webnovel

SEJAK KAPAN?

Annchi yang kala itu mendorong Fengying hingga terjatuh dengan posisi yang memalukan di depan Ibu tirinya, benar-benar membuat Fengying kesal padanya.

"Kurang ajar, kau ..."

"Ma-maafkan aku!" Annchi langsung bangun dan menunduk meminta maaf pada Fengying yang terlihat masih sangat kesal kala itu.

Sementara itu, Ibu tirinya yang baru saja masuk ke dalam itu juga kaget pada saat yang sama.

"Apa yang kalian lakukan?" Wanita usia tiga puluh sembilan itu menatap mereka berdua tajam.

"A-ah... Maafkan saya Nyonya, saya tadi hanya sedang berusaha ...??" Annchi berusaha mendapatkan alasan yang tepat kala itu. "Aja, nyamuk. Banyak sekali nyamuknya di sini. Aku sampai tak bisa bekerja dengan tenang kalau sampai ada nyamuk yang datang dan menggingitku. Nah iya," jawabnya sembarangan sambil melihat ke arah Fengying yang sedang kesal setengah mati itu.

"Omong kosong apa yang anak ini katakan?" Pikir Nyonya Ji sambil memicingkan matanya pada Annchi.

"Mampus aku. Aku pasti akan mendapatkan masalah setelah ini. Biarlah, aku akan tanggung semuanya. Marah urusan belakangan," pikirnya, seakan sudah pasrah dengan apa yang nantinya akan Fengying lakukan padanya.

Fengying pun bangun dari lantai tempatnya jatuh tadi. Sambil membersihkan debu yang ada di tubuhnya, dia pun menetap Ibu tirinya itu. "Ada apa datang ke sini?"

"Oh, aku rasa aku hanya akan langsung masuk ke inti permasalahannya. Sebentar malam, akan ada makan malam dengan calon tunanganmu yang baru datang dari luar negeri. Kau sudah tahu, kan? Ingat saja, jangan pernah coba lakukan trik apapun dan jangan pernah coba mengganggunya. Karena kalau kau coba melakukan hal itu, aku pastikan Ayahmu akan sangat kesal pada anak kandungnya ini," katanya memperingati dengan sedikit tersenyum di akhir kata-katanya seperti mengejek.

Raut wajah yang terlihat pada Fengying kala itu sangat aneh. Dia bahkan sampai menggertakkan giginya dengan kesal.

Annchi benar-benar tak bisa membiarkan hal itu terjadi, tanpa sadar dia pun maju ke depan.

"Maaf Nyonya. Sekarang kami akan melakukan meeting yang sangat penting bagi perusahaan. Jadi, kalau Nyonya sudah selesai membahas masalah pribadi dengan Tuan Ji, saya harap Nyonya kembali." Tegasnya. "Oh, dan tidak hanya itu saja Nyonya, Nyonya harus membuat janji terlebih dahulu dengan Tuan Ji kalau mau bertemu. Kapanpun, dimanapun, dan apapun itu. Saya, Bai Annchi, dengan senang hati melakukan pencatatan schedule bagi Tuan Ji," jelasnya dengan gaya yang sangat elegan dan juga senyuman yang membuat Nyonya Ji sangat kesal melihatnya. "Padahal dia adalah Ibu kandung Fengying, tapi kenapa dia Judes sekali, yah?" tanya Ancchi dalam hati karena dia yang belum tahu bahwa Nyonya Ji adalah Ibu tirinya.

"Begitulah?" Wanita tua itu menyermik. "Kau adalah salah satu simpanannya, yah? Pfft, dasar wanita murahan, kau tak ada nilainya. Hanya barang yang sudah dipakai demi uang. Kalau begitu, aku permisi!"

Setelah mengatakan semua yang dia mau, Nyonya Ji pun keluar dan langsung pergi dari ruangan Fengying.

Sementara itu, Ancchi masih menahan emosi yang sudah membara dalam tubuhnya itu.

"Tahan, tahan, tahan." Annchi berusaha menahannya setengah mati, tapi dia sama sekali tak bisa pada akhirnya. Dan walah, dia pun meledak bagai bomb.

"Kurang ****," ucapnya dalam hati, "seumur hidupku aku tak pernah diperlakukan seperti ini. Aku adalah anak semata wayang dari-" dia pun berhenti, saat dia melihat ke arah Fengying dan sadar, bahwa kala itu dia hampir saja membongkar semua penyamaran sempurnanya itu.

"Anak semata wayang dari keluarga mana?" Fengying menatap Ancchi tanpa ekspresi.

"Ha!? A-a-apa? A-anak dari mana? Aku?" Fengying mengangguk.

"Aku? Hmm? Aku ... Anak ayah dan ibuku. Tentu saja. Aku adalah anak satu-satunya dari Ayah dan Ibuku. Ya, sekarang mereka sedang berada di kampung makanya aku menjadi anak semata wayang," jawabannya sembarangan.

"Apakah kau tahu apa yang sedang kau bicarakan ini? Kau tak tahu kan sekarang ini apa yang kau bicarakan?" Fengying mengerutkan dahinya.

"Ah, maafkan saya, Pak." Annchi pun menunduk.

Fengying pun pergi duduk di kursinya. "Sudahlah, sekarang bawakan semua berkas yang sudah Sekretaris Bai tinggalkan untuk kau kerjakan itu," perintahnya.

"Ah, di mana yah? Aku sudah lupa tadi dia taruh di mana? Huwaaa, bodohnya aku." Annchi benar-benar sedang menangis dalam hatinya kala itu. Padahal itu adalah hari pertamanya, tapi, dia sama sekali tak bisa memberikan kesan yang sempurna pada Fengying, padahal dia ingin pria yang ada di depannya itu, pria yang sudah membuat hatinya sakit, cepat-cepat jatuh hati padanya.

Fengying pun mengangkat kepalanya ke atas. "Dimana berkasnya? Kenapa kau belum pergi mengambilnya juga?"

"Ah, itu, maaf Tuan. Saya tak bisa, bukan maksudnya saya tidak tahu itu ada di mana," jawabnya dengan suara lirih karena takut dimarahi.

"Cih, apa sih yang bisa kau kerjakan? Itu, di sana!" Fengying pun menunjuk pada lemari biru yang ada di sebelah kiri meja Sekretaris Annchi.

"Ah, di sana? Hehe, terima kasih, Tuan." Annchi pun berlari ke sana seperti anak kecil.

Fengying yang kala itu terus memperhatikan dia, merasakan ada yang aneh. "Wanita ini, kenapa dia sangat mirip dengan Annchi yang aku kenal?" Tiba-tiba suasana hati Fengying berubah seketika saat dia mengingat tentang Annchi-wanita yang sudah meninggalkan dia itu. "Jangan pernah ingat dia lagi, Fengying. Dia sudah menghilang entah ke mana. Saat aku sedang hancur dan sakit ..." Fengying pun terlihat menjeda apa yang sedang dia pikirkan kala itu.

Dia pun membuka laci meja kerjanya dan mengambil obat penenangnya.

Annchi pun sudah selesai mengambil semua berkas yang Fengying perintahkan tadi.

Saat dia baru saja berbalik, dia melihat Fengying yang mengambil obat sangat banyak, kemudian meninumnya sekaligus.

Tanpa basa-basi lagi, Annchi pun langsung menahan Fengying. "Tunggu dulu!"

Tangan yang Annchi tahan itu, akhirnya menjatuhkan semua obat yang Fengying ambil.

"Kau pikir apa yang sedang kau lakukan?" Fengying mengerutkan dahinya kesal.

"Maafkan aku, tapi Tuan tak boleh bunuh diri hanya karena tak mau datang ke perjodohan," ujarnya dengan tatapan yang bagaikan anak anjing yang sedang memelas pada Tuannya.

"Apa yang kau katakan? Lepaskan!" Fengying pun menghempaskan tangan Annchi dengan kasar, kemudian mengambil kembali obat yang sudah terjatuh di atas mejanya itu. "Kau pikir ini obat untuk bunuh diri? Ini adalah obat penenang," jawabnya sambil menunjukkan botolnya pada Annchi.

Saat Annchi melihat botol yang ditunjukkan oleh Fengying padanya itu, dia pun terbelalak.

"Itu kan, adalah obat penenang yang sama dengan yang sering diminum istri Gege." Ancchi pun langsung menarik tangan Fengying. "Sejak kapan Tuan minum obat seperti ini?" tanyanya dengan tatapan tajam.

Next chapter