Gon sangat marah. Dia langsung pergi ke arah aula, tempat di mana seluruh peserta sedang berkumpul untuk melakukan orientasi kelulusan. Satotz mencoba untuk menenangkan dan menghalangi Gon tapi hasilnya nihil. Satotz mengejarnya dari belakang. Gon sudah tidak terkendali. Dia sangat marah sekali. Gon tiba di sebuah ruangan aula, pintu aula terbuka lebar.
BRAK!
Semua peserta, para penguji dan Netero refleks melihat ke arah Gon kecuali Illumi. Gon berjalan cepat ke tempat duduknya Illumi yang berada di bagian paling bawah. Gon melewati semua peserta yang duduk di bagian atas. Sekarang Gon sudah berdiri tepat di sebelah Illumi yang masih duduk santai dengan cueknya.
Gon : IMA MO, KIRUA NI AYAMARE!! (SEKARANG JUGA, MINTA MAAFLAH KE KILLUA!!)
Illumi tidak bergeming sama sekali, dia juga tidak menoleh untuk melihat ke arah Gon. Gon semakin murka. Dia langsung memegang lengan tangan Illumi dengan kasar lalu meremasnya dengan sangat kuat. Gon memaksanya untuk berdiri. Mau tidak mau Illumi pun akhirnya berdiri dan melihat ke arah Gon dengan ekspresi datarnya.
Illumi : Ayamaru? Nani wo? (Minta maaf? Apanya?)
Gon : Sonna koto mo wakaranai no?! (Begitu pun kau tak tahu?!)
Illumi : Un (Ya).
Gon : Kau itu tidak pantas menjadi kakaknya bahkan juga tidak pantas disebut seorang kakak!
Illumi : Aku tidak pantas menjadi kakaknya?
Gon semakin marah dan muak melihat ketidak perdulian dan kepura-puraan Illumi. Gon semakin erat menggenggam lengan tangannya Illumi.
Gon : Kau bilang dia tidak pantas untuk berteman denganku?!
Illumi sedikit tersentak dengan kekuatan genggaman Gon. Illumi sedikit menyipitkan matanya dan berkata dalam hatinya, "Koitsu... (Orang ini...)"
Gon : Mou ayamaru na to ii yo! (Sudahlah tidak usah minta maaf pun tidak apa-apa!) Bawa aku ke hadapan Killua saja!
Illumi : Soshite dou suru? (Dan apa yang akan kau lakukan?)
Gon : Kimatten jan! (Sudah jelas kan!) Aku akan menyelamatkan Killua!
Masih dengan ekspresi datarnya, Illumi yang merasa sedikit tersinggung dan tidak bisa menerima tuduhan Gon langsung menjawab dengan sangat tenang.
Illumi : Kau membuatnya terdengar seolah-olah aku yang menculiknya. Biar kau tahu saja, dia pergi keluar dari pintu besar itu atas kemauan dan kakinya sendiri.
Gon masih bebersi keras mengatakan semua itu karena Illumi yang memaksa, menekan, memanipulasi, dan mengendalikan Killua sehingga mau tidak mau Killua menuruti perkataannya.
Netero yang dari tadi menyimak akhirnya maju ke depan dan membuka suaranya. Netero menyatakan semua peserta terutama Kurapika dan Leorio kecuali Hisoka yang berada di sana juga dari tadi mengeluh dan protes meminta penjelasan.
Mereka tidak menyetujui atas kepergian dan didiskualifikasinya Killua. Kurapika menegaskan kalau Killua dihipnotis oleh Illumi sehingga membunuh Bodoro. Sedangkan Leorio menegaskan seharusnya yang tidak lulus itu adalah dirinya bukan Killua karena itu adalah pertandingannya dengan Bodoro.
Hampir seharian mereka terus berdebat untuk menyelamatkan Killua akan tetapi Netero menolak untuk mencabut perkataannya kembali dengan alasan tidak ada bukti yang kuat. Di samping itu juga, Pokkle juga mengajukan keluhan kalau dia tidak menyetujui kemenangan Kurapika. Dia merasa hal itu aneh dan tidaklah lazim atau pun masuk akal.
Pokkle memaksa Kurapika untuk menjelaskan apa yang Hisoka katakan padanya. Akan tetapi Kurapika menolak dengan keras untuk menjelaskannya. Pokkle masih ngotot mempertanyakan hal itu dan hampir terjadi perkelahian antar sesama.
Gon : BUKAN ITU MASALAHNYA, KAN?! (berteriak keras)
Semua yang berada disana langsung terdiam dan melihat ke arah Gon.
Gon : Tidak ada gunanya mempertanyakan seseorang yang sudah lulus. Jika kau tidak puas tentang kelulusan, teruslah bekerja keras sampai kau merasa puas. Aku tegaskan kalau Killua mengikuti ujian Hunter sekali lagi, dia pasti bisa lulus! Ini sangat disayangkan bahwa dia gagal saat ini. Tapi...
Gon menatap tajam dan benci ke arah Illumi. Dia masih menggenggam dan menekan tulang lengan tangan Illumi dengan erat.
Gon : Yang terpenting, kau telah memaksanya untuk membunuh seseorang, bertentangan dengan keinginannya selama ini. Aku akan membuatmu membayarnya!
Illumi : Membuatku membayarnya? Tepatnya apa yang ingin kau lakukan?
Gon : Aku tidak akan melakukan apapun. Hanya, ketika aku berhasil menyelamatkannya, aku tidak akan pernah membiarkan kau melihatnya lagi!
Illumi mengangkatkan satu tangannya yang lain ke arah Gon. Gon yang merasakan ada hal aneh pun langsung melepaskan lengan tangan Illumi dan melompat mundur ke belakang. Gon menatap tajam ke arah Illumi.
Netero melihat hal gawat akan segera terjadi jika tidak dihentikan, dengan cepat dia langsung meleraikan mereka. Setelah itu Netero mengatakan semua yang dikatakan Gon itu benar.
Netero menegaskan para penguji tidak akan mengubah pikiran dan keputusan mereka meskipun terus mengeluh. Mau tidak mau para peserta menyerah dan menerima keputusan itu dengan hati yang berat dan Beans memulai orientasi tentang kartu lisensi Hunter dan penutupan ditutupi oleh kata selamat dari Netero.
Netero : Jadi sekarang Asosiasi Hunter menyatakan 7 orang disini lulus untuk menjadi Hunter baru! Selamat!
Seluruh para penguji bertepuk tangan.
Sementara itu di bagian Lucia.
Tepat tiga hari sejak ujian tahap terakhir. Lucia akhirnya tiba di sebuah kota yang sudah hancur. Kota hancur ini sangatlah gersang dan penuh dengan banyaknya reruntuhan kuno. Kota yang bagaikan sebuah padang pasir yang luas ini tertimbun dengan banyaknya sampah dan barang rongsokan.
Kota ini juga dihuni oleh orang buangan. Dimana tempat pembuangan sampah bagi negara lain. Orang yang tinggal di kota ini tidak ada dalam catatan resmi dan keberadaan kota itu sendiri hanya diketahui oleh sedikit orang. Kota ini disebut Meteor.
Tidak banyak yang diketahui tentang kota Meteor ini, banyak informasi di dalamnya terselubung misteri. Dikabarkan berumur setidaknya lima ratus tahun dan diyakini telah didirikan oleh seorang diktator yang ingin memisahkan umat manusia. Sejak itu, kota ini menjadi tempat pembuangan bagi negara lain.
Lucia : (Hm, jadi ini yang di namakan kota Meteor? Lokasi yang menyedihkan. Aku tidak menyangka aku akan datang ke tempat ini bukan dengan tubuh asliku)
Lucia terus berjalan santai namun matanya melirik ke sekitarannya dengan waspada. Dia sampai pada satu reruntuhan gedung. Dia berdiri dan menengok ke arah atas.
Lucia : Menurut ingatan Lucia asli lokasinya disini ya (bergumam)
Lucia memasuki gedung tersebut dan menaiki anak tangga satu persatu dengan perlahan-lahan secara waspada. Sesampainya di lantai 4, Lucia tersenyum licik saat melihat ada seseorang yang duduk di atas rongsokan besar.
Orang itu fokus membaca buku kuno di bawah sinar matahari yang teduh menyinari bukunya yang selalu dia bawa kemana-mana. Orang itu menyadari kehadiran Lucia lalu menutup bukunya. Dia perlahan-lahan mengangkat wajahnya ke atas dan tersenyum.
Chrollo : Selamat datang, Lucia.
Lucia : Yo. Apa aku terlambat, Lucilfer?
Chrollo : Kau selalu tepat waktu.
Sejenak Chrollo melihat Lucia dari arah atas sampai ke arah bawah. Lalu melompat turun dari rongsokan itu dan berjalan mendekati Lucia. Dia mengeluarkan sebuah kunci. Kunci dengan kepala dan gigi berbentuk segi lima seperti angka 8 bewarna hijau dengan ornamen emas berhiaskan 5 batu permata.
Lucia : Kunci apa itu?
Chrollo : Aku menemukan dia.
Lucia : (Dia? Siapa?)
Tanpa menjawab, Chrollo memberikan kunci itu ke Lucia. Lucia tahu percuma untuk bertanya lebih, karena dengan sifat Chrollo yang cuek itu, dia tidak akan menjelaskan apa pun. Maka dari itu Lucia mencoba untuk mencari tahu dan menganalisa kunci yang ada di tangannya dengan kekuatan Nennya** untuk melihat masa lalu melalui kunci ini.
(**Buat Readers yang lupa, silakan kilas balik baca di episode 2)
Tiba-tiba...
DEG!
Tiba-tiba detak jantung Lucia berdetak sangat kencang dan seluruh ingatan masa lalu yang telah hilang mengenai pertarungan Lucia asli dengan seorang kakek tua itu kembali terlintas lagi di kepala Lucia.
Lucia : (Ingatan ini... Ternyata begitu) *tersenyum licik*
Chrollo : Ayo pergi.
Chrollo berjalan menuju ke arah pintu keluar dan menuruni anak tangga. Diikuti oleh Lucia dari belakang. Selama perjalanan Chrollo tidak berkata apa pun dan Lucia hanya memandanginya dari belakang.
Lucia : (Chrollo Lucilfer, ketua dari Genei Ryodan. Auranya, pikirannya dan juga sifatnya sangat susah ditebak. Tipe orang yang menyebalkan dan merepotkan)
Chrollo dan Lucia masuk ke wilayah bawah tanah dan melewati terowongan yang sangat panjang dan menyeramkan. Terowongan yang sangat gelap dan dingin ini seperti tidak berujung. Jalan mereka hanya dipandu dengan menggunakan sebuah obor api yang dipegangi oleh Chrollo.
Mereka terus berjalan dalam kesunyian, yang terdengar hanya langkah kaki Chrollo sedangkan langkah kakinya Lucia tidak terdengar sama sekali. Lucia tiba-tiba membuka suaranya.
Lucia : Ada dimana kakek sialan itu sekarang?
Chrollo mengabaikan pertanyaan Lucia. Mereka sampai tepat di depan sebuah gerbang yang sangat besar dengan ornamen dan bentuknya mirip dengan kunci yang tadi diberikan kepada Lucia. Pada pintu terlihat ada sebuah lubang kunci yang mirip dengan pola kunci tersebut.
Lucia : Ini...
Lucia melihat ke arah Chrollo yang sedang menatapnya. Tanpa berkata apa pun, Lucia mengerti arti dari tatapan itu. Lucia mengeluarkan kunci itu lalu memasukkannya ke dalam lubang kunci itu dan langsung memutar ke arah 90 derajat searah jarum jam dengan menggunakan tangan kirinya hingga terdengar bunyi klik. Lucia pun sedikit mundur selangkah ke belakang. Akan tetapi tidak ada reaksi apa pun.
Lucia : Lucilfer, sepertinya ada yang kurang...
Chrollo menyerahkan obor api ke Lucia lalu menggunakan Nen miliknya. Dia membuka sebuah buku pencuri miliknya dan mengeluarkan sebuah peti mati bernama "Frozen Coffin". Pada saat petinya terbuka, terlihat ada seorang manusia yang membeku tidak sadarkan diri.
Lucia : Nen yang unik, kamu mengoleksi Nen ini untuk apa?
Chrollo : Peti ini bisa menghentikan waktu dari targetnya, biasanya digunakan di kedokteran.
Chrollo mengeluarkan sebuah belati dari bukunya lalu menggoreskannya ke arah nadi pergelangan tangan orang itu dan menempelkannya ke arah lubang kunci itu. Seketika itu juga orang itu tersadar akan tetapi sudah terlambat, darah dan jiwa nya terhisap ke lubang kunci itu, orang itu hanya bisa menjerit kesakitan.
Lucia : Mau mati saja kok berisik? (bergumam)
Tidak lama setelah itu gerbang besar ini tergeser dan terbuka secara perlahan-lahan dan sedikit menggetarkan tanah yang ada disekitar mereka.
Chrollo : Berarti benar, untuk memasuki gerbang ini, butuh pengorbanan satu orang.
Chrollo mengatakan itu sambil memegangi dagunya.
Lucia : Ayo masuk. Aku sudah tidak sabar ingin membunuh kakek sialan itu!
Gon, Kurapika dan Leorio's POV -3 hari yang lalu-
Gon mendatangi Illumi yang sedang berdiri membelakanginya di lorong panjang dengan pilar-pilar tinggi yang ada di luar gedung. Setelah mendesak Illumi beberapa menit, Gon, Kurapika dan Leorio akhirnya mendapatkan informasi mengenai keberadaan Killua.
Illumi : Killua pulang ke rumah.
Gon : Rumah?
Illumi : Kukuroo Mountain. Keluarga kami tinggal di bagian paling atas.
Setelah itu, Gon berterima kasih dan mereka pun pergi dari hadapan Illumi. Tiba-tiba Hisoka muncul dari balik sebuah pilar tinggi.
Hisoka : Ii no? (Apakah tidak apa-apa?) Untuk seorang pembunuh memberi tahukan tempat persembunyiannya?
Illumi : Tentu saja. Lagian kediaman kami bukanlah sesuatu yang bisa dirahasiakan. Penduduk setempat disekitar sana semuanya juga sudah tahu di mana kita tinggal. Lagian saat mereka tiba di sana, mereka akan melihat dan segera tahu kalau kita hidup di dunia yang benar-benar berbeda dari mereka.
Hisoka menyadari lengan tangan Illumi yang membengkak cukup besar. Illumi mengangkatnya ke atas.
Illumi : Oh, ini? Yap, sudah patah.
Hisoka yang mengingat kejadian di aula itu pun langsung tersenyum lebar. Illumi sedikit memalingkan wajahnya ke arah samping. Dia melihat Gon sedang berbincang dengan Kurapika dan Leorio yang sedang berjalan di lorong panjang ke arah taman belakang.
Illumi : Dia sungguh menarik. Dia memiliki potensi yang mengerikan. Sekarang aku bisa mengerti mengapa kau ingin sekali melihat dia tumbuh dewasa.
Hisoka : Darou? (Ya kan?)
Illumi berpikir kalau mungkin suatu saat nanti dia akan bertarung dengan Gon. Tiba-tiba dia merasakan sebuah tatapan menusuk dan tajam ke arahnya. Ternyata Hisoka sedikit mengeluarkan bloodlust dan menekannya dengan aura miliknya.
Hisoka mengancamnya akan terjadi permusuhan dan pertarungan jika Illumi berani menyentuh Gon. Dia juga menegaskan ke Illumi jika Gon itu adalah miliknya. Sesaat sebelum Illumi pergi dari hadapan Hisoka, dia berkata, "aku mengerti akan seleramu dan sebisa mungkin tidak akan berurusan dengannya".
Gon, Kurapika dan Leorio berada di lobby hotel yang terdapat banyaknya internet komputer. Mereka mencoba untuk mencari tahu informasi mengenai Kukuroo Mountain. Gunung yang tingginya sekitar 3.722 M.
Setelah itu, di hari itu juga mereka langsung memesan tiket pesawat balon udara supaya bisa pergi ke daerah Kukuroo Mountain yang terletak di wilayah Dentora Republik Padokea karena membutuhkan waktu sekitar tiga hari untuk tiba di wilayah tersebut.
Malam hari pun tiba. Gon duduk tenang melihat ke arah luar jendela. Dia melihat kota-kota yang berkilauan bagaikan permata yang sangat indah dari atas pesawat. Sekilas mengingatkannya akan semua perkataan Killua yang bercerita tentang keluarganya saat berada di pesawat balon udara milik Asosiasi Hunter**.
(**Buat Readers yang lupa, silakan kilas balik baca di episode 23)
Gon mengepal erat tangannya lalu tersenyum yakin dan percaya diri.
Gon : (Killua tunggulah sebentar lagi, aku pasti akan membawamu kembali!)
Dan inilah hari ketiga sejak ujian tahap terakhir. Akhirnya mereka bertiga tiba di wilayah Dentora Republik Padokea, di mana Killua tinggal. Mereka keluar dari bandara lalu langsung menaiki taksi dan pergi ke arah stasiun dan menaiki kereta api express kelas premium.
Kembali di bagian Lucia dan Chrollo.
Lucia dan Chrollo berjalan masuk ke dalam. Mereka melihat ada banyak sekali deretan kursi-kursi dari ke dua sisi. Bangunan yg penuh dengan tengkorak-tengkorak yang berserakan di atas lantai.
Dindingnya di cat berwarna merah darah dengan latar awan berwarna hitam. Ditengah-tengahnya terdapat sebuah kursi taman yang dipenuhi oleh kuburan-kuburan yang ada di sekelilingnya dan ada juga sebuah meja altar kecil ditengahnya.
Lucia : Gereja?
Chrollo mengabaikan pertanyaan Lucia dan terus berjalan perlahan-lahan mendekati meja altar tersebut. Ternyata di bawah meja altar ada sebuah anak tangga yang berukuran kecil cukup untuk satu orang menuju ke arah bawah. Lucia tersenyum.
Lucia : Di dalam bawah tanah ada sebuah gereja kuno dan juga masih ada sebuah jalan rahasia? Kakek itu sungguh kurang kerjaan.
Chrollo tidak mengindahkan perkataan Lucia. Dia menuruni anak tangga tersebut. Lucia pun mengikuti Chrollo dari belakang. Semakin mereka turun ke bawah semakin dingin dan gelap.
Sesekali terdengar ada banyak suara jeritan roh yang terkurung di bawah sana. Akhirnya mereka tiba di paling dasar dan ada sebuah pintu. Chrollo mendorong pintu itu. Pada saat pintu itu terbuka ada banyak sekali rak-rak tinggi dan besar yang berjejeran di kedua sisi. Ruangan yg penuh dengan buku-buku yang berserakan di atas lantai, meja dan kursi.
Lucia : Perpustakaan?
Chrollo : Ini dinamakan Hell Library (perpustakaan neraka).
Lucia : Pfft. Hell Library, huh? Konyol sekali.
Lucia memasuki perpustakaan itu dan pada saat Lucia hendak mau mentelusuri rak-rak buku itu tiba-tiba lilin yang terdapat di setiap ujung rak menyala dengan sendirinya. Lucia langsung berjalan santai sampai ke tengah-tengah.
Tiba-tiba terdengar suara tawa yang tidak asing dari arah belakang. Lucia menoleh. Terlihat ada seorang kakek tua sedang berdiri sambil memegangi sebuah buku kuno yang cukup tebal.
Zankoku : Kita bertemu lagi ya, bocah. Sungguh hebat kau bisa menemukan perpustakaan ini (tersenyum licik)
Mata lucia langsung terbuka lebar. Chrollo hanya diam, akan tetapi matanya memperhatikan ke arah belakang.
Lucia : Seingatku aku berhasil membunuhmu. Bagaimana kau bisa lolos, jiiji?! (tersenyum licik)
Note : Jiiji adalah singkatan dari ojiisan. Sebuah panggilan untuk seorang kakek atau pria tua.
Kakek tua itu tertawa keras lalu menatap tajam ke arah Lucia. Dia adalah orang yang melempar jiwa Lucia asli ke dunia dimensi lain, di mana jiwa Airine terpisah dari tubuhnya dan tertukar jiwa dengan Lucia asli.
-Bersambung-
☆WAITING FOR YOUR VOTE AND COMMENT☆