webnovel

Ch. 36

"Kim Taehyung?" Ujar Suzy tak percaya. "Sialan!" Maki Suzy. Lagi pula, kenapa manusia abstrak itu menelfonnya. Apa dia sudah menyerah untuk mendapatkan Jiyeon? Bisa sajakan. Pasalnya Jiyeon kan selalu mengacuhkannya.

"Apa?"

"Kenapa kau lama sekali?"

"Undang-undang nomor berapa dan pasal apa yang mengharuskanku untuk mengangkat telfonmu dengan kecepatan cahaya?"

"Ck! Lupakan. Ak-"

"Ok. Lupakan." Sela Suzy dengan wajah polos tak berdosanya. Memandangi kukunya lalu tersenyum bodoh.

"Bae Suzy."

"Apa?!" Entah kenapa. Ada rasa aneh jika ada yang memanggilnya dengan marga Bae yang diberikan oleh orang tuanya. Ia merasa asing.

"Dimana Jiyeon latihan ballet?" Tanya V.

"Tak tau. Kenapa? Tunggu! Jiyeon latihan ballet?" Tanya Suzy heran. "Sejak kapan?"

"Kau tak tau?"

"Tidak! Mereka masih marah bodoh!"

"Oh. Makasi."

"Gah! Hanya itu? Oh dan makasi? Ka-"

Tut.. tut.. tut..

"Sialan!" Maki Suzy marah. Meletakan ponselnya dengan kasar di atas meja lalu kembali mengunyah kentang gorengnya dengan beberapa umpatan untuk V.

Tuut.. tuut.. tuut..

"Aarrrgh! Siapa lagi?!" Marah Suzy. Meraih ponselnya dan langsung membawa benda pipih itu ke samping telinganya.

"Apa lagi? Aku bilang tidak tau!" Bentak Suzy.

"Lekas bersiap. Ku tunggu di taman kota jam 7 malam."

"Apa? Siapa?" Tanya Suzy tak percaya. Menatap layar ponselnya dan membulatkan matanya seketika. Di layar ponsel pintarnya ada nama manusia di sana. Manusia kurang ajar.

Oh Sehun.

Meletakan lagi ponsel itu ke samping telinganya dan berdehem sebentar. Entah kenapa ia benar-benar gugup sekarang.

"Taman kota. 7 malam." Ulang Sehun. Memutuskan sambungan telfon secara sepihak.

Suzy masih terdiam di posisinya tadi. Mencerna perkataan Sehun yang luar biasa mengagetkan jantungnya. Setelah lima hari tak ada kontak dan sekarang, langsung mengajaknya kencan.

"Tunggu! Kencan. Apa ini bisa disebut kencan?" Gumam Suzy. "Ah ya sudah." Ujarnya lagi. Kembali menaruh ponselnya dan duduk manis dengan kentang goreng di tangannya.

Hing-

"Mamaaaaaaaaa. Sehun menfajakku kencan. Maaamaaaaa Aku harus bagaimana? Baju apa yang harus ku pakai. Sepatu? Tas? Dandananku bagaimana? Ah maamaaaa."

-ga ia heboh sendiri dengan ajakan kencan mendadaknya tadi. Berlarian kesana kemari lalu berhenti di depan cermin.

Ranjangnya benar-benar berantakan. Pakaian berserakan semua di sana, sepatu, tas dan semuanya terlempar kesegala arah.

Ceklek.

"Suz- apa ini? Kenapa dengan kamarmu?" Tanya sang mama. Menganga tak percaya dan menunjuk-nunjuk ranjang Suzy.

"Sehun mengajakku kencan. Bagaimana ini? Mamaaaa." Lagi. Suzy kembali heboh sendiri. Meratap iba di depan cerminnya.

"Apa? Kencan?" Tanya mamanya.

"Ng!" Anggukan dengan mata anak anjing yang menggemaskan.

"Kencan. Kencan. Kencan. Ken? KENCAAAAN? BENARKAH?" Mamanya ikut berteriak heboh. Mendatangi Suzy yang sedang berjongkok frustasi di depan cermin. "Mari kita rias wajah burukmu ini." Ajak mamanya dengan semangat menggebu-gebu.

"Ck. Buruk apanya?" Gumam Suzy.

**

"Ma." Panggil Suzy.

"Kau cantik." Puji mamanya. Berjalan mendekati Suzy lalu merapikan baju pada bagian bahu anaknya.

Sederhana.

Hanya rok hitam diatas lutut, baju putih dengan kalung berlian diatasnya. Tas kecil bewarna putih, gelang hitam dengan beberapa batu mulia, dan sepatu flat bewarna putih yang senada dengan bajunya.

Sempurna.

"Lekaslah pergi. Sehun pasti sydah menunggumu disana." Ujar mamanya. Tersenyum manis lalu mengusap pipi berisi milik Suzy.

"Ng. Mama." Panggil Suzy.

"Ya?"

"I love u." Ujarnya pelan.

"Haha i love u too princess. Sudahlah sana pergi." Usir mamanya. Wajah galak yang Suzy tau hanya sebagai penutup dari raut sedih mamanya.

"Ya ya ya, aku pergi." Pamit Suzy. Berjalan menjauh dari pintu utama dan sedikit berlari kecil untuk mempercepat langkahnya.

Ia tak mau Sehun menunggunya.

30 menit sudah dia menunggu Sehun yang katanya akan datang dalam waktu 5 menit lagi. Melirik jam tangannya yang sudah menunjukan pukul 8 malam. Ia sudah hampir mati beku disini. Masih tak mau pulang karna ia yakin Sehun akan datang.

"Apa masih lama?" Gumam Suzy.

**

"Ugh sial!" Maki Sehun. Menutup rapat laptopnya dan langsung berlari membuka pintu ruang rapat. Entah ada apa gerangan, ayahnya menyuruhnya rapat darurat malam ini juga. Padahal yang dibahas itu, bisa jadi bahan rapat untuk minggu depan. Alias tidak terlalu penting.

"Double shit!" Maki Sehun lagi saat ia melihat jam tangannya. Pukul 8. Dan ia yakin Suzy sudah menunggunya selama 1 jam di taman kota sana.

Beruntunglah ia sudah menyuruh salah satu bawahannya agar membeli mawar putih untuk Suzy tadi. Jika tidak? Entahlah. Ia yakin Suzy akan menunggunya hingga ia mendapati gadis itu mati baku di taman kota.

"Tunggu sebentar lagi nona Bae." Gumam Sehun. Memacu laju mobilnya dengan kecepatan tinggi, berharap agar ia tak telat untuk sampai di sana. Meski pada kenyataannya ia sudah sangat telat dari jadwal yang ia janjikan tadi.

"Tunggu aku Suzy. Sebentar lagi. Percayalah." Ujar Sehun lagi. Semakin memacu laju mobilnya hingga-

"Shit. Shit. Shit!!" Entah sudah berapa kali ia mengumpat sejak tadi. Dan kini? Ia harus menghadapi sesuatu yang dinamakan dengan macet!

"Ini bukan macet lagi. Tapi macet total!" Amuk Sehun. Memukul stir mobilnya lalu meraih ponsel pintarnya yang tergeletak di bangku penumpang tepat di sampingmya saat ini.

"Mana?" Gumam Sehun. Meraba lagi bangku tersebut dan makin menguatkan pukulannya pada stir di hadapannya.

Sial.

Ponselnya tertinggal di ruang rapat tadi. Dan bagaimana caranya agar ia bisa menghubungi Suzy atau pun sopir pribadinya.

Mengedarkan pandangannya kesegala arah dan dapat. Tepat si sampingnya, ada sebuah rumah makan yang sudah tutup dan ia yakin. Mobil kesayangannya bisa muat jika di parkirkan disana.

Memutar stir ke arah kiri lalu menginjak pedal gasnya pelan. Hingga ia yakin mobilnya aman di sini. Sehun membuka pintu mobil dan membawa buket bunga pesanannya tadi. Kembali menutup dan tak lupa menguncinya.

"Aku harus sampai di sana." Gumam Sehun.

Melangkahkan kakinya lebar-lebar dan berusaha sekuat tenaga agar ia bisa sampai lebih cepat ke tempat Suzy.

Lari.

Seorang Oh Sehun rela berlari demi Bae Suzy yang sudah berganti nama menjadi Oh Suzy.

**

Suzy kembali mengedarkan pandangannya ke segala arah, berharap dapat menemukan siluet Sehun.

Mengangkat tangan kirinya dan kembali melihat jam. Pukul 8.15 pm. Ia sudah menunggu selama 75 menit di sini. Di tengah dinginnya malam.

Menunduk menatap kaki-kakinya yang sedang berayun santai di bawah sana.

Tiiiiiiiit.

Brukh.

Suzy kaget. Mengangkat kepalanya dan tepat di depan sana, ia melihat kerumunan bantyak orang. Membentuk lingkaran besar di tengah jalan sana. Dan ia yakin, lampu lalu lintas sedang berwarna merah saat ini.

"Hei ada apa?"

"Kecelakaan."

Suzy makin panik. Entah kenapa ia teringat Sehun, pria datar yang berstatus sebagai suamimya itu. Suzy mencoba berdiri, menyandang tasnya dan melangkah pelan.

Ia tak ingin kesana, tapi sebagian dari hati kecilnya ingin sekali kesana. Melihat siapa yang sedang terbaring tak berdaya di sana. Dan semakim dekat ia melangkah, degub jantungnya semakin tak karuan. Entah kenapa, ia ingin kembali duduk tenang di tempatnya tadi. Menunggu Sehun hingga pria itu datang dan Suzy janji, ia akan langsung memeluk Sehun dan meminta maaf padanya.

Dekat dan semakim dekat. Jantung Suzy juga semakin tak karuan.

Dan entah kenapa, kerumunan orang-orang tadi memberi jalan padanya untuk bisa melihat korban tabrak lari tadi. Seakan orang-orang disana tau bahwa Suzy harus melihat ini semua.

Mata Suzy membelalak tak percaya. Kakinya serasa lemah tak bertulang, matanya memanas dan berkaca-kaca. Lidahnya kelu, dan ia ingin sekali meraung sekarang ini. Saat ini juga.

Disana, terbaring lemah pria tak berdaya dengan darah yang terus mengucur dari kepalanya. Tangannya menggenggam erat buket mawar putih yang sudah ternoda bercak darah itu.

Sehun.