webnovel

-MY STORY-

"tidak perlu hidup sempurna untuk menjadi bermakna" Ini cerita tentang gue. Iya gue, SHEILA LAUREN PERMANA Anak baik baik dan sederhana dari Panti Asuhan Kasih. Selalu baik dan penurut. Saking penurutnnya, sampai di tindas. Di tinggal kedua orang depan pintu panti. Di buang sama temen temen setiap hari pada umur yang terbilang muda. Tapi tenang, kehidupan gue berubah menjadi 180° lebih "baik". Sekarang fokus gue ke misi di SMA kesayangan semua orang ... SMA Kenangan.

keshiamrtz · Teen
Not enough ratings
28 Chs

XVII || MY STORY

🗝🗝🗝

Kimberly menatap jalanan di depannya kosong. Jam sekarang sudah menunjukan pukul dua.  Tapi dia masih belum bisa tidur. Padahal beberapa jam lagi dia harus bersiap untuk sekolah.

Saat sedang menatap keluar dari balkon kamarnya, Kimberly merasakan ada tepukan tangan di sebelahnya. Dia menoleh dan melihat Sheila di sampingnya. "Nggak bisa tidur?" Tanya kimberly.

Sheila mengangguk "Lo juga, kan?" Tebak sheila yang pasti benar. Mereka berdua memang suka sulit untuk tidur setelah mendapat perawatan diri.

"Tadi orang spa terlalu liar," ucap Kimberly tiba-tiba.

Sheila menatap Kimberly dengan tatapan yang sulit di artikan "Iya,"

Kimberly menghela nafas kasar. Rasanya, hari ini adalah hari terberat sejak mereka pindah ke Indonesia. "Paling nggak, itu melindungi kita dari bahaya dunia,"

"Jangan sampai lo lalai lagi,Kim!" Seru Sheila. Kimberly menyerngitkan dahinya saat mendengar seruan itu. "Apaan?"

Sheila beralih dari menatap indahnya kegelapan malam menuju Kimberly. "Muka lo waktu itu merah. Gue liat!"

Kimberly dengan sigap memegang kedua pipinya "Masa?!" Paniknya.

Sheila mengangguk "Kalau ketahuan daddy, bisa bisa lo di kasih perawatan satu hari penuh," lanjutnya membuat Kimberly merinding.

Sheila berusaha menahan tawanya ketika melihat wajah takut Kimberly hanya karena ucapannya. Ah, sahabatnya itu sekarang seperti bukan lagi Kimberly yang dia kenal.

Bukan hanya Sheila yang merasa seperti itu. Begitu juga Kimberly. Setelah mereka menetap di Indonesia, mereka menjadi.... entahlah, berubah?

🗝🗝🗝

Hari Senin, adalah hari paling menyebalkan bagi Sheila. Mungkin karena mereka harus berdiri lama di bawah terik matahari dengan iringan pidato dari kepala sekolah tercinta.

Terlebih lagi, sejak kejadian  Airin dan Sheila, yang mengakibatkan Airin masuk rumah sakit.

Kepala sekolah mereka senang sekali menyindir Sheila di pidato upacara bendera. Seperti sekarang.

"... Pembulyan makin marak sekarang. Sekolah kita menjadi korban kejadian tersebut. Jadi sekali lagi ibu ingatkan...."

Sheila memutar bola matanya malas mendengar pidato kepala sekolah nya itu. Dia mengangkat tangannya ke udara dan memainkannya seperti boneka tangan. Meledek kepala sekolahnya itu.

Kimberly yang di sampingnya hanya bisa menggelengkan kepalanya. Sheila tetaplah Sheila. Keras kepala.

Padahal, dia sudah dapat surat peringatan. Dan Daddy mereka juga sudah di suruh ke sekolah.

Meskipun Daddy mereka tidak bisa datang karena urusan di LA.

"Sheila!" Tegur BuLet yang sedang memutar barisan untuk mengabsen murid-muridnya.

"Iya Bu," cicit Sheila . Dia menundukkan kepala nya karena ketahuan.

Karin dan Kimberly terkekeh melihat wajah kepergok Sheila.

Sementara di seberang sana, seorang lelaki kelas 12 memperhatikan mereka dengan senyuman kecil. Ralat, bukan memperhatikan mereka. Tapi Sheila.

Dia adalah Nichol. Semenjak kejadian kemarin, Nichol semakin penasaran dengan latar belakang Sheila. Dia sampai menyuruh detektif pribadi keluarganya menyelidiki. Dan hasilnya, lebih mengejutkan dari yang bisa di bayangkan.

Masa lalu Sheila selain dia adalah anak dari panti asuhan, tidak terdeteksi. Semuanya tertutup dengan rapat. Sepertinya ayah angkat nya benar-benar menganggap serius adopsian ini.

Saat sedang memikirkan apa tahap selanjutnya dalam memecahkan teka-teki hidup Sheila, seseorang menepuk pundak Nichol. Itu membuatnya terlonjak kaget.

"Napa?" Tanya Nichol malas saat sudah melihat siapa yang menepuk pundak nya.

Brandon tersenyum bodoh ketika melihat wajah cuek sahabatnya itu. Sudah biasalah bagi dirinya.

"Tadi gue susulin Lo, tapi lo nya malah ngilang, sialan!" Desis kecil Brandon.

Kebiasaan mereka berada di arena balap memang tertutup rapat di sekolah. Sebisa mungkin tidak ketahuan oleh fans mereka. Kalau iya, habis sudah.

"Hm," jawab dingin Nichol. Lagian, dia memberi keuntungan untuk Brandon kan?

Brandon berdecak kesal mendengar jawaban Nichol. Padahal kemarin dia menemukan sahabatnya ini tersenyum untuk cewek. Kemana Nichol yang itu? "Sialan Lo!"

"Kemarin aja senyum buat Sheila. Lah gue? Enam tahun di dinginin. Untung sabar!"

Nichol membekap mulut Brandon yang sedari tadi bicara. "Jangan gede gede lo ngomong!" Sebal Nichol.

Brandon menghempaskan tangan Nichol dari tangan nya. "Iya gue diem!" Sebalnya.

Nichol menatap Sheila yang jauh di sana. "Lagian itu cuman sekali," gumam nya.

"Hah? Apa?" Tanya Brandon yang tidak bisa mendengar ucapan Nichol.

"Nggak!" Ketus Nichol yang membuat Brandon bergidik ngeri.

Satu hal yang dia tahu , Nichol lebih ribet dari pada semua makhluk di dunia ini.

🗝️🗝️🗝️

Sheila menghentak-hentakkan kaki nya kesal karena Airin. Dengan sesuka hati dia dan antek-antek nya mendorong Sheila sehingga dia terjatuh setelah beres upacara. Itu mengakibatkan seragamnya kotor.

Yang paling menyebalkan, dia tidak bisa melawan karena BuLet mengawasi di sana. Jadi sekarang dia harus membersihkan diri ke toilet.

"Airin sialan," desis Sheila "BuLet nyebelin!" Lanjutnya. Dia sekarang seperti sedang komat Kamit membaca mantra kepada Airin dan BuLet.

Entah apa salah BuLet, tapi Sheila terus menyalahkan guru kesayangan nya itu.

Saat keluar dari toilet, Sheila melihat Nichol di depannya. "Hai!" Sapa Sheila.

Tapi bukannya membalas, Nichol berjalan melewati Sheila seperti tidak melihat keberadaan nya.

Sheila mengedipkan kedua matanya dua kali. Dia tidak percaya dengan apa yang di lihatnya. Kenapa ini? Mana Nichol yang kemarin?

"Hei! Gue ngomong sama Lo sialan!" emosi Sheila. Dia memang masih marah karena tadi.

Nichol terhenti dan menghadapkan kepalanya kebelakang. "Jangan ngomong sama gue lagi," dinginnya dan berlalu begitu saja.

Sesungguhnya, apa yang terjadi disini?!

🗝️🗝️🗝️

"NICHOL SIALAN!" Geram Kimberly setelah dua mendengar cerita dari Sheila.

Dia bahkan tidak peduli dengan orang yang menatapnya heran saat lewat. Karena memang suasana kantin sedang ramai.

"Si Nichol kenapa sih?" Heran Karin yang sekarang selalu bersama Sheila dan Kimberly. Tidak ada lagi Brandon Nichol dan Noah yang selalu protektif. 

Sheila mengangkat kedua bahunya tak tahu. Sebenarnya Nichol kenapa?

"Pasti waktu pembagian akhlak dia bolos!" Balas Kimberly tak santai.

Percayalah. Mendengar bahwa hati sahabat kalian di permainkan begitu saja oleh lelaki yang sikapnya seperti rollercoaster, pasti membuat emosi meningkatkan.

"Gak taulah gue pusing!" Ujar Sheila. Dia menenggelamkan kepala nya di meja dengan tangan sebagai tumpuan.

Saat sedang mendengar Kimberly dan Karin berbincang, kantin seketika ramai. Itu membuat Sheila penasaran. Apa yang membuat kantin seramai itu?

Ketika mengangkat kepalanya, Sheila menemukan dia. Orang yang dari tadi pagi menghindarinya. Siapa lagi kalau bukan Nicholas Bramantya.

Yang mengejutkannya, dia ke kantin bersama Airin. Sheila mengernyitkan dahinya melihat pemandangan itu. Sebenarnya kenapa dengan Nichol?

Kemarin dia manis kepadanya. Hari ini dia menghindarinya. Dan sekarang? Dia pergi ke kantin bersama Airin. Dan lagi, kemana Brandon dan Noah yang selalu mengikuti Nichol seperti anak ayam dan induknya?

Bukan hanya Sheila. Kimberly dan Karin pun memiliki pikiran sama.

"Serius amat," suara itu membuyarkan tatapan bertanya Sheila, Kimberly, dan Karin.

Mereka bertiga serempak menoleh ke samping dan menemukan Brandon berdiri tegap tepat di belakang Kimberly. Dan disampingnya, Noah sedang meminum susu coklat.

"Kenapa Abang Lo sama Airin?" Tanya Kimberly sembari mengangkat sebelah alisnya ke arah Noah.

Awalnya, Noah mengedipkan kedua matanya  bersamaan merespon pertanyaan Kimberly. Tapi kemudian Noah membuka mulutnya membuat bentuk 'o' saat paham kondisi disini. "Cemburu Lo?" Goda Noah.

Kimberly tergidik geli saat Noah mengatakan dia cemburu dengan manusia es seperti Nichol. "Nggaklah!"

"Nggak mungkin Kimber suka sama Nichol!" Bantah Brandon. Noah menatap Brandon heran. Kenapa dia?

Sedangkan Sheila dan Karin sudah biasa dengan Brandon yang protektif. Sementara Kimberley menahan malunya karena ucapan Brandon. "Brandon bodoh!"

"Nichol cuman ngajarin Airin buat olimpiade. Jangan cemburu," ucap Brandon kepada Sheila yang sedang memainkan bakso nya dari tadi.

Sheila mengangkat kepalanya menatap Brandon tak suka. "Siapa yang cemburu coba?!"

"Terserahlah," balas Brandon dengan kekehan.

Sheila mendengus sebal karena Brandon menggodanya. Lagi pula siapa yang cemburu coba?

🗝️🗝️🗝️

"Kak?" Airin berusaha membuyarkan lamunan Nichol yang seharusnya membantunya dalam olimpiade ini.

"Eh? Iya," Nichol kembali tersadar. Dia menatap Airin yang sedang melihatnya dengan penuh tanya. "Maaf,"

"Nggak papa kak!" Seru Airin

"Jadi yang mana yang nggak ngerti?"

Airin membuka handphone nya dan mencari materi nya. "Yang ini kak,"

Nichol membaca materi di handphone Airin dengan seksama. "Oh yang ini," ujarnya.

"Bisa di perpustakaan aja?" Tanya Nichol. Karena sesungguhnya dia tidak terlalu nyaman di perhatikan di seluruh kantin ini.

Meskipun sudah biasa saat dia sedang bersama Noah dan Brandon. Tapi dia masih risih ketika yang menjadi pusat perhatian adalah dia dan seorang perempuan.

Dan lagi, ada alasan lain Nichol tidak ingin belajar di kantin.

"Tapi aku lapar kak," rengek Airin.

Nichol berusaha menahan perasaan jijik nya terhadap sikap manja Airin. Tidak bisa di percaya, dia harus mengajari Airin selama dua hari ini.

"Yaudah,mau mesen apa?" Tanya Nichol.

Mata Airin seketika berbinar. "Kakak mau traktir aku?" Harapnya

Nichol mengerjapkan matanya dan tersenyum paksa. "Iya," pede banget sih lo !

"Wah! Makasih kak!" Ucap Airin senang "Aku pengen martabak keju ya kak!"

"Iya," jawab Nichol dengan tak ikhlas. Manja banget sih!

"Makasih kak!" Seru Airin ketika Nichol beranjak pergi hendak membeli martabak pesanan Airin.

🗝️🗝️🗝️

"Gue duluan,La!" Seru Kimberly ketika semua orang sudah pulang. Sheila mengangguk menangapi seruan Kimberly.

Dia meregangkan semua otot-otot tangannya dan mulai menggendong tas nya. Dia menghembuskan nafas kasar ketika melihat pesan di room chat nya dengan Nichol hanya di baca.

Sheila penasaran ada masalah apa yang menimpa Nichol? Karena dari tadi pagi dia selalu menghindari Sheila. Entah apa salahnya.

Kaki Sheila melangkah ke arah ruang OSIS. Karena memang hari ini seharusnya jadwal Sheila dalam mendapat kan bimbingan dari Nichol.

🗝️🗝️🗝️

"Dia kemana sih?" Sebal Sheila. Dia melihat ke arah jam tangannya. Jam sudah menunjukkan pukul setengah enam sore. Itu artinya dia sudah menunggu 2 jam di ruang OSIS ini.

Bahkan chat Sheila juga tidak di baca sama sekali.

Saat sedang bertanya-tanya kemana Nichol pergi, ob sekolah mengejutkan Sheila.

"Neng, belum pulang?"

"Belum pak," jawab ramah Sheila.

"Nunggu siapa neng?" Tepat sasaran!

"Eh? Bapak kok tau?" Tanya Sheila.

"Biasanya mah cewek sendirian se sore ini nunggu cowok," kekeh ob tersebut.

Sheila mengeruk tengkuk belakang nya yang tak gatal. Malu karena kepergok ob mungkin. "Bapak liat Nicholas nggak?"

"Lah? Tadi Nicholas mah udah pulang sama neng Airin,"

Jleb!

Entah kenapa hati Sheila serasa mencelus ketika mendengar Nichol pulang bersama Airin.

"Oh iya makasih pak," balas Sheila  dengan senyum yang dipaksakan. Dia melangkahkan kakinya keluar. Rasanya badannya sangat berat untuk melangkah. 

Hatinya juga berkecamuk. Entahlah, rasanya aneh. Seperti ini kah rasanya .... cemburu?

Tapi bukan seperti ini rencananya. Seharusnya tidak seperti ini. Kenapa semua nya berbanding terbalik dari yang di rencanakan Kimberly?

Kimberly salah, seharusnya Sheila tetap menjadi Sheila yang berkuasa dan membangkang. 

Seharusnya Sheila tidak pernah berusaha mendekati Nichol dari dulu. Seharusnya misi ini tidak pernah melibatkan kedekatan dirinya dengan Nichol.

Terlintas satu ide gila di pikiran Sheila. Dia mungkin akan menyesali ini. Tapi tekadnya sudah bulat.

Sheila melangkahkan kakinya ke tempat yang sebenarnya mungkin akan dia sesali.

🗝️🗝️🗝️