Vigor. Orang ini adalah sebuah kepingan hilang yang beru ketemu dalam rentetan kehancuran Sunandar. Orang ini yang menginisiasi awal kehancuran Sunandar. Dia bagai menanamkan Petasan Kecil bersumbu panjang di dalam kilang minyak yang siap meledak jika ada percikan api, bahkan jika itu sedikit. Vigor bertemu dengan Sunandar saat Dia sedang berharap mendapatkan cuan untuk menyokong keluarganya. Vigor, ini adalah nama yang dipilihnya sebagai penyamaran.
Tidak ada yang tahu identitas Vigor sebenarnya. Sunandar menjanjikannya Rupiah yang sangat besar untuk membantunya melakukan pekerjaan kotor. Vigor berharap pada uang tambahan itu. 15 tahun Vigor menjadi kaki tangan Sunandar.
Namun, Vigor memutuskan untuk hengkang dari bisnis haram ini. Alasannya karena apa yang menjadi untuk alasan baginya untuk melakukan hal ini telah sirna. Alasan utamanya adalah Keluarga. Istri Vigor meninggal. Sedangkan anak semata wayangnya telah merantau jauh ke Kota untuk Bekerja menjadi anggota Polisi di Badan Reserse Kriminal Kepolisian Negara Republik Indonesia (Bareskrim Polri) yang bertempat di Jakarta.
Anaknya pintar, tidak butuh uang dari bapaknya. Setelah kuliah di Sekolah Kedinasan yang lulus langsung jadi PNS selama tiga tahun, Anaknya itu lulus dan ditempatkan di kepolisian. Tak puas dengan ijazah D3-nya, dengan biaya sendiri Dia mengajukan Izin belajar lalu melanjutkan studi Sarjana-nya di Universitas Muhammadiyah Surabaya. Pilihannya jatuh pada kampus UM Surabaya karena lokasinya yang tidak begitu jauh dari tempat pacarnya yang sedang koas (1) di RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
Lain halnya dengan anaknya, istrinya yang menghabiskan (lebih) banyak uang dari wanita kebanyakan di desa karena taraf hidup yang lebih tinggi dari wanita lainnya. Istri Vigor, cantiknya tiada dua, tapi setiap perempuan rupawan pasti memiliki biaya yang tinggi untuk perawatan. Ada barang ada harga, ada istri cantik ada biaya perawatan yang mahal.
Vigor orang yang rasionalis. Anaknya itu telah berpenghasilan lebih di sana, sedangkan dirinya sendiri masih bisa bertahan hidup dari uang hasil sawah, tanpa uang haram Sunandar. Lalu jika pun masih kurang, maka dia bisa 'memeras' anaknya itu untuk mencukupi kebutuhannya. Dia bisa meninggalkan Sunandar. Entah kenapa tapi Vigor merasa jika keinginan ini semakin kuat saat melihat seorang anak dengan tangan yang putus, itu adalah Marie. Dia hanya berpikir jika dirinya membuat banyak anak yang tidak berdosa harus menemui ajalnya.
Oleh karena itu, Vigor akan menghentikan Sunandar. Vigor memutuskan jika pengiriman anak ke Keluarga Raymond akan menjadi hal terakhir yang Dia lakukan.
....
"Hanya dapat dua anak? katamu ada empat anak? Suara seseorang keluar dari gagang telepon yang dibawa oleh Vigor. Vigor sedang bertelepon dengan Raymond.
"Tinggal potong bayaranku seperti biasa apa susahnya? selain itu, ini adalah kali terakhir aku bisa mengirim 'barang' kepadamu." Kata Vigor.
Keluarga Raymond adalah salah satu konsumen dari bisnis Sunandar, meskipun Sunandar sendiri tidak tahu jika Vigor menjualnya ke keluarga Raymond. Sunandar hanya tahu jika Dia akan diberi semua uangnya oleh Vigor jika sudah selesai, lalu Vigor sendiri digaji bulanan oleh Sunandar.
"Hah? apa maksudmu ini terakhir, Hei Saya tidak pernah melakukan hal buruk pada setiap anak yang kau kirimkan kesini." Kata Orang yang ada di telepon.
"Jangan bohong, kalian juga tidak sebaik orang-orang lain. Anda menjual organ itu kan?" Kata Vigor dengan yakin.
"Ha? ja... jangan mengada-ngada ya. Tapi dengan itu kami bisa menyelamatkan nyawa orang banyak." Pria itu berusaha mengelak.
"Anda membunuh anak-anak untuk nyawa orang lain. Bukankah itu sama saja dengan memindahkan nyawa orang lain?" Tandas Vigor.
"Tapi..." Kata Orang didalam telepon.
"Jangan khawatir, rahasia kalian akan tetap aman, ini adalah kali terakhir kita telepon. Aku tidak akan menghubungimu lagi. Selamat pagi." Vigor menutup teleponnya.
Vigor keluar dari bilik telepon umum.
"Kami ya? Hm, apa mereka sekeluarga melakukan hal yang sama?" Batin Vigor.
Vigor sedang berada di Kota Surabaya. Vigor selalu melakukannya jika Ia ingin menelepon kliennya itu. Kedua anak itu (yang awalnya Vigor menjanjikan empat karena termasuk Miya dan Marie) Vigor memasukkan mereka berdua ke koper dan diletakan begitu saja di depan pagar depan rumah. Keesokan harinya Vigor berangkat ke Surabaya untuk konfirmasi melalui telepon dan mendapatkan bayarannya.
Selain itu kedatangan Vigor ke Surabaya adalah untuk menemui anaknya yang sedang kuliah disana. Tentu Dia hanya melihat dari kejauhan. Orang tua itu ingin melihat jika anaknya baik-baik saja selama di perantauan. Berada di sekitar kampus UM Surabaya, Vigor memerhatikan jika anak semata wayangnya itu mungkin telah mendapatkan seorang perempuan.
"Ah payah. Dia memperlakukan perempuan itu dengan buruk!" Gumam Vigor sambil bertingkah menikmati koran dan kopi di depannya.
Vigor mengamati anaknya. Dia duduk dengan jarak dua bangku dari anaknya, sedang anaknya tidak menyadari jika bapaknya sedang berada disana.
Lalu mereka berdua (anaknya dan perempuan itu) berpisah. Kemudian Vigor berpikir untuk mendekati wanita itu, wanita yang mungkin akan menjadi anaknya juga. Namun, pertemuan ini malah mengubah niat Vigor. Dia akan menggunakan wanita itu untuk menjatuhkan Sunandar. Vigor merubah niatnya saat melihat kartu tanda pengenal wanita tersebut.
Hujan di sore hari, Vigor menanti seseorang di sebuah warung kopi. Diamatinya terus gang samping gedung tinggi itu. Gang itu, Sebuah gang yang biasa dilalui oleh perempuan calon mantunya itu melintas. Jelas saja, Perempuan itu benar-benar melintas disana. Vigor beranjak dari warung kopi dan segera menaiki motornya. Lalu Vigor melempar sebuah kotak kepada wanita itu. Lalu Vigor berteriak dari atas motor PCX sewaan miliknya,
"coba buka bungkusan itu mbak! itu titipan dari Kakakmu!" Lalu Vigor segera berkendara menjauh.
Tak langsung pulang ke rumah, Vigor malah mampir ke kediaman Awan. Dia telah lama tahu kediaman Awan setelah dia membuntuti Awan saat akan pulang ke rumah. Sampai di depan rumah Awan, Vigor menegur Awan yang sedang duduk bengong di depan rumah. Ia sapa orang itu.
"Aku orang yang mengambil bayi ke Sunandar." Kata Vigor sembari mendekati Awan.
Ekspresi orang itu langsung berubah. Awan mendapatkan kembali gairahnya, apalagi setelah Vigor berkata padanya
"Aku keluar. Sebentar lagi, Sunandar akan hancur." Kata Vigor.
Awan tertawa mendengar perkataan itu.
"Hancur? orang itu? apa tidak salah?" Kata Awan.
"Haruskah aku membunuh Sunandar, ah tidak, kita." kata Vigor.
"Berarti, kau sudah mendengar jika aku putus hubungan sama Sunandar ya." Kata Awan.
"Coba pikirkan, aku tak akan kesini jika aku tak tahu." Kata Vigor.
Lalu mereka meneruskan pembicaraannya untuk sesaat, sebelum Vigor pulang ke rumah.
.....
Telah lewat beberapa tahun dari kejadian itu. Kejadian, dimana Vigor untuk pertama kalinya bertaruh pada suatu hal yang belum pasti. Hal itu adalah sebuah kotak. Namun, Vigor tidak ambil pusing masalah itu. Selepas hal itu, Anak Vigor telah mendapatkan pendamping hidup. Acara pernikahan inti berlangsung sederhana di rumah Vigor dan resepsi pernikahan mewah di rumah mempelai wanita.
Semuanya seperti yang direncanakan oleh Vigor. Mempelai wanita itu adalah perempuan yang sama, yang diberikan sebuah kotak olehnya. Anak cerminan orang tua, sama seperti Vigor, mata anaknya jeli jika harus melihat seorang wanita. Wanita itu dari keluarga yang beradab dan kaya raya. Itu sebabnya pesta pernikahan berlangsung meriah di rumah mempelai wanita.
Saat pernikahan anaknya, Vigor menjadi orang yang sangat bahagia disana. Bangga dengan anak semata wayangnya (2) yang sudah bisa mandiri. Dapat menantu yang santun dan baik sepertinya. Tak sabar dengan suara bayi kecil miliknya yang tertawa riang gembira. Sekarang, Vigor merasa dirinya bisa dengan mudah mengikhlaskan sepenuhnya kepergian istri tercintanya. Dengan pernikahan anaknya ini, Vigor mendapatkan cahaya masa depan yang baru.
Seperti kebanyakan orang tua yang anaknya sedang menikah, Vigor juga berada di atas panggung, berdiri menerima salam selamat dari para tamu undangan. Tak elak juga ada ucapan dari seorang wanita muda yang menggelitik telinga Vigor.
"Selamat atas pernikahan anaknya Pak, Semoga Arianti memang jodoh terbaik bagi putramu. Aamiin" Kata Wanita itu.
Vigor menanggapinya dengan enteng.
"Terima kasih nak, Kamu ini siapanya anakku?" Tanya Vigor.
"Loh Pak Suma, Saya itu mantan (kekasih)nya Sumitro."
"Hei, Anda mulutnya (tolong) dijaga. Bohong pak itu pak. Dek, jangan percaya dek, itu bohong dek." Kata Pak Sumi.
Pak Sumi, orang yang sedang menikah itu gugup ketika Santi -yang nantinya akan diangkat jadi kepala direktorat kedokteran dan kesehatan- berkata hal tersebut.
Arianti dan Pak Suma (Vigor) hanya tertawa melihat sikap Sumi.
1. Koas: Koas (dibaca ko-as) atau ko-asisten adalah seorang mahasiswa yang masih dalam tahap pendidikan dalam memenuhi kompetensi sebelum dinyatakan sebagai seorang dokter. (Kompasiana)
2. Semata Wayang: kiasan yang artinya 'yang satu-satunya' -kbbi.