webnovel

Resepsi Pernikahan

Kamu tau rasanya cinta? Kalau enggak tau gausah sok tau karena aku gak percaya apa itu cinta!

-Bimo-

***

Keesokan pagi yang cerah di mana burung mulai berkicau. Cuaca yang masih gelap di pagi hari pukul 03.00 membuat Rena terbangun dari tidurnya. Wanita itu mulai kebingungan karena tak ada kehadiran Devan saat pertama kali membuka mata. Ia masih ingat jelas pelukan hangat dari Devan.

"Sayang." Tiba-tiba sebuah panggilan terdengar jelas di telinga Rena dan benar saja bahwa itu Devan, ia mengusap lembut rambut Rena seraya mengecupnya. Ia menggendong Rena untuk pergi ke kamar mandi dan membersihkan badannya.

"Hari ini, aku ada resepsi pernikahan jam 10 dan pagi aku harus kembali ke rumah sebelum jam 6."

"I Know, kamu mandi dan bersih-bersih dulu sama siap² pakai bajuku aja."

"No, nanti aku balikin nya gimana?" tanya Rena.

"Gampang."

"Okedeh, pinjem bajunya dulu yaa." Rena kemudian mandi seraya membawa baju Devan. Ia berganti pakaian, Devan yang melihat Rena saat itu merasa sedih dan kehilangan secara tiba-tiba. Perasaan yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. 'Jika kamu menikah dengan orang lain, lalu bagaimana denganku?' pikir Devan seraya mengusap rambutnya dengan kasar dan duduk di tempat tidurnya.

Tak beberapa lama kemudian, Rena keluar dari kamar mandi dan memeluk Devan dengan hangat hingga tibalah sebuah perkataan yang muncul dari mulut Devan, "Bisakah kau tak menikah?"

Berulang kali Rena mengalihkan pandangannya pada Devan tapi tak bisa. Ia menatapnya dengan hangat dan tatapan tajam, tetesan air mata membanjiri Rena seraya memeluk Devan. "Devan ... kita gabisa sama-sama."

"I Know! Tapi ada kan caranya biar bisa sama-sama? Aku tiba-tiba egois, Ren!"

Rena mengusap lembut wajah Devan dan menatapnya, Ia mengusap rambut pria itu dengan lembut. Senyum palsu ia berikan padanya seolah-olah semua baik-baik saja. "Kamu ... akan baik-baik saja tanpaku. Carilah wanita yang baik, seiman, satu strata sosial, suku, dan semua sama serta sefrekuensi. Devan ... terkadang, Tuhan mempertemukan kita bukan sebagai tempat untuk menetap tapi bisa jadi Dia ingin menguji iman kita serta ingin memberikan banyak pelajaran hidup tentang cinta."

"RENA! Plis, jangan pernah bilang perempuan yang lebih baik dari kamu karena sampai kapanpun, kamu adalah kamu dan enggak bisa ada di diri siapapun!" Devan menatap iris mata Rena dengan hidung yang memerah. Kali ini, pria itu menangis di depan wanita yang ia cintai.

"Hey, kenapa kamu menangis? Aku hanya menikah bukan meninggal." Rena tersenyum seraya mengusap air mata Devan. Ini adalah hal yang sangat berat bagi mereka berdua. Keputusan besar yang harus dibuat karena keduanya saling cinta tapi berbeda banyak hal dan tembok penghalang yang tak bisa mereka runtuhkan.

Rena memeluk Devan untuk yang terakhir kalinya dengan memberikan senyum manisnya pada Devan. "Jangan sedih lagi ya, aku yakin Allah akan memberikan seseorang yang lebih baik dariku."

"Ren." Cegah Devan saat ia hendak pergi. "Bolehkah aku nganterin kamu pulang untuk yang terakhir kalinya?" tanya Devan.

Rena tak memberikan jawaban dan hanya mengangguk yang berarti mengiyakan tawaran Devan. Pria itu kemudian berlari ke luar rumah dan menyiapkan mobilnya. Tak lama setelahnya, Rena masuk ke dalam Mobil. Mereka bergerak menuju ke rumah Rena, meski berat Devan harus menerima kenyataan pahit ini.

Tak lama setelahnya, mereka sampai di depan gerbang rumah Rena, Mereka saling berpelukan satu sama lain. "Devan ... jika kamu ingin datang, nanti bisa datang ke pernikahanku."

"I—ya." Ucapan Devan mulai terbata-bata saat melihat Rena yang melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah. Wanita itu melambaikan tangan dan mengucapkan ucapan selamat tinggal untuk yang terakhir kalinya. 'Perpisahan' terkadang manusia berpisah bukan karena sudah tak cinta lagi tapi karena keadaan.

Dan saat itulah mereka berpisah satu sama lain. Hari ini, adalah saat yang paling menggembirakan di rumah Rena. Pukul 06.00 telah tiba, Rena yang sejak pagi telah bersiap untuk di make up dengan gaun dress yang sangat panjang serta gedung telah di pesan dari jauh-jauh hari. Semua perlengkapan pernikahan telah ada, dan ini saatnya Rena melangsungkan resepsi pernikahan.

"Anak mama sangat cantik." Puji mamanya yang juga satu ruangan make up dengan Rena.

"Iya, Ma," jawabnya singkat. Di satu sisi, pak Rendra memastikan persiapan pernikahan aman sebelum di make up. Mempelai wanita dan laki-laki akhirnya di make up dalam waktu yang sama tapi pada ruang yang berbeda.

"Hari ini, anakku resmi menikah." Ucapan sang ayah membuat semua orang yang berada di ruang make up sangat bahagia mendengarnya.

Sang ayah yang telah selesai di make up kemudian bersiap-siap. Tak terasa waktu menunjukkan pukul 10.00 di mana resepsi akan dimulai pada gedung pernikahan yang sangat megah.

Mempelai pria lebih dahulu sampai di dalam gedung dan tak lama kemudian, Rena masuk dengan gaun indahnya serta jilbab yang menghiasi wajahnya. Kecantikannya bak putri membuat semua mata terpana melihat dia tanpa terkecuali, Bimo juga sangat kagum dengan calon istrinya itu.

'Waw, cantik' pikir Bimo yang menunggu Rena berjalan menghampiri dia. Tak lama setelahnya, tangan mereka saling menggenggam satu sama lain. Mereka mulai berdekatan dan menyambut para tamu yang hadir, saling Kiss dan pemotongan kue. Pesta begitu megah hingga tibalah saatnya di mana Bimo meraba tubuh Rena dan mengarahkan tangannya ke belakang lalu mengarahkannya pada payudara Rena. Ia berpura-pura merangkul Rena dari belakang tanpa disadari bahwa tangannya menggenggam Payudara Rena. Wanita itu berpura-pura tak tau bahkan ia merasakan kegelian yang luar biasa karena sikap Bimo tapi apa boleh buat bahwa pria itu tak henti-hentinya melakukannya.

"Mas, kita lanjutin di hotel aja setelah ini karena gaenak dipandang orang."

"Uhhhh, kamu sangat menggoda dan cantik seperti boneka. Aku bisa menikmati tubuhmu bukan?" tanya Bimo dengan bisik kecil di telinga Rena.

"I—ya, di rumah aja ya mas. Sabar, karena di sini banyak orang."

"Okay, akan aku tahan tapi gimana dong kayaknya Nafsuku udah gak bisa ditahan."

"Udah ya mas," ucap Rena seraya menggenggam tangan Bimo dan mengingkirkannya dari lingkar perut bagian belakang yang mengarah ke arah payudara.

Resepsi masih berlanjut hingga sampailah saat di mana seseorang yang tak diharapkan oleh Rena untuk hadir akhirnya datang. Devan, mantan Rena yang hadir saat itu. Tiba-tiba ia memberikan salam pada Rena.

        Brakk!

Tiba-tiba suara pukulan terdengar dan itu adalah Devan yang menghajar Bimo di depan matanya. "STOP! Devannn!" teriakan Rena akhirnya membuat keduanya berhenti.

***

Bersambung ...