webnovel

My Soully Angel (Jodoh Sang Dewa Api)

Yafizan - Diturunkan ke bumi akibat serangan fatal dari kekuatannya membuat seorang gadis meninggal karena melindungi adik calon suaminya. Dia selalu bersikap arogant dengan emosi yang meluap - luap karena sifat alami apinya. Tinggal di bumi hampir seribu tahun lamanya bersama asisten yang diperintahkan untuk menjaganya selama di bumi. 1000 tahun kemudian dia dipertemukan dengan reikarnasi gadis yang tanpa sengaja diserangnya, dan gadis itu selalu menolongnya sedari kecil - Soully. Kejadian tak terduga membuatnya keduanya terikat dalam pernikahan.

GigiKaka · Fantasy
Not enough ratings
100 Chs

Bab 19

Yafizan membaringkan Soully di tempat tidur. Perasaan cemas mendera seluruh dirinya. Rasa penyesalan bertubi-tubi menyelimuti kalbunya.

"Soully, bangun...kumohon bangunlah..." ucapnya  parau sambil mengusap kedua tangannya dengan panik beserta ketakutan yang campur aduk.

Erick langsung menengahi Yafizan yang berada tepat disamping Soully. Dengan segera ia hendak melepaskan pakaian basah yang masih menempel pada tubuh Soully.

"Apa yang kau lakukan?!" bentak Yafizan seketika saat melihat lalu menahan tangan Erick yang hendak melepas baju Soully yang basah.

"Sebaiknya kau bawakan baju ganti untuknya," ucap Erick yang memaksa.

"Dia istriku! Dan kau tak berhak menyentuhkan tanganmu pada tubuhnya. Apalagi kau dengan sembrono melepas pakaiannya? Jangan harap!"

"Kau masih berfikir aku mengambil kesempatan dalam kesempitan? Ayolah ini bukan waktunya untuk berdebat. Apa kau lupa aku seorang dokter? Aku yang menjaga Soully selama tiga tahun ini, segala apapun mengenainya bahkan sekecil apapun aku sudah tahu dan melihat semuanya, termasuk yang ada ditubuhnya," ucap Erick yang semakin membuat Yafizan tersulut emosi.

Yafizan mengeluarkan energi panas dari tangannya. Dia melemparnya kepada Erick yang terus membuatnya terprovokasi. Erick membalas perbuatan Yafizan, sehingga mereka melakukan baku hantam. Rona segera menengahi perbuatan mereka, Tamara yang tiba ikut membantu melerai perkelahian mereka.

"Apa yang kalian lakukan?! Apa kalian tidak memikirkan bagaimana keadaan Soully saat ini?" Rona melerai pertikaian. "Dan kau Tuan Erick, kumohon biarkan Bos Yafi yang melakukannya karena dia yang lebih berhak atas segala hal yang berkaitan dengan Soully," pinta Rona. Menyadarkan Erick akan posisinya tanpa bermaksud membela Yafizan.

"Apa yang kalian lakukan? Kalian seperti anak kecil yang memperebutkan mainan. Kalau begitu biarkan aku yang mengganti pakaiannya," seru Tamara tiba-tiba saat muncul di balik pintu lalu menghambur kearah mereka.

"Tidak perlu. Jangan kau sentuhkan tanganmu pada tubuh istriku," ucap Yafizan menahan Tamara. Membuatnya kesal dengan ucapan yang tanpa sadar dilontarkannya. Bagai seorang penguasa yang tak ingin orang lain menyentuh apa yang menjadi miliknya. "Keluar kalian dari kamarku sekarang!" usir Yafizan.

Rona menggiring Erick dan Tamara keluar dari kamar, meminta dengan segala hormat untuk meninggalkan Soully dan Yafizan saat ini. Membiarkan tuannya menangani istrinya dengan caranya sendiri, begitu pun cinta mereka di uji.

Yafizan segera mengangkat tubuh Soully perlahan melepaskan pakaiannya yang basah. Sesekali ia mendekap erat tubuhnya agar merasa lebih baik, sambil mengganti dan memakaikan pakaian yang lebih hangat. Lalu dengan kekuatannya ia membuat lingkaran bagaikan dinding pembatas yang melingkar, menyelimuti seluruh permukaan di seluruh tubuh Soully agar terasa lebih hangat.

Ada sesuatu yang baru ia rasakan dan baru ia lihat. Cahaya kebiruan serta seputih awan terpancar jelas dari tangannya saat ia membuat lingkaran penghangat itu. Berbeda saat ia mengeluarkan energi panas yang berwarna orange kemerahan bak api yang berkobar-kobar. Ia mengepalkan kedua tangannya, lalu dipandangnya wajah Soully yang masih terpejam tak sadarkan diri.

Siapa kau sebenarnya?...

***

Seseorang mengetuk lalu membuka pintu kamar dan membuat Yafizan teperanjat dari lamunannya sejenak. Rona hendak memberitahu tentang yang Polisi katakan. Bahkan kini seluruh berita memberitakan bahwa Yafizan orang yang tega menyiksa perempuan hingga tewas mengenaskan. Ada pula yang menyebarkan gosip lainnya yang seolah Yafizan pengusaha dan konglomerat dunia adalah seorang psikopat.

Tak membutuhkan waktu cukup lama bagi perusahaan penyebar gosip untuk mencari topik hangat yang akan membanjiri ratting-nya. Kini, Yafizan menjadi perbincangan negatif yang sedang diberitakan di seluruh media.

.

.

.

Waktu sudah menjelang sore saat semua media mulai memanas memberitakan soal Yafizan. Bagai mendapat serangan ujian essay Yafizan masih menutup rapat mulutnya. Reporter berita yang masih penasaran tetap bersikukuh berjaga di depan pintu gerbang. Yafizan hanya mondar mandir tak tahu arah, sesekali ia memantau perkembangan dan reaksi dari tubuh Soully yang masih terlihat pucat, namun kondisinya masih tetap sama. Hanya nafasnya yang sudah mulai teratur tanda Soully masih menikmati tidur lelapnya. Dibantu dengan Erick yang sesekali mengecek suhu tubuh Soully dengan cara medisnya. Erick sudah memasangkan alat bantu berupa cairan infus untuk tetap menjaga kondisi tubuh Soully agar tidak mengalami dehidrasi. Walaupun ada rasa tak rela jika Erick menyentuhkan tangannya pada Soully.

"Baby, apa yang akan kau lakukan? Para reporter itu masih berdiam diri depan pintu gerbang," tanya Tamara yang masih tak ingin pulang sama seperti Erick.

"Sebaiknya kau urus semua kekacauan ini sendiri," sahut Erick.

"Apa sebaiknya aku yang turun tangan dan menjelaskan semuanya?" tawar Tamara dengan palsu.

"Aku akan urus ini sendiri," ucap Yafizan pergi.

"Tapi, apa yang akan kau lakukan, Bos?" tanya Rona cemas.

Tanpa menoleh Yafizan terus berjalan hendak menghampiri para reporter yang sudah menunggunya sejak tadi hanya ingin sebuah klarifikasi. Disusul dengan Rona, Erick dan Tamara mengikuti.

Pintu gerbang terbuka. Para reporter dengan sigap langsung membuat barisan antrian yang hendak mengantri pembagian kupon berhadiah. Setiap orang mulai bertanya, menjadi sekumpulan hujan pertanyaan yang bertubi-tubi.

Dengan sikap yang tetap arogant Yafizan mulai membuka mulutnya.

"Besok." Yafizan mulai bicara. "Besok di gedung aula perusahaan Y.A entertainment pukul 11.00 tepat saya akan mengadakan konferensi pers dan kalian akan mendapat semua jawaban yang kalian inginkan. Maka dari itu, saat ini juga dimohon kalian pergi dan mempersiapkan semuanya besok," ucap Yafizan berakhir lalu menutup pintu gerbang dengan segera.

Malam semakin larut, namun kondisi Soully masih sama. Erick sudah pulang ketika dia memastikan keadaan Soully sudah agak membaik. Tamara pun pulang sesaat setelah itu karena perhatian Yafizan tertuju hanya untuk Soully. Untuk kesekian kalinya Tamara merasa diabaikan.

Yafizan berbaring di atas sofa di kamarnya. Sesekali ia juga memperhatikan gerakan cairan infus yang kini menempel pada punggung tangan Soully. Dia lalu meluruskan semua otot-otot badan yang sedari pagi membuatnya merasa tegang. Bayangan demi bayangan saat ia bangun tidur di kamar hotel bersama Tamara tanpa sehelai benang yang ada ditubuhnya hingga melihat tubuh Soully pucat pasi dengan posisi terduduk di luar pintu gerbang membuatnya semakin frustasi dalam dan semakin dalam. Ia melipat kedua tanganya lalu mengusap wajahnya dan menghela nafas dalam.

***

Pagi hari saat Yafizan sudah mulai siap untuk menghadiri acara pers konferensi yang sudah dijanjikannya kepada para reporter kemarin.

Dengan balutan jas hitam pekat modern dengan dalaman kaos broken white membuat penampilannya yang casual semakin menarik dan elegant. Sikap dingin dan arogant masih terpancar dalam auranya. Namun tetap saja ia masih menjadi pria idaman paling tampan dan seksi untuk kalangan para wanita.

Kakinya melangkah dengan perlahan menuju aula gedung Y.A entertaiment. Semua sudah disiapkan. Dan para wartawan pun sudah duduk dalam barisan yang sudah ditata rapi. Ini masih pukul 09.30 pagi ketika acara sebelum dimulai.

"Aku harap kau tidak membicarakan hal yang aneh-aneh saat sesi wawancaramu nanti," ujar Rona merasa cemas.

"Seharusnya kau jaga Soully di mansion dan jangan ikuti aku."

"Oh sungguh kau taruh otakmu di mana?" kesal Rona. "Soal Soully kau tak usah khawatir, aku sudah meminta Erick mengirim perawat untuk menjaganya, dan mungkin saat ini perawat itu sudah tiba," sambungnya menenangkan tapi sekaligus membuat Yafizan khawatir.

"Kenapa kau selalu saja meminta bantuan orang itu? Kau tahu orang itu selalu mengambil kesempatan hanya untuk mencuri waktu berdekatan dengan istriku. Dan kemarin dia bahkan dengan berani..." ucap Yafizan salah tingkah, tak mengerti kenapa ia seemosi itu.

"Apa kau...cemburu?" Rona bertanya sambil menahan tawanya karena melihat ekspresi Yafizan yang biasanya tak peduli pada orang lain, sedikit demi sedikit hatinya mulai terbuka, setidaknya hanya untuk satu orang saja.

Yafizan termenung sejenak, memikirkan keadaan Soully. Masih terbayang wajahnya yang masih terpejam saat ia meninggalkan Soully tadi pagi.

Clara mengetuk pintu, memberitahu sebelum acara segera dimulai, dia akan diberikan pengarah terlebih dahulu. Mata Clara sungguh berbinar terang saat melihat penampilan Yafizan yang sungguh luar biasa baginya.

***

Perawat yang dipesan Rona sudah tiba saat Erick mengantarnya dan memberi pengarahan mengenai Soully. Erick memandang Soully tajam, dengan perlahan ia memegang tangan Soully lalu mengusapnya.

"Apa kau tidak lelah? Kau sudah tertidur seharian penuh dari kemarin. Apa kau tidak lapar? Aku akan membuatkanmu makanan yang lezat," ucap Erick pelan mengajak Soully bicara. "Kau harus bangun, My Angel...sudah cukup kau terlelap dalam tidur panjangmu sebelumnya..." suara Erick parau menahan airmata yang menggerayangi seluruh permukaan bola matanya.

Erick memperhatikan cahaya orange kebiruan yang masih menyelimuti tubuh Soully. Cahaya itu memang terasa menghangatkan tubuh. Setidaknya Yafizan melakukan hal yang positif daripada melakukan hal di luar nalar seperti yang biasa lakukan.

Gerakan jari tangan Soully bergerak perlahan. Seolah ucapan Erick terdengar jelas di telinganya. Pada saat yang sama, bayangan dia saat masih kecil yang tersesat lalu menolong lelaki yang sedang terbaring lemah terikat, lalu saat dia menjadi siswa sekolah menengah pertama, dia mengulurkan tangannya, menolong laki-laki yang terkujur lemas penuh luka di sebuah gang sempit dan buntu yang jauh dari keramaian orang-orang padahal gang itu terletak di pusat kota. Bayangan juga muncul saat Soully menjadi siswa menengah atas, diapun mengulurkan tangannya, menarik seorang laki-laki yang sedang dikejar-kejar lalu mereka berlari bersama bersembunyi dari kejaran orang-orang yang terlihat ingin melukainya. Bayangan terakhir saat dia mengejar sebuah mobil lalu sebuah kecelakaan terjadi padanya, BRAKK saat tubuhnya terpental ke atas mobil. Soully langsung membuka matanya. Ada perasaan kaget menyelimutinya, nafasnya masih tak beraturan mengingat hal apa yang barusan ia mimpikan.

"Apa kau baik-baik saja, Nona?" seorang perawat bertanya, memeriksa serta memperhatikan kondisi Soully.

"Siapa...anda?" tanya Soully yang masih belum sadar seutuhnya.

"Saya perawat yang diutus untuk menjaga anda. Anda dari kemarin tidak sadarkan diri," terang perawat itu menjelaskan.

Bahkan dirinya saat ini terus bertanya, siapa pula wanita yang sedang lemah ini? Kenapa dirinya telah di sumpah bahwa ia takkan menceritakan apapun yang dilihat atau didengarnya.

Soully teringat akan kejadian yang menimpanya. Melihat sisi sebelah tangannya yang kini dipasang cairan infus, lalu ia menghela nafas dalam.

Mimpi apa itu? kenapa terasa begitu nyata...

***

Bersambung...

Biasakan Like, Comment dan Vote setelah baca yaa

Silent Readers, mana suaranya???