Perlelangan memasuki tahap terakhir, di mana bola mata merah sebagai barang lelang termahal akan menjadi barang incaran para kolektor. Kurapika yang baru saja melihat kematian para Ryodan segera bergegas ke acara pelelangan itu.
BRAAK!
Kurapika membuka pintu dengan kasar. Dia melihat perlelangan masih berlangsung. Walau belum terlambat, namun bola mata merah yang berada di depan matanya sempat memicu emosinya, dia menahan diri dan mencoba menenangkan dirinya dan akhirnya dia bisa mengontrol emosinya.
Pegawai : Nah, tuan-tuan, barang selanjutnya adalah bola mata merah dari suku klan Kurta! Salah satu tujuh barang terindah di dunia! Ini adalah barang terakhir kami!
Mafia : Uwooooooooo!!!
Kurapika tersentak kaget, tanpa sadar dia menggertakan giginya tanpa suara dengan geram. Meskipun dari luar, sikapnya terlihat tenang, akan tetapi dia sangatlah murka saat mendengar bola mata merah dari suku klannya telah menjadi nama barang yang akan di lelang pada malam ini.
Pegawai : Dengan kepunahan klan Kurta, hanya terdapat 36 pasang. Pasangan tertentu memiliki warna merah yang menawan!
Kurapika menutup matanya. Sekali lagi dia mencoba bersikap tenang lalu menghilangkan amarah dan rasa kagetnya. Dia mengeluarkan ponselnya dan segera menelepon Light.
Dia melaporkan bahwa ketua Genei Ryodan sudah kalah dan juga keadaan perlelangan saat ini. Lalu Light menyuruhnya harus memenangkan dan mendapatkan barang tersebut bagaimanapun caranya tanpa batasan keuangan. Pakunoda mengeluarkan bola mata merah dari gudang penyimpanan.
Pegawai : Nah ini dia, barangnya sudah datang! Maka dari itu, kita mulai dari harga 100 juta!
Mafia 1 : 110 juta!
Mafia 2 : 120 juta!
Mafia 3 : 130 juta!
Kurapika : 150 juta!
Mafia 1: 160 juta!
Mafia 2 : 170 juta!
Perlelangan pun menjadi sengit saat Kurapika dan kolektor lainnya semakin menaikkan harga barang tersebut, Kurapika sebagai perwakilan dari keluarga Nostrade yang begitu ambisius dan terus mengilakan tawaran harga angkanya dan akhirnya kolektor lainnya pun kalah.
Lucia keluar mendekati bola mata merah itu dan Kurapika kembali terkejut dengan kemunculan Lucia yang berdiri di atas panggung. Senyuman licik Lucia kembali memancing emosi Kurapika.
Lucia : Wah wah, sungguh menyenangkan melihat wajah orang bodoh yang berbaur demi keserakahan para peserta lelang.
Kurapika : (Lucia?! Kalau Lucia berada di sini, berarti mayat yang tadi kulihat itu....!)
Pakunoda yang sejak awal berada di atas panggung hanya tersenyum melihat tingkah jenaka Lucia. Lucia yang menyadari keberadaan Kurapika pun tersenyum licik. Sedangkan Kurapika mulai berjalan mendekati panggung.
"Ayo Kurapika mendekatlah ke sini"
Lucia berbicara di dalam hatinya seperti itu, tiba-tiba dari atas panggung muncul sebuah portal hitam dan tampak Zankoku melompat keluar serta mengejutkan peserta lelang dengan Hell Hound miliknya.
Lucia yang bisa menebak kedatangan Zankoku pun menoleh ke belakang dan tersenyum licik. Kericuhan pun terjadi, para mafia yang mencoba untuk berlarian keluar untuk menyelamatkan diri mereka pun berakhir digigit dan dibunuh oleh para Hell Hound.
Zankoku : Oya, oya... Nigiyaka desu ne. Tokorode, ore ni aitakatta kai, gaki? (Ya ampun, ya ampun... Ramai ya. Ngomong-ngomong, apa kau merindukanku, bocah?)
Zankoku tersenyum menampakkan gigi hiunya.
Lucia : Buat apa kau ke sini, jiiji?!
Zankoku : Tentu saja karena aku merindukanmu.
Lucia : Omong kosong!
Zankoku : Bercanda. Kyahahahaha...
Zankoku berjalan santai mendekati bola mata merah, kini bola mata merah yang menjadi penengah antara Lucia dan Zankoku. Seketika itu suasana sekitar mulai menegang.
"Siapa kau?!" tanya Pakunoda dengan tegas. Lucia memperingatkan Pakunoda untuk mundur.
Lucia : Pakunoda, dia bukan lawanmu, kau dan tim lainnya cepat pergi dari sini sesuai rencana awal, aku akan segera menyusul kalian! (sambil melirik ke arah Kurapika)
Zankoku : Oh... Ternyata hari ini kau tidak sendirian ya? Temanmu ternyata banyak juga bocah.
Lucia tidak menjawab, dia melirik ke arah Chrollo yang berada di gudang penyimpanan barang perlelang yang ada di samping panggung yang tidak jauh darinya.
Tatapannya seolah-olah seperti mengatakan, "Bantu aku kabur dari sini, lalu cepatlah meninggalkan tempat." Chrollo yang mengerti arti tatapan itu hanya mengangguk.
Dengan cepat Lucia memutar otaknya. Dia kepikiran akan satu hal lalu tersenyum tipis. Tatapan percaya dirinya mulai mengganggu Zankoku, dengan kecepatannya, tidak sulit baginya untuk merebut bola mata merah yang ada di depannya itu duluan. Kemudian langsung berlari ke arah pintu keluar.
Zankoku : Oh? Kau mau main kejar-kejaran? Aku akan menangkapmu! Kyahahahaha...
Chrollo mencoba menghalangi langkah Zankoku supaya Lucia bisa dengan cepat keluar dari ruangan.
Zankoku : Minggir kau bocah laba-laba!
Zankoku berdecak kesal.
Zankoku : Baiklah, baiklah, aku tahu untuk menginginkan barang berharga pastinya tidaklah mudah untuk didapatkan.
Zankoku tersenyum licik sangat lebar.
Zankoku : Ayo anak-anakku, keluar dan bermainlah sebentar bersama para bocah laba-laba. Kyahahahaha...
Seketika itu juga banyaknya Hell Hound keluar dari lantai dan menyerang ke arah Chrollo. Pakunoda menembakkan peluru dan Feitan menebas Hell Hound tersebut. Kepala Hell Hound itu pun langsung terputus tepat di depan Chrollo dan Hell Hound lainnya juga telah bermunculan.
Disaat anggota Genei Ryodan lainnya yang sedang sibuk mengurus para Hell Hound, Zankoku pun sudah menghilang dari sana untuk mengejar Lucia. Lucia hampir mendekati pintu keluar.
Sebagian Hell Hound lainnya juga langsung mengejar Lucia, Lucia melewati Kurapika begitu saja dan diikuti oleh Zankoku dari belakang, Kurapika sempat bertatapan langsung dengan Zankoku, namun seperti Lucia, Zankoku pun melewatinya begitu saja.
Akan tetapi, tiba-tiba ada seekor Hell Hound menyerang Kurapika dari arah samping. Setelah berhasil membunuh Hell Hound tersebut. Kurapika melihat ke arah panggung, akan tetapi Chrollo dan anggota lainnya sudah pergi sesuai rencana awal. Kurapika pun berdecak kesal dan segera pergi mengejar Lucia dan Zankoku.
Lucia berlari dengan sangat cepat, namun pengejaran Hell Hound tidaklah semudah yang dia pikirkan. Beberapa kali dia hampir digigit dan serangan yang dijalankan Zankoku dari belakang cukup melelahkan Lucia.
Mau tidak mau orang-orang yang berada di wilayah pengejaran itu pun ikut terluka bahkan terbunuh. Lucia berlari memasuki tangga darurat karena di sana lebih sepi dan di ruangan yang lebih sempit itu Lucia lebih sering terkena serangan Zankoku.
Namun dengan pedang darahnya, dia berhasil membunuh beberapa Hell Hound. Tebasan demi tebasan dia lancarkan ke arah Zankoku, namun dengan satu tangan membawa bola mata dan satu tangan menyerang musuh, Lucia sempat terdesak, dengan kelincahannya dia masih bisa menghindar dan menyerang balik lalu Lucia dan Zankoku pun tiba di puncak bangunan.
Lucia berlari ke arah tebing bermaksud untuk melompat ke arah bangunan lain, akan tetapi Lucia terhalang dengan portal yang di buat oleh Zankoku, portal itu menghisap Lucia. Sedikit demi sedikit Lucia terseret masuk ke dalam. Dia mencoba untuk menahannya dengan pedang darahnya.
Lucia terpental balik ke arah Zankoku di mana dua ekor Hell Hound juga sudah siap menerkam dirinya. Di saat itu juga Lucia memusatkan dan memadatkan kekuatan Nen miliknya ke telapak kaki dan meledakkannya, ledakan Nen padat itu membuat Lucia berhasil mendapatkan pijakan di udara dan berbalik menyerang.
Zankoku terkejut dengan kemajuan pengendalian Nen Lucia, dua ekor Hell Hound terakhir yang menunggu menerkam Lucia pun akhirnya mati di tebas. Lucia berhasil membuat jarak antara dirinya dan Zankoku.
Zankoku : Hohohoho, aku hanya menunjukkan teknik ini satu kali saat melawanmu dan bocah laba-laba (Chrollo) itu, namun kau berhasil menyempurnakannya, dasar bocah tengik!
Lucia hanya tersenyum sinis lalu membalas ucapan Zankoku.
Lucia : Itu tidak mudah. Namun, melawan dirimu sangat menyenangkan, tua bangka sialan!
Zankoku mulai menyerang Lucia lagi, dia terus menembakkan Nen padat ke arah Lucia, Lucia berlari mendekati Zankoku sambil menebas tembakan Nen Zankoku.
"Teknik pengambilan senjata Neraka, Golok Hitam."
Zankoku memasukkan tangannya ke dalam portal dan mengambil senjata berupa golok hitam yang keluar dari portal itu. Dengan satu kali tebasan berlaga dengan tebasan pedang darah Lucia. Sekeliling mereka pun retak dan hancur lalu menyebabkan gempa yang cukup besar pada gedung tersebut.
Seketika itu juga udara di sekeliling mereka pun menjadi berkabut karena tertutupi dengan debu tebal yang berterbangan. Sedangkan Kurapika yang sampai di lokasi atap gedung terkejut. Matanya tidak bisa mempercayai dengan apa yang dia lihat sekarang.
Pertarungan sengit antara Lucia dan Zankoku terjadi dengan kecepatan yang sulit diikuti. Tebasan demi tebasan di lakukan kedua belah pihak, Kurapika hanya bisa sembunyi di samping pintu sambil memperhatikan. Serangan terakhir Zankoku berhasil menghancurkan pedang darah Lucia dan Lucia pun terkena tebasan maut itu.
UHUK
Mulut Lucia memuntahkan darah segar, tanda dia memasuki masa kritis.
"Sial."
Lucia bergumam kecil dan tanpa di sengaja matanya melirik dan menangkap sosok Kurapika yang ada di balik pintu. Mata Kurapika pun bertemu tatap dengan mata Lucia dan Kurapika melihat Lucia tersenyum kecil kepadanya.
Nen Kurapika aktif. Tiba-tiba dari belakang, rantai Kurapika muncul tanda Kurapika dapat menyerang Zankoku, awalnya Kurapika sempat kebingungan karena Zankoku bukanlah Ryodan, namun kenapa rantainya bisa aktif. Dalam waktu yang singkat itu, tiba-tiba ada kata-kata yang muncul di dalam pikiran Kurapika.
"Kurapika sekarang!!"
Terlihat Lucia juga meloncat ke arah atas dan dia langsung mengusap darah yang ada di mulutnya lalu segera membuat pedang darah baru, kemudian dengan cepat menebas ke arah Zankoku. Di saat itu juga, secara bersamaan dengan serangan Lucia, Kurapika yang berada di belakang Zankoku langsung menyerang Zankoku dengan rantai miliknya.
Zankoku yang menahan tebasan Lucia tidak bisa mengelak dari serangan Kurapika dan langsung terpental ke arah lain, namun sebelum rantai Kurapika sempat melilit Zankoku, dia berhasil lari memasuki portal dan keluar dari portal lain. Lucia kini berada di samping Kurapika.
Lucia : Kurapika cepat sembuhkan aku, nanti akan aku jelaskan semuanya, kita harus mengalahkan si tua bangka sialan itu dulu.
Kurapika tidak bisa berpikir jernih dan hanya bisa mengikuti insting dirinya saja. Lalu dia menyembuhkan luka Lucia tanpa berpikir panjang.
Kurapika : Siapa dia?
Lucia : Musuh.
Tiba-tiba di sekeliling Kurapika dan Lucia ada banyak sekali portal-portal yang bermunculan. Terdengar suara tawa Zankoku yang muncul dari dalam portal.
Zankoku : Hihihihihi... Matilah kalian!
Tiba-tiba Zankoku meloncat masuk dan keluar dari portal-portalnya dengan cepat dan sambil menyerang ke arah Kurapika dan Lucia dengan begitu cepatnya.
Pertahanan Lucia dan kurapika tidak bisa sepenuhnya menahan serangan itu, goresan demi goresan di terima mereka berdua. Emosi dengan keadaan ini, Lucia menyebarkan darahnya dan membentuknya ke dalam bentuk jarum-jarum kecil.
Lucia : Kali ini pasti kena, hehehe... "Jarum 10 penjuru" terimalah bangsaaaaaat!
Jarum-jarum itu menyebarkan dengan sangat cepat ke seluruh arah. Zankoku terkena dan seluruh badannya lumpuh seketika. Kurapika langsung mengikat Zankoku dengan rantai miliknya. Pertarungan berakhir dengan Zankoku tertangkap dan Lucia terduduk capek ke tanah.
Zankoku : Hmm, pertarungan tiga Specialisasi sungguh mendebarkan.
Zankoku menunjukkan gigi hiunya. Lucia dengan cepatnya mengambil salah satu botol darah dari keluarganya yang ada di saku celananya dan meminumnya.
Lucia : Tak kukira akan sesulit ini.
Setelah habis meminum darah tersebut, namun tenaga Lucia masih tidak bisa kembali sepenuhnya. Kurapika masih tidak bisa percaya dengan situasi saat ini, karena di mana keadaan yang sedang di alami Lucia ini, baginya anak seperti Lucia yang begitu tenang bisa sampai kewalahan begitu.
Zankoku : Kau pasti kelelahan mengendalikan Nen sebanyak itu bocah (Lucia).
Pernyataan Zankoku membingungkan Kurapika. Rantai Kurapika yang mengikat Zankoku perlahan-perlahan memudar dan menghilang, Kurapika masih kebingungan.
Zankoku : Hm, akhirnya kau lost control ya (tersenyum licik)
"Uhuk!!!" Lucia muntah darah, tiba-tiba nafasnya terasa begitu sesak. Kurapika segera memapah tubuh Lucia.
Zankoku : Bocah tengik (Lucia), kau memainkan Conjuration yang sangat berbahaya ya.
Kurapika : Conjuration? Tapi di mana? Aku tidak melihat apa-apa.
Lucia : Sial, kapan kau tau tentang hal ini, tua bangka? (suara sedikit terengah-engah)
Zankoku : Darah tidak akan bergerak dengan sendirinya, Nen tidak akan bisa di kontrol dengan mudahnya jika tidak ada yang menggerakkannya, bahkan kakekmu saja butuh waktu puluhan tahun agar bisa mengendalikan Nen dengan mulusnya, namun kau yang hanya dengan hitungan bulan saja bisa melakukannya. Jika tanpa Conjuration unikmu itu, kau tidak akan bisa melakukannya, hei bocah rantai lihat dengan baik baik nafas teman malangmu itu.
Kurapika mencoba memperhatikan nafas Lucia dengan hati-hati dan sekilas terlihat kumpulan kabut bercahaya keluar dan masuk dari nafas Lucia.
"Atomy Musketeers." Jawab Lucia dengan suara pelan.
Lucia : Kau memang kuat ya, tua bangka! Atomy Musketeers adalah Conjuration yang aku dapatkan dengan mengorbankan satu dari paru-paruku. Dengan ini aku bisa menciptakan virus yang sangat kecil dan menyebar lewat udara dan masuk ke dalam tubuh lawan lewat pernafasan, namun virus ini hanya bisa menanggung satu perintah saja kepada tiap korbannya, seperti yang aku masukan di tubuh Zankoku adalah virus dengan kondisi menanggung posisiku sebagai seorang Ryodan, itulah kenapa kau bisa menggunakan rantaimu saat melawan Zankoku yang bukan seorang Ryodan. Lalu darah yang aku pakai juga merupakan hasil kumpulan virus ini yang menggerakannya sesuai keinginanku.
Mendengar penjelasan yang cukup panjang ini, Kurapika langsung mengerti dan tau kenapa dia bisa kalah saat pertarungannya dengan Lucia saat tempo lalu.
Virus yang berjalan sesuai perintah tuannya dan satu orang yang mengendalikan ribuan perintah tidaklah mudah dan saat pemiliknya lemah, virus ini akan langsung menyerang balik sang pemiliknya, sungguh Conjuration yang sangat berbahaya. Jika Lucia bukanlah seorang pengguna Nen Specialisasi, dia pasti sudah mati.
Walau rantai Kurapika sudah menghilang dan tidak mengikat Zankoku, Zankoku masih belum bisa bangkit karena luka tusukan jarum Lucia. Darah Lucia mengandung racun yang bisa melumpuhkan saraf lawan, akan tetapi bagi Zankoku ini bukanlah hal sulit untuk bergerak meskipun tubuhnya dipenuhi dengan racun yang sedang melemahkan ototnya.
Lucia : Kurapika, kita harus segera kabur dari sini, si tua bangka itu sedang mengincar bola mata merah ini.
Kurapika langsung menggendong Lucia dan mulai berjalan ke arah lain. Terdengar suara tawa Zankoku. Zankoku bisa berdiri dan menyerang Kurapika dari belakang.
Lucia : Sial, ternyata dia juga bisa mengunakan teknik pengendalian mayat pada dirinya.
Kurapika mencoba menghindar, namun dia tidak bisa karena Zankoku sudah sangat dekat, Lucia melempar bola mata merah itu ke arah lain dan perhatian Zankoku tertuju ke arah bola mata merah itu, lalu dari darah di lantai Lucia berhasil menjadikannya senjata sabit yang panjang dan sukses memutuskan tangan kiri Zankoku. Zankoku pun berteriak kesakitan.
Zankoku : ARGGGGHHHHHH!!! Bocah sialan, kau masih juga bisa melukaiku dengan keadaanmu begitu?!
Lucia : Dasar tua bangka bodoh, darah ayahku ini bukan darah murahan! Apa lagi racun Lucilfer sangatlah kuat! (tersenyum licik)
Zankoku mengambil bola mata merah itu lalu berlari dan meloncat keluar dari gedung kemudian menghilang masuk ke dalam portal. Meskipun Kurapika mengejarnya, namun Zankoku berhasil kabur. Dari kejauhan Lucia berteriak.
Lucia : Kurapika, kita harus ke tempat oniichan dan Gon!
Tanpa menunggu jawaban Kurapika, Lucia sudah menghilang dari sana.
-Bersambung-