Para siswi memekik tertahan saat mengetahui nama guru tampan mereka.
Tidak hanya tampan. Sehun juga memiliki suara yang menawan. Menujukan ketegasan dan kharisma yang ia miliki.
"Ck. Muka tembok begitu apanya yang tampan!" Suzy mendengus kesal.
Tanpa ia sadari Oh Sehun yang sedang ia bicarakan menatapnya. Tatapannya bisa dikatakan tajam dan menusuk.
Menyadari tatapan tak bersahabat dari guru barunya, Jiyeon menyikut perut Suzy dengan sikunya. Membuat Suzy meringis dan mendengus kesal.
"Sakit! Kau ini kenapa?" Suzy mempelototi Jiyeon dengan matanya yang membulat lucu.
Ia hanya diam sedari tadi. Tapi, kenapa malah terkena sikutan mematikan nona Park disampingnya ini?
"Kau membuat guru kita marah bodoh!!" Jiyeon berbisik. Tak berani menatap guru tampan yang sedari tadi ia elu-elukan.
Sehun yang marah, sama saja dengan iblis terkutuk dengan tanduk merah panjang dikepalanya.
Suzy menelan salivanya dengan susah payah. Mengangkat sedikit wajahnya dan melirik guru baru itu sekilas.
Tamat sudah riwayatku!
Suzy membathin dan menundukan kepalanya. Meremas roknya dan menggigit bibirnya. Terkadang rem mulutnya mengalami sesuatu yang disebut dengan blong!
**
"Ada masalah nona Bae?" Sehun bertanya masih dengan tatapan tajamnya.
Glup.
Dengan susah payah Suzy menelan salivanya dan menggeleng.
"Bantu aku Jiyeon bodoh!" Suzy berbisik. Jiyeon ini mempunyai seribu satu alasan yang masuk akal, biasanya.
"Kau ini! Ingin minta bantuan atau minta sikutan lagi hah!" Jiyeon balas berbisik dengan sedikit dengusan diakhirnya.
"Aku paling tidak suka dengan murid berisik seperti kalian!" Sehun berucap dengan nada datar. Dalam dan menusuk tentu saja.
Itu ciri khasnya.
"Maaf Mister, Suzy tadi hanya bergumam bahwa ia sedikit pusing."
Jantung Jiyeon berdegub kencang saat ia menyadari tatapan Sehun yang lebih menusuk, lebih tajam, dan lebih mengintrogasi.
Kenapa alasan konyol itu yang keluar dari mulutku! Oh Tuhaaan... hiks.
Jiyeon membathin miris. Bagaimana nasibnya setelah ini? Tatapan mata Sehun tetap saja tajam dan menakutkan.
"Semuanya perhatikan kedepan!" Sehun berucap dengan nada tegasnya. Membuat seluruh murid memperhatikannya lagi.
Disana. Sehun sedang menulis sesuatu di atas papan tulis dengan menggunakan spidolnya.
Peraturan? Mungkin.
**
"Dasar bodoh! Kau hampir saja membuatku mati kehabisan napas karena ulahmu." Jiyeon berbisik dengan delikan matanya yang tajam.
"Aku mana tau kalau aku mengatakan itu!" Balas Suzy tak terima.
"Ya! Katakan itu pada gadis yang baru saja mati ketakutan karena mulut busuknya itu!" Jiyeon semakin mendelik.
Itu alasan terkonyol!
Suzy hanya mendengus dan mulai memperhatikan papan tulis dengan beberapa tulisan disana.
Peraturan? Suzy membathin heran. Yang membuatnya heran adalah, banyak peraturan sama dengan banyaknya rumus matematika dari ia sekolah dasar hingga saat ini.
Yang benar saja! Suzy kembali membathin dengan bibir yang sitekuk kebawah.
1. Tidak ada alasan untuk tidak mengerjakan PR!
2. Dilarang meribut dalam keadaan apapun!
3. Batas nilai terendah 95!
4. Tidak diperbolehkan keluar kelas sebelum jam pelajaran matematika selesai!
5. Tidak ada pinjam meminjam dalam belajar, ulangan, dan ujian!
6.Mencontek dan mencontekan mendapat tabungan satu nilai nol!
Dst!
**
Chanyeol, Baekhyun, Suzy dan juga Jiyeon langsung menganga tak percaya. Masalahnya mereka terkenal dengan sebutan 'empat serangkai yang tidak pernah bisa diam'.
Diam itu dosa!
Itulah motto kelompok mereka. Lalu, sekarang mereka harus bagaimana? Menjadi siswa penurut tiba-tiba? Akan banyak wartawan yang mendatangi mereka jika itu benar-benar terjadi.
"Ada yang ingin protes dengan peraturanku?" Tanya Sehun. Seluruh manusia di sana hanya menggeleng dengan senyum merekah dibibir mereka.
"Jika gurunya tampan aku rela."
"Jika Pangeran Disney ini yang mengajar aku tak akan protes apapun!"
"143, Calon Jodoh."
Itulah yang dibicarakan oleh seluruh penghuni kelas.
Dadar sinting! Umpat Jiyeon.
"Sembilan lima itu terlalu tinggi!" Baekhyun tanpa sadar merengek dan membenturkan dahinya ke meja beberapa kali.
"Buka halaman seratus!" Perintah Sehun. Mengabaikan acara merengek Baekhyun dan wajah bodoh dari teman-temannya.
Chanyeol semakin melongo karenanya. Yang Chanyeol pikirkan sekarang adalah bagaimana cara ia keluar dari kelas, karena ia tak sengaja meninggalkan buku paketnya di atas ranjang.
Sedangkan Jiyeon membenturkan kepala ke meja karena ia mendadak ingin bunuh diri saat ini juga.
"Ada yang tidak membawa buku paket?"
Mampus!!!
Chanyeol menelan ludah kasar. Ingin rasanya ia melompat dari atas gedung sekolahnya.
**
"Yak Dobby! Kau harus melihat bagaimana tampang terkejutmu tadi." Baekhyun tertawa terbahak-bahak mengingat ketegangan raut wajah Chanyeol tadi.
"Seperti anak anjing yang minta di pungut! Hahahahahaha." Jiyeon juga ikut menertawakannya.
Duo eyeliner itu tak henti-hentinya menertawakannya sejak pelajaran matematika tadi. Bahkan mereka berdua juga sudah mendapat peringatan dari Mr. Oh tersebut. Mereka saja yang terlalu tebal muka.
Chanyeol mendengus dan melanjutkan acara makan ramennya. Ia tidak ingin menjadi kurus seketika jika ia terlambat makan. Tak lucu bukan jika tubuhnya memendek dalam waktu beberapa jam?
"Yak yak! Suzy dia menuju kemari. Lihatlah arah jam sembilan, pintu masuk!" Chanyeol berdesis tanpa mengalihkan tatapannya dari mangkuk ramennya agar tak membuat dia curiga.
Seketika itu juga wajah Suzy, Baekhyun, dan juga Jiyeon menegang. Dengan gerakan kaku mereka menoleh ke arah kiri, tepat pada pintu masuk berada.
"Mampus!!!" Baekhyunlah yang bersuara pertama kali dengan buah merah berbintik yang masih terparkir manis di depan bibir tipisnya.
"Dia masih berdiri disana sambil berbicara dengan kecoak-kecoaknya!" Jiyeon bergumam dan memberitau hasil pengamatannya.
"Orang tuli juga tau!!" Suzy mendesis kesal dan menendang kaki Jiyeon yang berada di bawah meja.
"Tak ada hubungannya, bodoh!" Jiyeon balas berdesis dengan mata kucingnya yang mempelototi Suzy.
"Hitungan ketiga kita bersembunyi dibawah meja dan memikirkan bagaiman-"
"Tiga!!"
Baekhyun, Suzy, dan Jiyeon sudah terlebih dulu bersembunyi dan meninggalkan Chanyeol yang bahkan belum menyelesaikan ucapannya.
"Sialan!" Umpat Chanyeol, dan menyusul teman-teman durhakanya yang sudah berkumpul di bawah meja.
"Aku bahkan belum selesai berbicara dan kau sudah mengatakan 'tiga'?!" Amuk Chanyeol pada Baekhyun yang hanya membalasnya dengan cengiran tak berdosanya.
"Yak! Berhentilah berteng-"
"Bagaimana cara kita keluar dari sini?"
"Sialan!" Umpat Jiyeon, saat Suzy dengan tampang puppynya menyela perkataannya.
"Gampang! Tinggal berdir-"
"Jangan bercanda, Byunbaek!" Sela Jiyeon.
"Kenapa kalian senang sekali menyela hari ini?" Chanyeol yang mulai lelah dengan teman-temannya kembali berkata.
"Begini. Kit-"
"Apa yang sedang kalian lakukan?"
"Triple sialan!"-Chanyeol.
"Terlambat sudah, Chan"-Baekhyun.
"Mampus!"-Jiyeon.
"Hilangkan aku."-Suzy.
**
Mereka berempat mendengus, dan memasang stok tampang sepolos-polosnya yang mereka punya.
Suara manusia yang paling mereka hindari, kenapa bisa begitu cepat datang ke meja mereka?
Dengan kilat Jiyeon mengeluarkan handphonenya dan meletakkannya di atas lantai. Berpura-pura seakan handphonenya terjatuh, lalu mereka mengambilnya.
"Apa yang kalian lakukan?" Tanya dia lagi.
"Oh! Kami mengambil barangku yang terjatuh." Dusta Jiyeon.
Dia manggut-manggut dan tersenyum manis kearah suzy. Membuat Chanyeol mendecak kesal.
"Perlu bantuan untuk berdiri, Sayang?" Katanya dan mengulurkan tangan pada Suzy.
"Tidak. Terima kasih" Tolak Suzy.
Tanpa mereka sadari. Sepasang mata tajam menatap mereka dari kantin sebelah. Tatapannya datar namun terdapat kilat kemarahan disana.
"Boleh aku bergabung?" Tanya dia lagi.
"Apa mau terselubungmu kemari?"
"Ju-"
TBC.
SEE U NEXT CHAP.
THANK U.
HAVE A NICE DAY.
DNDYP.