webnovel

-MY STORY-

"tidak perlu hidup sempurna untuk menjadi bermakna" Ini cerita tentang gue. Iya gue, SHEILA LAUREN PERMANA Anak baik baik dan sederhana dari Panti Asuhan Kasih. Selalu baik dan penurut. Saking penurutnnya, sampai di tindas. Di tinggal kedua orang depan pintu panti. Di buang sama temen temen setiap hari pada umur yang terbilang muda. Tapi tenang, kehidupan gue berubah menjadi 180° lebih "baik". Sekarang fokus gue ke misi di SMA kesayangan semua orang ... SMA Kenangan.

keshiamrtz · Teen
Not enough ratings
28 Chs

VII || MY STORY

🗝🗝🗝

Sudah 2 jam lamanya Nichol terjebak di gudang sialan itu bersama Sheila. Nichol rasa, ia mulai mati karena bosan. Sedangkan gadis yang terjebak bersamanya, masih nyenyak berada di dalam mimpi. "Kapan kita keluar dari sini?!" Jerit Nichol dalam hati.

Ia melirik Sheila yang masih sama dengan posisinya setengah jam lalu. Tidur. "Ck! Udah nggak sopan, kebo pula!" Geram Nichol. Tepat saat Nichol mengeluarkan semua cacian nya tentang Sheila, gadis itu bersuara.

"Nyebelin,"

Nichol mengerutkan dahinya. "Lo denger ucapan gue?"

"Kerjaan fitnah mulu,"

Nichol kembali bingung "Lo nggak tidur?"

"Kenapa bisa ada orang sekejam kamu di dunia?!"

"Kamu?" Tanya Nichol dalam hati.

"Jawab oi !!" Bentak Sheila

"Gue dari tadi udah jawab woi!!" Emosi Nichol

"Kamu bisu ya?"

Sudah cukup, Nichol tak paham apa yang terjadi. Dengan menghentakan kaki, ia melangkah menuju Sheila. "Lo kena-" mulut Nichol menutup saat melihat Sheila di depannya... menangis?

Tapi kondisi matanya masih menutup. "Ck! Lo mimpi," decak sebal Nichol.

"Aku punya salah apa sih?!" Ngigau Sheila. Air matanya turun lebih deras sekarang. Sontak, itu membuat Nichol panik.

"Anjir lo kenapa?!" Tanya Nichol panik. Dia menggoyangkan tubuh Sheila. Siapa tahu gadis itu bangun. "Bangun woi!"

Nichol bahkan menampar-nampar wajah Sheila. "Sheila! La!" Panggil Nichol lagi.

"Hhah?!" Teriak Sheila saat ia membuka matanya. Nafasnya berderu dan jantungnya berdetak kencang. Sejenak Sheila menetralkan jantungnya. "Lo kenapa?" Pertanyaan Nichol menyadarkan Sheila. Gadis itu menatap ke atas tepat di iris mata indah Nichol.  Sejenak, jantungnya berdetak lagi. Gue kenapa!?.

"Hei, jangan terpesona dulu!" Peringat Nichol. Sheila membuang wajahnya asal. "Kek nya gue salah," batin Sheila.

Nichol terkekeh melihat respons Sheila. Tapi kemudian tersadar akan satu hal "Kenapa lo nangis?"

"H-hah?" Sheila mengedipkan kedua matanya sekali. Tangannya menyentuh mata. Betapa terkejutnya dia merasakan air mata di kedua matanya. "K-kok gue nangis?!" Tanyanya tak percaya. Sistem gue rusak kah?

"Lah, lo yang nangis, kenapa nanya ke gue?" Heran Nichol.

"Hk-hkm!" Sheila berdehem untuk menetralkan gugup dirinya. "Gue juga nggak tau," balasnya dengan cool. "Berapa lama kita kejebak?" Tanya Sheila lagi.

"Sekitar dua jam,"

"Hah?! Udah istirahat dong!" Ucap Sheila terkejut. Nichol mengangguk. Sheila menghempaskan tangannya kesal. "Gara-gara lo kita kejebak di sini kan!" Kesal Sheila.

"Loh kok salah gue?!" Ujar Nichol tak terima dirinya di salahkan.

"Ya iyalah elo!" Balas Sheila. Telunjuknya terangkat menunjuk wajah Nichol. "Lo kan yang ngasih gue hukuman ini? Kalau lo nggak ngasih hukuman kek gini, kita nggak akan kejebak!" Lanjutnya.

"Mulai deh nyebelinnya," batin Nichol

Nichol menghempaskan jari Sheila dari wajahnya dengan kasar "Iya, serah lo!" Final Nichol. Dia tidak ingin berdebat lagi sekarang.

"Jadi gimana?" Tanya Sheila sekali lagi. Saat Nichol hendak membuka mulutnya, sebuah cahaya menusuk mata mereka.

Sheila mengerjapkan mata beberapa kali untuk menetralkan cahaya tersebut. "Kalian nggak ngapa-ngapain kan?"

Suara familiar itu masuk kedalam gendang telinga Nichol dan Sheila. "Bu Leti?" Tanya Sheila tak percaya.

"Kalian nggak papa kan?" Tanya Bu Leti memastikan. Sheila memincingkan matanya ke arah Bu Leti dengan senyum curiga. "Acie ibu khawatirr," goda Sheila.

Bu Leti menghela nafas lega. Kemudian kembali serius "Iya ibu khawatir," Sheila tersenyum mendengar penuturan gurunya itu "Tapi sama Nichol," lanjutnya yang membuat Sheila jatuh dari langit ke tujuh.

"Kok gitu sih bu!" Protes Sheila "Aku nggak?"

"Nggak," jawab cepat Bu Leti. Wajah Sheila seketika masam. "Sudah, silahkan kalian kembali ke kelas masing-masing!" Titah Bu Leti.

Sheila dan Nichol mengangguk menanggapi ucapan guru mereka tersebut.

🗝🗝🗝

"Nah! Lo dari mana aja?!" Tanya Kimberly saat ia bertemu Sheila. Kimberly baru saja keluar dari toilet, di saat itulah Sheila terlihat.

Sheila menghembuskan nafas kasar. "Jangan tanya, gue pusing beneran!" Jawab Sheila.

Kimberly mendelik mendengar penuturan Sheila. "Capek-an mana sama gue yang harus selalu senyum?!"

"Serah!" Ketus Sheila. Lalu ia melangkahkan kaki pergi meninggalkan Kimberly.

Kimberly membelakkan mata saat melihat Sheila berjalan menjauh meninggalkannya. "Woi! Jangan ninggalin lo La!" Ujarnya. Kemudian mengejar Sheila yang jauh di depannya.

Sheila tak menghiraukan ucapan Kimberly dan berjalan menuju kantin. Dia benar-benar haus setelah semua yang terjadi. Saat berada di kantin, dia di sambut oleh sapaan ramah Karin. Seperti biasa sejak dia sekolah disini.

"Darimana lo?" Tanya Karin setelah Sheila duduk sempurna di meja kantin. Sheila tidak menjawab pertanyaan Karin. Ia mengipas-ngipaskan tangannya. "Capek?" Tanya Karin.

Sheila menatap Karin dan mengangguk. "Banget," keluhnya. "Emang lo abis ngapain?"

"Tanya sama kakel favorit lo," jawab Sheila dan dengan seenak hati merampas minuman Karin. Awalnya Karin terkejut, tapi ia biarkan. Dia tahu kalau Sheila sedang kelelahan.

"Woi La!" Terdengar suara murka Kimberly dari pintu kantin. Sheila tersenyum tanpa dosa dan mengatakan "Kenapa, Kim?"

Kimberly geram dengan wajah tanpa dosa Sheila itu. Ingin rasanya ia tampol wajah cantik sahabatnya itu. "Nggak usah watados lo!"

Sheila terkekeh melihat muka marah Kimberly. Ia lalu mengedarkan pandangannya ke seluruh meja. Bekas makanan ada dimana-mana. "Buset! Banyak banget kalian makan,"

"Bukan kita yang makan!" Sanggah Kimberly. Enak saja dia di bilang makan banyak. "Terus?"

"Noh si Noah!" Ujar Karin. Tangannya juga bergerak membersihkan meja yang berantakan. Sheila mengerutkan dahinya, "Siapa?"

Karin menunjuk seorang lelaki yang sedang bercanda tawa dengan ibu kantin, dengan dagunya. Sheila mengangguk saat melihat sosoknya. Tapi kok, ada yang menganjal dengan wajahnya. Seperti mirip...

"Dia adeknya Nichol," ujar Kimberly yang melihat raut wajah Sheila. Setelah mendengar ucapan Kimberly, Sheila mengangguk mengerti. Pantes mirip. Ya, nggak mirip-mirip banget sih.

Ketika Sheila, Karin dan Kimberly sedang basa basi menceritakan apa yang terjadi dengan Sheila tadi, Noah datang di tengah mereka. "Ini yang di hukum abang gue?"

Sheila menaikkan wajahnya untuk melihat Noah. Karena jujur, dia sangat tinggi. "Iya," jawab Sheila. Dia mempersiapkan diri barangkali anak ini sama seperti kakaknya. Dingin.

Tapi ternyata itu terpatahkan saat Noah menunjukan antusiasme nya bertanya kepada Sheila. "Dihukum apa aja? Kok lama banget? Tumben abang gue mau lama sama cewek," tutur Noah dengan kekehan.

Sheila bahkan hampir melongo melihat betapa jauhnya perbedaan kedua orang itu. "E-eh?" Bahkan dia sampai terkejut dengan pertanyaan berderet dari Noah.

"Oh sorry, gue kelepasan ya!" Ujar Noah. Dia mengulurkan tangannya ke hadapan Sheila. " Gue Noah Bryanta Dharma,"

Sheila menerima uluran tangan itu "Sheila," balasnya singkat. Dia melepaskan genggaman tangannya.

"Yah jan singkat-singkat lah," keluh Noah "Setipe banget sama abang gue,"

"Sheila Laurie Permana," jawab Sheila cepat. Dia di sama-samakan dengan Nichol? Cih, nggak sudi pake banget.

Noah tersenyum puas "Nah gitu dong!" Ujarnya "Bye the way, abang gue ngehukum apaan?"

Amarah Sheila langsung mengebu-ngebu di situ "Abang lo itu orang terkejam yang ada di muka bumi ini. Masa dia nyuruh gue bersihin gudang lama? Mana kotor banget! Terus dengan bodohnya dia nutup pintunya. Padahal pintunya rusak, jadi kita kekunci dari dalem. Demi apa abang lo seratus persen bodo!" Caci Sheila mengebu-ngebu.

"Njir! Baru kali ini ada yang bilang abang gue bodo," ujar Noah tak percaya. Dia bertepuk tangan saking terpukaunya. "Biasanya cewek-cewek langsung pada heboh, malah mereka ngejar-ngejar abang gue!"

Sheila mencibir mendengar penuturan Noah. "Ngapain orang labil kek dia di kejar?" Balas Sheila.

"Nichol nggak seganteng itu ah," balas Karin

Kimberly mengangguk "Kayak plat nomor Jakarta, B aja!"

Tepukkan Noah semakin menjadi-jadi mendengar cacian tiga gadis di depannya "Lanjutkan cewek-cewek!" Ujarnya.

"Oh boleh!" Ujar Sheila dengan semangat 45. Kalau soal menjelek-jelekkan Nichol, Sheila lah orangnya. "Lagian gue heran ma cewek-cewek sekolah ini. Masa orang kek Nichol ma Brandon yang jadi most wanted?"

"Masih banyak yang lebih ganteng kali!" Ujar Sheila mengeluarkan unek-uneknya.

"Khm! Maaf ya neng Sheila, yang most wanted ada tiga loh!" Ujar Noah. Dia sudah memasang muka PD. Berharap, Sheila tahu. "Siapa?"

"Iya, gue juga nggak tau!" Timpal Kimberly. Seketika wajah Noah menjadi agak down. Dia harus ingat, kalau mereka berdua itu anak baru. Wajarlah kalau tidak tahu.

Dengan harapan yang tersisa, Noah beralih ke Karin "Lo tau kan, Rin?"

Demi apapun di dunia ini, karin ingin tersenyum begitu melihat lucunya wajah memelas Noah yang berharap kalau ia mengetahui cowok famous tersebut. Tapi dengan ide jahilnya Karin menjawab. "Nggak, emang siapa?"

Wajah Noah sekarang menjadi 100% down. "Yah masa nggak tahu?"

Mereka bertiga menggelengkan kepala kompak. "Nggak!" Dan menjawab dengan sangat kompak. Noah membuat wajah cemberut terhadap pengakuan tiga cewek itu.

"Gue elah!" Akhirnya dia sendiri yang mengaku. Dan ketiga cewek tersebut langung mengangguk.

"Oh elo,"

"Oh iya,"

"Ok,"

Noah terdiam mendengar jawaban mereka bertiga. Ingin rasanya ia tenggelam saja. "Sialan kalian," desisnya. Dan mereka sontak tertawa.

"Bye the way, lo nggak gabung ma abang-abang lo?" Tanya Karin "Diem disini sama cewek, lama-lama lo jadi cewek!"

"Oke gue di usir!" Ujar Noah. Dia berdiri dari tempatnya dan melangkah pergi. Tapi baru beberapa langkah, ia kembali lagi. "Gue lupa mereka ada urusan,"

"Aelah!" Balas Kimberly dan Sheila kompak.

"Sok-sokan banget njir ada urusan!" Caci Sheila. "Giliran ngunci orang dalem gudang dua jam aja sempet, giliran nemenin adeknya ada urusan segala!" Lanjutnya.

Sheila mengerutkan dahinya saat melihat Noah membuat tanda agar Sheila memberhentikan ucapannya soal Nichol. Begitu pula Karin dan Kimberly yang arah pandangnya sama.

"Udah puas ngomonginnya nona-nona?"

🗝🗝🗝