"Ow, ow, ow. Di mulai, di mulai, di mulai." Lucas berseru senang. Hampir saja bertepuk tangan riang sebelum delikan Jasper menganggu pandangannya. "Dasar tidak seru." Sungut Lucas.
"Heh, Kingkong! Tutup mulut bangkaimu!" Sungut Xukun jengah. Ia juga penasaran dengan drama picisan ini.
"Apa maksudmu?" Irene berseru tak terima, menatap semua tamu yang hanya memandang heran padanya. Pernikahannya memang tidak mewah, yang hadir hanya beberapa dari pihak Irene dan juga beberapa dari pihak Sehun.
"Nah, mari aku persingkat tuduhan berlapismu." Joonki tersenyum tipis dengan rambut yang ia sisir kebelakang menggunakan jemari panjangnya.
"Tak usah terpesona begitu, Gemuk!" Desis Kris seraya menjitak kepala Jiyeon.
"Diam kau, Tonggos!" Jiyeon balas dengan mencubit keras puting Kris. Gemuk apanya? Ia hanya sedang lebih berisi sekarang!
"Dua kasus penbunuhan, pencemaran nama baik, perlakuan tidak menyenangkan, pengancaman, penyuapan, dan masih banyak lagi kasus-kasus kecil lainnya." Ujar Joonki tanpa rasa bersalah. Toh, itu memang kenyataannya. "Untuk ukuran seoarang wanita cantik kau berengsek juga ya." Komentar Joonki setelahnya.
Wajah Irene memerah, membuang asal buket bunganya dan berlari cepat menuju Haowen yang berada dalam gendongan Yoojung.
Yoojung yang tak sadar apapun karena memang, Haowen yang menggeliat tak nyaman dalam gendongannya membuat Yoojung was-was. Masalahnya anak kecil itu memang sedang tidak enak badan sejenak dua hari lalu.
"Ad-"
Sret.
Sret.
"Jangan pernah berpikir untuk menyentuhnya."
"Jangan berani menyentuhnya."
Yoojung hanya bisa memasang wajah kagetnya saat tiba-tiba saja Seungcheol dan Jasper sudah berdiri di depannya. Menghalanginya dari Irene yang entah kenapa bisa ada sangat dekat dengannya.
"Kau sudah mulai memberontak, Choi Seungcheol?" Tanya Irene dengan wajah datarnya. "Ingin aku lakukan sesuatu pada gadis dibelakangmu itu?" Dagu Irene menunjuk pada Yoojung yang masih diam dengan pelukan yang mengerat pada Haowen.
"Dari awal aku memang tak pernah berpihak pada kalian." Seungcheol tersenyum sinis.
"Si-"
Sret.
Ceklek.
"Nah. Silahkan mengumpat sepuasmu di kantor polisi, Nona." Joonki menyematkan borgol di kedua pergelangan tangan Irene saat gadis itu akan melakukan sesuatu. Ia tak ingin lebih repot dari ini, tolong!
"Jisoo, bawa yang satunya." Joonki memberi perintah pada rekannya yang memang hanya berdiam diri santai saja sedari tadi. Kabur juga percuma, di luar sudah banyak petugas yang berjaga.
"Okey."
Sret.
Ceklek.
"Nah, Gembul! Harusnya kau mencontoh anakmu itu. Bukannya malah seperti ini!" Jisoo memborgol kedua pergelangan tangan Dusik dengan diiringi beberapa ocehannya.
"Terima kasih atas kerja samanya, sampai jumpa di pengadilan." Joonki pamit undur diri beserta Jisoo yang juga megikut di belakang sana. Bersama Dusik tentu saja.
"Hyuuung, thank you. I love u. Muaach." Lucas berseru dan melompat-lompat riang dari tempatnya berdiri. Melambai heboh pada Joonki yang hanya tersenyum kecil melihatnya.
Jasper tersenyum tipis dan menunduk kecil sebagai bentuk hormat dan terima kasihnya.
"Kau tak apa?"
"Kau baik-baik saja?"
Yoojung kembali di buat terkejut dengan Jasper dan Seungcheol yang berbicara serentak padanya. Dua pria ini... kenapa?
Jasper memutar malas kedua bola matanya dan mendengus saat melihat Seungcheol yang hanya tersenyum kecil pada Yoojung.
"Hentikan senyumanmu itu!" Dengus Jasper.
**
"Ini... apa lagi? Kenapa kalian terlihat biasa saja? Kalian sudah tau?" Tanya Sehun dengan tangan yang memijat pelan pelipisnya.
De javu bukan?
"Jadi... begini,"
THANK U
DNDYP