webnovel

My Slave, My Servant, My Daughter

kisah tentang Pak Sumi, seorang intel kepolisian yang berhasil membuka kedok rumah Bordil dan menemukan hal yang lebih buruk daripada PSK (Pekerja Seks Komersial) yaitu menemukan seseorang yang akan merubah hidupnya untuk selamanya. kisah tentang keluarga, masa lalu, dan ambisi seorang anak. Kisah tentang suatu keluarga kecil yang berperan besar dalam beberapa kasus skala nasional, masa lalu yang penuh dengan intrik, persahabatan, juga kengerian dan kekejian, serta ambisi seorang anak untuk mendapatkan kepercayaan, cinta dan kasih sayang... ah dan juga tubuh. Cerita akan berkutat pada Marie dan Pak Sumi, lalu orang-orang yang terdekat seperti Bu Rati (Istri Pak Sumi), Tiga anggota daun Semanggi (Clover), dan tokoh antagonis. Apakah Marie bisa mendapatkan apa yang diinginkannya? berakhir bahagia atau tidak, itu semua pilihan anda, pembaca. *Penulis sangat tidak menyarankan untuk dibaca oleh anak-anak tanpa pengawasan Orang tua. Isi konten dan konflik cerita sangat mungkin TIDAK SESUAI untuk anak-anak (atau mungkin sebagian remaja baru). dimohon kedewasaan pembaca. **pict source: https://www.trekearth.com/gallery/Africa/photo1403560.htm

Cloud_Rain_0396 · Horror
Not enough ratings
102 Chs

Marie Story (4)

"Dear Diary, beberapa waktu yang lalu Aku punya rutinitas baru. Aku harus belajar masak. Setidaknya itu yang kupikirkan dulu, sebelum Aku sadar jika Aku masih harus berkutat dengan tangan dan kakiku. Selain itu, ibu juga berkata padaku jika Aku harus segera sekolah. Sekolah, Aku tidak tahu apa itu, tapi sepertinya itu menyenangkan."

"Sejak saat itu, setiap hari Aku selalu memandangi sebuah cermin yang ada di dalam kamarku. Aku melihat diriku sendiri semakin dan semakin gemuk (berisi) setiap hari, sama seperti saat ini. Tapi Aku merasa ada yang kurang. Hm, ah itu adalah orang itu. Apakah temanku itu sudah benar-benar hilang? Atau dia tidak muncul karena aku sudah tidak sedih dan kesepian lagi?"

"Apapun itu, Tugas baruku sekarang adalah membuat teh untuk ibu dan ayah. Awal hari ketika semuanya masih tertidur, Aku bangun dan memulai olahraga pagiku. Ah, sekarang Aku tidak harus berada di atas ranjang jika Aku ingin olahraga. Aku akan berjalan mengelilingi rumah sambil membawa botol air dingin tupperware yang ada di kulkas. Ibuku pernah menyuruhku melakukan ini beberapa waktu yang lalu, namun sekarang tidak lagi. Aku melakukannya sendiri sekarang."

"Setelah salat subuh, mereka akan pulang dan mendapati ada teh yang telah ada di ruang makan, begitu pikirku. Ah Aku memang hebat. Selain itu, Aku melakukan ini karena melihat perut ibu yang semakin membesar. Aku melihatnya seperti balon. Aku merasa jika Aku pernah melihat hal ini sebelumnya. Hm, tentu saja, perut itu adalah perut yang sama seperti yang ada di rumahku dulu (red: Pak Awan)."

"Aku pernah bertanya pada ibu bagaimana rasanya. Ibuku tersenyum dan berkata jika ini adalah titipan dari Tuhan. Tak lupa juga Dia berkata padaku jika aku harus menjadi lebih dewasa, karena sebentar lagi Aku akan menjadi seorang kakak, begitu katanya."

"Lamunanku, entah itu tentang rumahku dulu, atau tentang ibu sekarang atau apa pun, selalu buyar ketika ibu dan ayah akan berangkat kerja. Mereka melemparkan salam, dan aku, Aku selalu menjawabnya. Sepi lagi. Satu-satunya hal yang bisa Aku lakukan adalah menonton teve. Namun Jika Aku ingat akan hal itu, Aku tidak akan duduk manis di depan teve, tapi Aku akan berjalan menuju kamar dan mengambil buku yang diberi oleh kakek. Aku tertawa ketika ingat saat itu."

"Saat itu, adalah malam hari yang tenang. Kami bertiga sedang di depan teve saat pintu tiba-tiba digedor keras. Kami mendengar suara yang sangat Kami kenal, itu adalah suara kakek. Ketika Ayah baru saja membuka pintu, Kakek langsung berkata dengan keras 'Mana bayinya? Mana cucu keduaku?' begitu katanya."

"Sebenarnya Aku sedikit lega karena Aku dianggap cucu kakek juga, ehehe."

"Ah iya, Aku cerita lagi, tentu ibu dan ayah langsung tertawa ketika mendengar hal itu. kiranya ada suatu hal yang penting apa yang akan dikatakan kakek, tapi ternyata hanya karena kehamilan ibu, kakek sampai panik. Namun, setelah dijelaskan, dan di rumah beberapa jam bermain bersamaku, kakek pulang. Sebelum pulang Dia memberikanku buku ini. Selain itu Aku masih ingat dengan kata-kata ibu jika ini adalah buku alfabet, lalu kemudian Kami belajar bersama."

"Setiap hari Aku pasti melihat buku itu dan berusaha belajar. Simbol-simbol aneh yang ada disana sama dengan apa yang ada di teve dan kalender. Tapi Aku selalu tidak paham, jika tanpa ibu bersamaku. Jika Aku tidak ingat belajar, Aku akan langsung mengambil sapu dan segera menyapu rumah. Ah ibu dan ayah selalu melarangku melakukan ini, tapi Aku tetap melakukannya karena Aku pikir Ibu akan merasa terbantu jika Aku melakukan ini. Akhirnya orang tuaku membiarkanku menyapu tapi dengan catatan jika Aku harus berhenti jika merasa capai."

"Acap kali mulai menyapu, Aku selalu bingung dengan sedikitnya kotoran yang Aku kumpulkan. Ini aneh. Jika ibu yang menyapu, Aku lihat banyak kotoran, tapi kalau Aku yang menyapu, sangat sedikit kotoran yang ada. Kemudian setiap Aku membuka pintu, disana sering ada Kak Alfa. Kata Ayah Kak Alfa adalah tetangga. Tetangga itu apa ya?"

"Kak Alfa terlihat berdiri di depan pagar. Dia menyapaku, Aku pun membalas melambaikan tanganku. Dia bertanya padaku apa yang sedang Aku kerjakan. Aku pun menjawab sedang menyapu. Dia memberikan nasehat padaku sama seperti ayah dan ibu, Aku pun mengiyakannya. Kemudian Dia pergi. Ini juga aneh. Setiap kali Aku membuka pintu rumah, disitu pasti ada kak Alfa. Hm, Tapi mungkin saja ini kebetulan saja, toh Dia juga bekerja jadi ojol (ojek online), jadi mungkin saja sering tiba-tiba dia ada di depan rumah."

Sebenarnya Alfa ada disana atas perintah Pak Sumi. Pak Sumi berpesan untuk melihat Rumahnya agar Marie aman. Selain itu, dia juga mendapat perintah untuk melihat kegiatan Marie dan melaporkannya di sore hari. Alfa mau melakukan ini tentu karena Dia dibayar. Pak Sumi terlalu khawatir meninggalkan Marie sendiri.

...

"Hari berganti hari, ada yang membesar tapi bukan tubuhku, ah kenapa juga tubuhku tidak besar seperti ibu ya?"

"Perut Ibu semakin dan semakin besar. Akhirnya Ibu tetap di rumah dan tidak bekerja. Ah beberapa bulan ini, Aku sudah bisa memasak nasi. Tangan dan kakiku sudah dapat kukendalikan seutuhnya."

"Memang kadang kalau Aku kecapaian, kepalaku sakit. Eh tapi Kamu diam ya, jangan sampai ibu tahu ini, nanti Aku kena marah karena terlalu memaksakan diriku. Apalagi saat ini Ibu sedang mengandung dua anak sekaligus. Aku kadang berpikir bagaimana kedua anak itu muat dalam perut ibu."

"Awalnya Aku kaget, ketika tahu jika ibu mengandung dua adek bayi. Bagaimana bisa dua orang muat dalam satu perut yang kecil itu. Aku lebih banyak berdoa karena ini, Aku khawatir jika ada apa-apa dengan ibu. Begitu juga dengan Ayah. Sering kali Aku melihatnya membersihkan rumah atau memasukkan pakaian ke mesin cuci untuk membantu ibu. Aku juga tidak mau kalah. Aku berusaha belajar memasak."

"Sampai beberapa hari yang lalu di tengah malam, Aku seperti terbang. Tubuhku kian ringan nan ringan sehingga Aku merasa dapat menggapai langit. Namun ada kehangatan yang kurasakan di punggungku. Aku terbangun dan ternyata itu adalah Ayah yang sedang menggendongku. Di saat itu, saat masih linglung, Aku melihat ibu yang kesakitan. Aku lalu bangun dan Kata Ayah ternyata Ibu akan melahirkan prenasur? Pre.. um, Aku tidak yakin apa itu, tapi intinya ibu akan melahirkan saat itu."

Marie ingin berkata 'prematur'.

"Kemudian Kami akhirnya sampai ke rumah saki-." Marie berhenti berbicara.

"Marie!" Teriak Pak Sumi sambil membuka pintu ruang operasi Bu Rati.

"Iya!" Kata Marie.

Marie beranjak dari bangku taman dan berlari menuju ke ruang operasi. Karena tergesa-gesa buku yang dibawa Marie jatuh. Marie mengambil bukunya yang jatuh di atas rumput, kemudian berlari menuju tempat orang tuanya.

"Ini." Kata Pak Sumi menyerahkan tas Bu Rati kepada Marie.

"Ibu bagaimana ya?" Tanya Marie.

"Dia akan baik-baik saja, Marie banyak berdoa ya." Kata Pak Sumi.

Sekarang Bu Rati sedang menjalani operasi perdananya. Raymond tidak memperlakukan Bu Rati secara khusus. Tidak ada barisan dokter dan suster yang siap untuk Bu Rati melainkan dokter dan suster jaga, lantaran Bu Rati melakukan operasi pada jam 3 pagi. Sedangkan Marie, anak itu duduk di bangku taman, dibawah lampu taman.

Pak Sumi sudah menyuruhnya untuk menunggu di ruangan dokter milik Bu Rati, tapi Marie ingin dekat dengan Bu Rati, Dia tidak mau ditinggal sendiri. Marie adalah seorang anak perempuan yang sedang 'mencatat' pengalamannya dengan berucap sendiri pada jam tiga pagi di bawah lampu taman.