang sembari menepuk pundak sang sahabat.

"Wah kalian berdua ini sahabat macam apa? meninggalkan sahabatnya sendirian di sini" ucap Adrian pura pura kesal sembari bersidekap.

"Sorry Yan lo kan tau gue harus kerja" ucap Gilang tak enak hati.

"Hehe... Gue ngerti kok bro. Engga apa apa pulang aja" ucap Adrian sembari terkekeh melihat wajah serius Gilang.

"Nah kebetulan lo pulang Lang... gue nitip sahabat gue sekalian ya..." ucapnya yang membuat Aya terkejut.

"Eh kalian kenalan dulu dong..." ucap Adrian memberikan intrupsi.

Tak mau membuat obrolan semakin panjang Gilang mengulurkan tangannya di depan Aya yang langsung disambut dengan jabatan tangan oleh Aya.

"Gilang" ucap gilang lembut.

"Attaya... panggil saja Aya" sahut Aya.

'Attaya...nama yang indah' batin Gilang di dalam hati.

"Nah gitu dong... oiya Ay dia ini sahabat gue SMP dan lo Lang dia ini Aya sahabat masa kecil gue dulu" jelas Adrian.

"Hemm... ya sudah gue pulang duluan ya Yan" pamit Gilang hendak berjalan.

"Oke titip Aya ya Lang... pastikan dia pulang dengan slamat" ucap Adrian terkekeh.

Sebuah kebetulan yang menguntungkan bagi Gilang. Tak ingin melewatkan kesempatan Gilang berniat mengajak ngobrol dari hati ke hati dengan Aya.

"Ay aku.." baru saja Gilang memulai obrolan Aya langsung memotongnya.

"Tolong jangan bahasa masalah tadi malam... aku sedang tak ingin membahasnya" sergah Aya. 

Seolah mengerti perasaan Aya, Gilang memilih diam. Ia fokus menyetir mobilnya sedangkan Aya menyibukan diri dengan ponsel ditangannya.

"Aku stop di depan ya" ucap Aya tiba tiba yang dibalas anggukan kepala oleh Gilang.

Sesuai permintaan Aya, Gilang menepikan mobilnya. Tanpa menoleh Aya mengucapkan terimakasih kepada Gilang dan keluar dari mobil.

"Terimakasih" ucap Aya sembari turun dari mobil.

"sama sama" jawab Galih singkat.

Gilang memperhatikan punggung mungil itu bergerak pergi dan menghilang di balik sebuah pintu restaurant. Gilang menginjak pedal gas, melajukan kembali mobilnya meninggalkan tempat tersebut menuju apartemennya.