webnovel

02 : Danger

"Is it like a business relationship for you? Or do you hate me or what? Don't don't dig it. Please be more affectionate! I pray for it again today" - RM verse

______________________________________________

Semua kepala tertunduk, mata mereka yang sudah berangsur kembali berwarna semula hanya dapat menatap lantai. Tidak ada satu kepala pun yang berani menatap Kim Nam Joon yang sedang marah akan kelakuan Park Ji Min.

Vampire yang memiliki sifat paling menyebalkan itu sudah beberapa kali dalam berapa masa pasti memiliki satu masalah. Nam Joon sudah merasa lega bahwa berapa dekade ia menjadi penurut.

Nam Joon menyalahkan dirinya sendiri yang telah lengah dengan kenakalan Park Ji Min.

Mereka adalah clan Vampire tekuat yang berasal dari Korea Selatan. Keluarga mereka perlahan-lahan berkurang karena peperangan maupun kesalahan yang membuat mereka dihabisi oleh Volturi.

Sudah beberapa puluh tahun mereka tinggal bersama sebagai keluarga. Menyisakan 7 orang lelaki. Kim Nam Joon tidak ingin kehilangan keluarga lagi.

"Aku tidak mau tahu. Kalian harus mencari Jimin. Aku tidak mau kalau Volturi mengetahui hal ini", perintah Nam Joon sembari berkacak pinggang. Taringnya tidak bersembunyi dengan baik semenjak ia mengetahui kabar dari Jung Kook dan Taehyung.

Dua lelaki itu masuk ke dalam ruangan dengan tersengal. Wajah mereka penuh dengan rasa panik. Taehyung merasakan ketakutan yang amat dalam. Saat ia takuti bahwa temannya bersama Vampire sialan itu.

Walaupun Taehyung selalu bersama Park Ji Min. Namun tidak jarang mereka terlibat perkelahian tetapi begitulah mereka bertujuh. Mereka sudah tidak memiliki keluarga semenjak beratus-ratus tahun. Walaupun marah atau benci, mereka bertujuh tetap saling menyayangi dengan cara mereka masing-masing.

Nam Joon meraih darah yang sudah berada digelas. Entah gelas keberapa yang ia minum. Ia sangat frustasi hingga pagi ini.

Begitu juga dengan yang lain. Mereka pun tidak menyukai ketika Kim Nam Joon marah dan melampiaskan kesalahan Park Ji Min untuk semuanya termasuk dirinya sendiri.

Jung Kook memijit pelipisnya yang sebenarnya ia tidak dapat merasakan kesakitan apapun. Tentu saja, karena ia adalah makhluk abadi. Namun melihat Taehyung benar-benar khawatir membuatnya menaruh kekhawatiran terhadap manusia perempuan yang Taehyung ceritakan.

"Ayo kita berpencar dan berkelompok", ujar Jin, "aku bersama Yoongi, dan J-hope akan mencari disekitar pantai. Taehyung dan Jung Kook carilah ke arah pegunungan".

"aku akan mencari lewat koneksiku yang aman dan tetap berada disini".

Mereka semua mengangguk, mereka tahu bahwa koneksi yang aman adalah berkomunikasi dengan makhluk hidup selaij manusia. Kim Nam Joon memiliki kepintaran diluar rata-rata. Ia bahkan dapat berbicara pada binatang dan menurutnya itu adalah koneksi paling hebat ketimbang ia harus berurusan dengan manusia.

Taehyung dan Jung Kook langsung bergegas keluar dari rumah mereka yang sangat amat megah. Begitu juga dengan Jin, J-hope dan juga Yoongi.

.

.

.

Jimin tersenyum saat melihat bahwa setelah bertahun-tahun menyimpan keahliannya ini. Kali ini berguna lagi untuk membuat apa yang ia inginkan dapat terpenuhi. Setelah berdecak kagum, ia membuka celemek berwarna merah muda itu. Sedikit berjengit karena warnanya benar-bemar berbeda dengan kepribadiannya. Lalu ia membuka bajunya.

Kedua manik dinginnya terkejut saat melihat perempuan itu berdiri memandangnya dengan mata bulatnya.

Hye Jin terpaku saat melihat tubuh yang tidak terbalut dengan baju berdiri tegap didepannya. Dihiasi tatto dibawah dada sebelah kanan. Badannya begitu sempurna dengan proporsi seeperti model ataupun idol masa kini. Taring di gigi putih itu sudah tidak terlihat dan Hye Jin membenarkan dirinya bahwa ia benar-benar melihat mata berwarna dingin sebelum ia tidak sadar akan dunianya tadi malam.

"jangan lama-lama melihatku kalau kau masih ingin tetap sadar", Jimin menghampiri Hye Jin yang sekarang mulai mundur. Badannya mulai bergetar.

Jimin tersenyum lalu menangkap lengan Hye Jin. Ia menarik Hye Jin yang sekarang berbalut kemeja besar berwarna putih miliknya untuk duduk di kursi meja makan.

Hye Jin masih tidak dapat mengalihkan pandangannya. Ia juga tidak tahu apa yang salah pada matanya.

"Kau makanlah. Kau harus mengembalikan energimu. Aku akan pergi mandi", setelah meminta Hye Jin untuk makan ia bergegas pergi kekamar mandi.

Yang Hye Jin tidak fikir bahwa lelaki buas itu benar-benar bisa diandalkan soal dapur. Pasalnya matanya disuguhi oleh banyak makanan. Menu 4 sehat 5 sempurna tergelatak dan tertata rapih dan indah menghampar di meja makan. Hye Jin tidak pernah melihat makanan buatan tangan namun sebanyak dan juga secantik ini.

Dengan sekuntum bunga mawar merah yang Jimin letakkan di piring putih Hye Jin.

Batinnya menggerutu. Apa maksudnya lelaki gila ini. Tadi malam ia bahkan meminum dan menjilati darahnya dan sekarang mata dingin itu kembali dan Jimin memberinya makanan seperti ini.

Namun perut keroncongan Hye Jin tidak dapat dibantah. Ia melahap makanan yang ia ingini. Saat sesuap makanan masuk kedalam mulutnya, ia tidak berhenti mengatakan "woah" dan juga berdecak penuh kenikmatan.

Diam-diam mata dingin itu memperhatikannya dari pintu kamar mandi yang sudah terbuka. Ia tersenyum melihat seorang perempuan dengan lengan kemeja yang kebesaran makan dengan lahap. Jimin sudah lama tidak melihat hal seperti ini walaupun jantungnya tidak dapat merasakan getaran karena sudah lama diambang kematian dan kehidupan tapi saraf-sarafnya masih bekerja sempurna untuk menghasilkan senyuman diwajahnya.

.

.

.

Setelah selesai makan, Hye Jin memiliki sedikit tenaga di tubuhnya dan ia memberanikan7 diri menghampiri lelaki gila itu yang sedang asyik menonton acara tv dengan segelas darah digelasnya. Yang Hye Jin percaya bahwa itu miliknya.

"Hai... apa kau sudah selesai? duduklah", tangannya menepuk sisinya yang kosong.

Tentu saja Hye Jin tidak bergeming.

"Kau itu siapa?", tanyanya dengan gugup.

"Park Ji Min".

"Aku tidak bertanya namamu", Hye Jin duduk dimeja tepat didepan Jimin. Ia memasang wajah bahwa ia tidak takut sama sekali walaupun otaknya menyumpahi dirinya.

"Satu... aku sudah lama memperhatikanmu. Dua... aku akhirnya dapat menyentuhmu. Tiga... aku tidak akan melepaskanmu begitu saja".

Hye Jin merasa desiran darahnya semakin naik membawa ujung amarahnya, "kenapa? dan sebenarnya makhluk apa kau ini?", matanya melirik jijik ke gelas yang Jimin banggakan.

"kau tidak akan percaya walaupun aku jelaskan. Aku hanya membutuhkanmu. Itu saja".

"untuk apa?".

Jimin mendekatkan wajahnya dan ia menangkap tengkuk Hye Jin, bibirnya berbisik, "untuk meminum darah segarmu".

Jantung Hye Jin mencelos, ia benar-benar lemas lagi. Kekuatannya hilang seiring dengan suara Jimin yang menusuk-nusuk gendang telinganya.

"kau tidak perlu khawatir", Jimin bersandar kembali, "karena kau sudah tahu siapa diriku, apa yang kuinginkan darimu. Maka kau harus menurutiku", suaranya terdengar sangat mendiskriminasi Hye Jin yang merasa terseok-seok mengumpulkan keberaniannya kembali.

Namun tepat saat Hye Jin ingin memecahkan tangisannya. Ia tekejut saat mendengar suara dobrakan pintu dan seseorang yang ia sangat kenal masuk dengan nafas tersengal.

Jimin memutar bola matanya dengan malas. Ia akui bakat Taehyung tidak bisa tidak diakui.

"Taehyung Oppa?!", Hye Jin memecahkan tangisannya seiring Taehyung menatapnya dengan penuh penyesalan.

Taehyung seketika menyerang Jimin dengan emosi yang meledak. Tangannya mendorong kuat Jimin hingga lelaki itu terpental dan terbentur tembok.

Hye Jin menjerit dan Hoesok muncul. Hoseok menggendong Hye Jin dan menyelamatkan perempuan itu dengan satu tangannya dan entah Hye Jin mengkhayal atau tidak namun tidak dalam hitungan detik, ia sudah berada didalam mobil.

Hye Jin bersumpah tidak ingin bertemu dengan pria itu lagi. Park Ji Min atau siapapun dia, Hye Jin menutup wajahnya dan menangis sejadi-jadinya.

***