webnovel

My promise

Warning! 21++ konten mengandung adegan dewasa dan kekerasan, harap bijak dalam memilih bacaan! "kamu mau pergi meninggalkan ku disini?" tanya seorang gadis kecil berusia 5 tahun, matanya mulai berkaca-kaca. "Ya, aku akan pergi..tapi suatu hari, aku pasti kembali untuk mencarimu!" jawab seorang anak laki-laki berusia 6 tahun dengan yakin. "Benarkah?! berjanjilah nik.." ucap gadis polos itu sambil menujukkan jari kelingkingnya. "Janji! selamanya kita tetap bersama! tunggulah aku mil.." jawab anak laki-laki itu sambil menautkan jari kelingkingnya ke jari kelingking gadis manis di depannya. Janji sepasang anak kecil yang masih naif belum mengerti kerasnya kehidupan, keduanya berasal dari sebuah panti asuhan yang sama. Namun, naas keduanya terjebak di antara dendam dua buah keluarga. ***** Akankah waktu mempertemukan mereka? Dapatkah mereka bersama untuk memenuhi janji itu? Atau sang takdir memiliki rencana lain untuk keduanya? Hanya waktu yang mampu menjawabnya

lusy_gunadi · Urban
Not enough ratings
201 Chs

chapter 9

Happy reading,

Maaf typo bertebaran dimana-mana.

Keesokan harinya di kantin kampus...

" Hei, Bro!! " Teguran dari seseorang membuyarkan lamunannya, membuatnya melonjak dari bangku yang ia tempati.

" Apa sih?!! " Gerutu Davi kesal sambil melirik sahabatnya yang sudah berada disampingnya.

" Yaelah.. ngelamun aja sih kerjaannya " celetuk Jimmy sambil menyeruput minuman milik Davi. Tapi Davi seolah tidak peduli, pikirannya melayang entah kemana.

" Kenapa sih?!! Kalo lagi ada masalah, ya cerita.. jangan dipendam sendiri." saran Jimmy bijak sambil menepuk bahu Davi pelan.

"Huft!! " Davi menndengus sinis sambil mengacak-acak rambutnya frustasi, menambah kesan sexy bagi siapapun kaum hawa yang melihatnya akan terjerat pesonanya.

" Argh!! Pusing aku, Jim!! " Celetuk Davi frustrasi .

" Ngga apa-apa kalo belum siap cerita! " ungkap Jimmy.

" Mommy ngedrop lagi Jim, aku harus gimana?? Pengen banget ngelihat Mommy bahagia.. " seru Davi pelan.

" Sabar Dav, Daddy kamu sudah tahu, kalo Mommy lagi sakit? " Tanya Jimmy, Davi hanya menggelengkan kepalanya.

" Udah coba hubungi belum? " Tanya Jimmy lagi dengan bijak.

" Kamu tahu Jim.. Daddy ngga peduli! aku harus temui dia!! " Seru Davi tegas.

" Perlu di temenin ngga? " Tanya Jimmy prihatin dengan keadaan keluarga Davi.

" Thanks Jim.. lebih baik aku sendiri aja! " sahut Davi cepat.

" Ok.. kalo butuh bantuan, kamu tahu dimana harus cari aku." seru Jimmy sambil tersenyum tulus.

Davi hanya mengangguk kepala pelan. Dari sekian banyak temannya memang hanya Jimmy yang paling mengenal dirinya, mereka bersahabat sejak mereka sama-sama berada di club taekwondo beberapa tahun lalu.

Beberapa menit kemudian, saat jam istirahat sekumpulan anak perempuan memasuki area kantin, mereka adalah Louis dkk,

" Akhirnya kalian masuk juga " celetuk Irene kepada Louis dan Livi,

Selama beberapa hari mereka izin karena ingin menemani sang ayahnya  yang terbaring dirumah sakit, tapi karena bujukan dari Uncle Max akhirnya mereka setuju untuk masuk sekolah kembali dengan catatan akan terus medapat kabar terbaru tentang perkembangan sang ayah,

Berbeda dengan Leo, dia diam-diam fokus menyelidiki kasus penembakan ayahnya yang mengakibatkan sang ayah harus terbaring di rumah sakit hingga koma,

" Aish! Bawel banget! " seru Louis jutek. Irene yang tak terima kelihatan ingin protes namun dipotong cepat oleh Livi.

"Lou.. sm Sarah cari bangku, aku sama Irene pesen makanan dulu, pada mau pesen apa nih? " tanya Livi santai.

" Masih sama Liv " sahut Louis cuek sambil berjalan,

Matanya menyusuri kantin tersebut untuk mencari tempat duduk yang kosong, diikuti oleh Sarah.

" Aku juga samain aja Liv.. " celetuk Sarah.

Berbeda dengan Livi dan Irene, mereka langsung menuju stan makanan yang ingin mereka pesan.

Saat kedua mata Louise menjelajah seisi kantin untuk mencari meja dan bangku yang kosong, sepasang mata Louis bertabrakan  dengan pemilik sepasang mata abu-abu yang menatapnya dengan tajam, jelas sekilas pria itu menyeringai ke arahnya.

Mereka  sama-sama tahu kantin siang itu sangat penuh sesak, akan sulit menemukan meja dan bangku kosong, Namun Louise melihat bangku kosong di dekat pemuda itu.

" Huft! rame banget Lou.. " keluh Sarah yang berdiri di samping Louis.

" Kayaknya aku tahu dimana tempat yang masih kosong deh.. " jawab Louise sekenanya, tanpa memutuskan tatapannya ke arah cowok tersebut.

Dengan rasa penasaran yang amat besar Louisa memantapkan hatinya untuk langsung berjalan menghampiri pria yang membuatnya galau beberapa waktu lalu, sebelum kejadian naas yang menimpa daddynya. Sedangkan Sarah hanya mengikuti Louise dari belakang.

Sesampainya di meja tersebut..

" Permisi! boleh kami duduk disini? " tanya Louisa sesopan mungkin, menutupi rasa gugupnya yang tiba-tiba melanda, karena diperhatikan intens oleh sepasang mata berwarna abu-abu tersebut.

Jimmy terperangah melihat gadis cantik di depannya. Sedangkan Davi hanya tersenyum samar melihat keberanian Louisa, tetapi dia mulai mengisi perutnya dengan makanan yang ada di hadapannya tanpa menggubris pertanyaan yang dilontarkan Louis.

Dug

" Argh! " seru Jimmy meringis kesakitan akibat tendangan seseorang dibawah meja, dia langsung melotot sinis kearah sahabatnya, yang sayangnya terlihat asyik menikmati makanan tersebut, seolah-olah tidak tahu apa yang sedang terjadi. Dia tidak cukup bodoh untuk tahu siapa pelakunya.

" Ng.. Silakan ! " jawab Jimmy cepat saat sadar bahwa kedua gadis di hadapannya masih menanti jawaban dia atau Davi.

" Terima kasih " jawab Louise sambil tersenyum kecil dan memilih duduk di samping Davi, sedangkan Sarah tersenyum lebar karena sangat antusias duduk disamping Jimmy.

" Makasih banyak ya kak.. aku Sarah dan dia Louise " sapa Sarah dengan semangat sambil mengulurkan tangan kearah Jimmy, setelahnya menunjuk kearah Louise.

Sedangkan Louis sendiri masih fokus memperhatikan pria yang berada disampingnya tanpa memperdulikan sekitar.

"oh!.. Jimmy dan.. " sahut Jimmy berusaha tersenyum ramah menutupi rasa kecewa yang terselip dihatinya, mendapati gadis dihadapannya ini malah memperhatikan sahabatnya.

"Davi! " potong Davi cepat, merasa jengah diperhatikan.

Beberapa menit kemudian..

Mereka larut dalam percakapan, suasana sudah tidak terasa canggung seperti diawal tadi, ditambah kedatangan Livi dan Irene serta teman - teman Davi lainnya, Chris dan Evan.

" jadi kalian kakak beradik? Kembarkah? Tapi kok ngga mirip yaa? " tanya Jimmy sambil menatap Louisa penasaran, entah mengapa ia sangat tertarik pada Louise, gadis cantik yang duduk dihadapannya.

" Ya.. Livi adalah kakakku " jawab Louise santai.

"Lou.. Jadi kan belajar kelompok hari ini? " seru Sarah tiba - tiba.

" Hm.. Kayaknya ngga bisa deh, aku mau kerumah sakit.. Lain kali ngga apa - apa kan? " jawab Louise dengan muka bersalahnya.

" Iya ngga apa - apa " sahut Sarah pengertian.

" loh.. Siapa yang sakit Lou? " tanya Chris ingin tahu.

" Daddy! " jawab Louise singkat.

" Daddy kalian sakit? Sakit apa? aku anter ya? " tanya Jimmy perhatian.

" Sorry.. aku baru inget, tugas Miss Eva belum di kerjain deh! duluan yaa.. " ucap Louis cepat sambil bangkit berdiri berniat menghindari menjawab pertanyaan Jimmy.  Dengan tergesa - gesa meninggalkan kantin sekolah.

" Aku udah selesai! Duluan ya.. " seru Davi santai sambil meninggalkan teman - temannya.

Jimmy melonggo tak percaya pertanyaannya diacuhkan begitu saja oleh Louise.

" sorry ya.. Lou ngga ada maksud begitu, hanya akhir - akhir ini dia agak sensitif " Livi berusaha menjelaskan dan meminta maaf atas perbuatan Louis barusan.

"Oh! Ngga apa - apa,  aku nya juga salah dan ngga tahu situasi kok " sahut Jimmy bijak sambil menganggukkan kepalanya pelan.

***

Sementara itu, di taman belakang kampus yang jarang di datangi orang.

"aaaarrrrrgggghhhh!!!!! " teriak Louis melampiaskan rasa frustrasinya, rasanya menyesakkan dadanya. Tanpa sadar air mata mengalir deras di kedua pipinya.

" Dad! " rintihnya lirih,

Louis jatuh terduduk diatas rumput, ia berlutut sambil menundukkan kepalanya. Berusaha menenangkan diri dari perasaan takut, cemas dan marah yang ia rasakan.

Beberapa menit kemudian...

" Sepertinya sudah jauh lebih baik? " ungkap seseorang dari arah belakang Louis. Melangkah dengan pelan dan santai ke arah Louise sambil memasukkan kedua tangannya ke kantong celananya.

" Kau! " seru Louis terperanjat saat menolehkan kepalanya ke belakang. Dengan cepat ia mengusap kasar airmatanya dengan punggung tangannya, lalu berdiri menghadap ke arah orang yang mengusik ketenangan dirinya.

" Wajahmu berantakan! Sangat jelek! " ejek Davi, ya.. orang yang menghampiri Louis adalah Daviaz.

" Bukan urusanmu !" seru Louise cemberut karena kesal, wajahnya memerah menahan rasa marah dan rasa malu bersamaan.

Davi tersenyum geli melihat tingkah Louise yang menurutnya lucu. Louise melengos saat Davi berdiri dihadapannya, memperpendek jarak antara mereka.

" Cantik " gumam Davi pelan sambil mengangkat salah satu tangannya untuk mengusap pipi kemerahan Louise, hal itu membuat jantung Louise berdetak tidak karuan.

Louis menahan nafas saat dirinya sadar jarak antara dia dan Davi semakin tipis. Davi mendekatkan wajahnya perlahan membuat hidung mereka bersentuhan.

Cup!

Davi mencium bibir Louise yang berwarna merah muda itu dengan lembut dan hati-hati, mencoba mengeksplor mulut Louis dengan lidahnya, tangan kanannya meraih tengkuk Louise untuk memperdalam ciumannya, sedangkan tangan yang lain melingkar dipinggang Louise dengan erat.

Louis membelalakkan matanya terkejut, tubuh Louise menegang, jantungnya berdetak semakin keras dan sesak serasa ingin melompat dari tempatnya, ribuan kupu-kupu terbang menggelitik perutnya. Hingga tanpa sadar Louise jatuh kedalam pesona Davi,

"Ng.. hmm.. mmm..  " desah Louis berusaha melepas ciuman itu saat kesadarannya kembali, dia memukul dada bidang Davi dengan keras, hingga Davi menghentikan ciumannya dan memberi jarak agar Louis bisa mengambil nafas sebanyak -banyaknya.

Plak!

Sekuat tenaga Louisa menampar Davi, hingga tangannya terasa berdenyut. Ada rasa khawatir melihat darah di sudut bibir Davi,

" Aa.. apa??! Maksudnya?!! Hah!!! " suara Louis tercekat, kepalanya terasa pusing. Marah! Jelas ia sangat marah, begitu mudahnya Davi menciumnya kembali untuk kedua kalinya.

"Berengsek!!! " teriak Louise sambil berlari meninggalkan tempat tersebut, tak lupa ia mengusap kasar bibirnya yang bengkak akibat ciuman Davi.

Davi menatap tajam kepergian Louisa, rahangnya mengeras, kedua tangannya mengepal kuat. Egonya cukup terluka mendapatkan perlakuan kasar dari Louis.

" Shit!!!! Arghhh!! " teriak Davi sambil mengacak kasar rambutnya, hal itu justru semakin menambah kesan seksi bagi kaum hawa di sekitarnya.

" My mine.. "  ucap Davi sambil tersenyum menyeringai.

Davi ini orangnya main cium seenaknya yaa?

jangan lupa tinggalkan jejaknya