webnovel

Bab 38. Aku Hanya Mencintaimu

Alex menatap kesal, kearah pasangan yang sedari tadi rasanya ingin dia singkirkan.. siapa lagi kalau bukan adiknya dan kekasih yang tak dicintai adiknya itu. Rasanya Alex ingin menghancurkan semuanya sekarang, seolah merasa di khianati, itu lah yang dia rasakan sekarang..

"pesta selesai,, sebaiknya lo pulang" Alex berucap kasar pada seorang wanita yang sedari tadi menemaninya.

" tapi sayang" bantah Karin tak ingin pergi

"kalau lo gak mau pergi, gak apa. " balas Alex dingin kemudian melangkah pergi dari kerumunan itu, melangkah pergi menuju lantai teratas Hotel keluarganya, dimana kamarnya berada..

Karin menatap kesal. Bukan ini yang dia harapkan, dia ingin menemani lelaki yang dicintainya itu, bukan malah di tinggalkan disini..

"wah wah.. lihat siapa yang sedang kesal sekarang" Beny berucap santai, rasanya memang tidak menyenangkan melihat orang yang kita cintai tidak berada dalam genggaman kita. Tapi bukan berarti dunia hancur karena itu bukan.

"apa mau lo Beny" to the point, seolah tahu apa tujuan sepupu brengseknya itu datang menghampirinya, setelah tidak dihiraukan oleh adik dari lelaki yang dia cintai

"lo tahu apa yang gue mau, Karin,, gue yakin lo gak akan menolak, " balas Beny sambil menyeringai nakal

"in your dream boy" balas Karin sambil berlalu

"tidak perlu malu Karin, lagi pula sudah lama kita tidak menghabiskan waktu bersama, gue pastikan lo gak akan menyesal Karin" Beny masih merayunya. Sepupu Brengseknya ini memang pantang menyerah

Karin tersenyum menantang, seolah menerima tapi sekaligus menolak. Tapi langkah kaki jenjangnya yang keluar dari pesta itu, membuat Beny tersenyum penuh arti.. Karin tidak memperdulikan apa yang akan dilakukannya setelah ini, tapi yang pasti dia perlu pengalihan.

"kamu lelah sayang" tanya Al yang sedari tadi memperhatikan kekasihnya itu..

"kalau begitu kita pulang, " tawar Al, Lexsa tahu dia lelah, tapi kepergian kakak nya yang tiba-tiba meninggalkan pesta membuatnya gelisah.. dia takut kakaknya akan pergi dengan sembarang wanita , dan membawa mereka ke salah satu kamar di lantai atas Hotel keluarganya ini, yang sudah menjadi milik kakak nya itu. Apa lagi tadi dia tidak sengaja melihat kakak nya sedang berciuman dengan musuh bebuyutannya.

"Tidak apa, aku akan menginap disini, kak Alex sudah menyiapkan satu kamar untuk ku"ucap Lexsa bohong. Kakak nya Alex tidak pernah menyiapkan satu kamar untuknya, memang mereka ada beberapa kali tidur di hotel ini, apa lagi kalau sedang ada pesta para pemegang saham. Tapi kakaknya selalu menyiapkan satu kamar untuk mereka, bukan dua kamar. Seolah sudah menjadi lumrah kalau mereka tidur bersama

"kamu yakin, Alex sudah menyiapkan kamar untuk mu" tanya AL memastikan

"aku yakin"balas Lexsa meyakinkan.

"baiklah kalau begitu , aku pulang" balas Al . kemudian mendaratkan ssatu kecupan lembut di kening Lexsa. Dan kemudian melangkah pergi dari sana , meninggalkan Lexsa dan tatapan membunuh dari seorang lelaki yang semula hanya berniat menjemput adiknya. Tapi tidak disangka dia mendapatkan kejutan di sana.

"kau sudah terlewat batas menyentuh apa yang seharusnya tak kau sentuh" geram nya, kemudian berlalu dari sana, meninggalkan tempat yang semula ramai namun sekarang hanya tinggal beberapa dari keluarganya yang masih disana, dan beberapa pelayan yang masih dengan perkerjaan mereka.

****

Ken menatap penuh minat pada hamparan rumput di sana. Tapi bukan itu saja yang menjadi daya pikatnya sekarang. Sepasang suami istri yang masih setia dengan pakaian pestanya sedang berdiri di atas jembatan yang menjadi penghubung kedua buah taman yang semula dipisahkan oleh kolam ikan yang lumanyan besar..

"selamat malam paman, tante" sapa Ken sopan, saat berada di depan mereka

"kamu belum pulang Ken" tanya Robecha berbasa basi. Bukan dia tidak tahu kalau anak dari kakak suaminya ini sudah pulang dari perjalan bisnisnya. Dan entah sampai kapan dia akan menetap disini

"aku masih ingin menikmati suasana disini, tante" balas Ken ramah

"bagaimana perjalan bisnismu Ken" tanya Robect lagi, terkadang dia heran dengan anak kakak nya ini. Dia terlalu misterius, tapi paling tidak dia bukan seseorang yang akan balik menyerang kawannya. Dan itu cukup menguntungkan pihak keluarga mereka. Bisnis dunia bawah yang di geluti oleh Ken. Bukannya dia tidak tahu, tapi terkadang bergaul dengan dunia bawah bukan sesuatu hal merugikan selama kita tetap menjadi yang terkuat disana.

"semua nya baik paman,, semuanya berjalan seperti yang sudah di rencanakan.. "balas Ken senang.

Ken tersenyum penuh arti, bukannya dia tidak tahu atau dia lupa , ini lah saatnya meluruskan semuanya sebelum semuanya akan menjadi bumerang nantinya. Roberth yang melihat itu menampilkan wajah dinginnya. Ini lah yang terkadang tidak dia suaki, Ken terlalu banyak tahu, terkadang itu akan merugikan mereka. Tapi memang ini harus diluruskan sebelum nanti mereka akan kehilangan sesuatu hal yang sangat berharga dalam hidup mereka.

"kapan paman akan menjelaskan semuanya" tanya Ken akhirnya. Sepertinya dia tidak sabar menunggu lelaki didepannya menjelaskan hal yang ingin dia ketahui.

" saat mereka sudah siap" bals Roberth. Jawaban yang sama yang selalu diperoleh Ken saat dia menyinggung hal itu. Bukan dia tidak tahu pamannya ini berusaha menyembunyikannya, begitu pula dengan keluarga besarnya, seolah mereka ingin menutupi sebuah kenyataan yang seharusnya tidak pernah di sembunyikan.

" kapan paman" tanya Ken lagi. Rasanya dia ssudah bossan kalau selalu mendapatkan jawaban yang sama.

" ini bukan saat yang tepat ken. Alexsa belum melewati ulang tahunnya yang ke 17' elak Robert lagi

"jadi paman menunggu hari itu. Semoga paman belum terlambat" ucap Ken sambil berlalu meninggalkan sepasang suami istri yang masih sibuk dengan pemikirannya masing masing.

" bagaimana ini" Robecha bertanya khawatir.. karena dia tahu semua rahasia ini semakin mendesak mereka.

" tenang saja.. kita tidak akan kehilangan mereka. Aku janji" Robeth mulai menenangkan istrinya. Rahasia yang di genggam keluarganya. Tidak boleh diketahui oleh orang lain, semua ini harus mereka jaga. Tidak boleh satu orang pun mengetahuinya, kecuali beberapa anggota keluarga yang mereka percaya.

Terkadang banyak hal yang harus di sembunyikan. Terkadang banyak hal yang harus dirahasiakan. Semua berpikir itu untuk kebaikan, tapi siapa yang tahu apa yang terjadi kedepannya tidak ada yang bisa bertaruh dengan takdir, tidak ada yang bisa menentang takdir..semua yang telah digariskan pasti akan terjadi dengan semestinya.

"apa dia ada dikamarnya" gadis itu masih berputar-putar tak menentu, mencari seseorang yang sudah pasti ada di balik pintu di depannya.

"ada apa" Lexsa menatap tak suka kearah lelaki yang sudah berhasil membuatnya jantungan lagi itu.

"Ken... bisa kah kau muncul selayaknya manusia" cecar Lexsa geram

"apa aku nampak seperti dewa yunani... aku memang tampan girl" balas Ken dengan narsisnya.

" iiiiuuuuu, kePDan" Lexsa memasang wajah jijik mendengar kenarsisan sepupunya itu.

Ken menampilkan ekspresi geli nya , melihat tampang jijik sepupu cantiknya itu.

"jadi ada apa seorang Lexsa berjalan mondar mandir bagai orang kebingungan di sini" tanya Ken penasaran..

"apa dia marah padaku.. tapi aku masih marah padanya" ucap Lexsa seolah memberi pernyataan sekaligus bertanya

"kenapa tidak kau tanyakan sendiri Princes"balas Ken sambil tersenyum geli, melihat tingkah labil sepupunya ini.

"baik lah aku akan masuk" balas Lexsa berusaha menyemangati dirinya

" semoga berhasil Princes" ucap Ken sebelum berlalu pergi menuju kamar yang sudah di pesannya.

Lexsa mengetuk pelan pintu kayu jati nan kokoh di depannya, tapi tidak ada sahutan dari balik benda mati itu. Beberapa kali dia mencobanya. Tapi hasilnya tetap sama. Lexsa menatap jengkel, bukan ini yang diharapkannya, sepertinya kakaknya itu sangat betah berlama lama bertengkar dengannya. Lexsa mengeluarkan kartunya, kemudian mulai mencoba membukanya sendiri, untungnya dia juga punya kartunya sendiri untuk kamar ini

"kak Alex"Lexsa memutari kamar. Tapi tidak ada tanda tanda kakaknya disana

"kakak,,, kak Alex"Lexsa memanggilnya lagi.. sesaat matanya terpaku melihat beberapa kado berukuran sedang hingga besar di lantai kamar kakaknya.

"apa ini semua kado ulang tahunnya, tapi sepertinya ini belum semuanya, ngomong-ngomong dimana kado dari ku, aku tidak melihatnya" Lexsa bergumam sendiri. Dia sengaja langsung memberikan kadonya kepada kakaknya itu. Tapi sekarang dia sedikit penasaran kemana kadonya, pasalnya semua kado dari sahabat kakaknya itu ada disini. Tapi kado darinya seolah hilang,

Lexsa menatap aneh pintu kaca yang menghubungkan kamar dengan balkon kamar mereka ini atau lebih tepatnya kamar kakaknya. Lexsa melangkah pelan, sikuit bayangan seorang pria yang berdiri di sana membuatnya semakin melangkahkan kaki nya kesana.

"kak Alex" Lexsa bergumam pelan, tapi itu cukup membuat orang yang dipanggilnya menoleh kebelakang.

Lexsa menatap heran, ada apa dengan kakaknya ini, tatapannya, ekspresinya menunjukkan kalau dia sedang marah dan murka sekarang.

"apa tidak cukup dia menciummu saat ditaman, dan sekarang dia menciummu lagi. Apa tidak cukup perintahku untuk meninggalkannya" suara dingin sedingin es itu, membuat Lexsa membeku di tempat

"apa maksud kakak" Lexsa bertanya heran,, tatapannya menuju kado yang sekarang berada di tangan kakaknya, tapi dia yakin kotak itu sudah tidak berisi lagi. Jam tangan yang semula terbungkus rapi dalam kotak kini sudah berpindah tempat melingkar manis di lengan kakaknya.

"putuskan dia, tapi kau masih ingin melanjutkan hubunganmu dengannya, ini yang kau bilang tidak berlandaskan cinta. Tapi kau membiarkannya menciummu, mencuri ciuman pertama mu, jangan kira aku tak tahu Lexsa" kakaknya masih menatap murka kearahnya. Lama lama dia merasa takut sendiri, di depannya kini berdiri kakaknya, tapi jujur saja aura yang di keluarkan lelaki itu, dia tidak mengenalnya, itu bukan kakaknya.

"kalau memang yang kakak maksud itu AL, dia tidak pernah mencuri ciuman pertamaku. Lagipula ini bukan urusan kakak.. ini urusan ku, dan aku tidak akan memutuskannya sekarang, aku mohon mengertilah, jangan memaksaku .aku capekkk" Lexsa berucap frustasi

"lalu apa yang aku lihat saat ditaman itu, kau mau membodohiku" Alex masih dikuasai emosinya, sudah beberapa hari ini dia memendam emosinya dan sekarang rasanya sudah tidak sanggup lagi.

"dia hampir menciumku, tapi aku mencegahnya, aku tidak ingin, dan semua itu karena kakak. Aku tidak mengerti aku tidak mengerti, tapi rasanya aku tidak bisa memberikannya ciuman pertama ku, sebelum kakak merestui aku dengannya"rasanya sekarang Lexsa ingin membunuh lelaki yang berdiri di depannya ini, lelaki arogan yang membuat nya selalu ingin mengganggunya dengan semua mainannya

Alex membeku di tempat, walaupun sesaat dia merasa senang dengan apa yang dia dengar. Tapi bayangan Lexsa di sentuh oleh rivalnya membuat emosi kembali menguasai dirinya.

"kau berbohong Alexsa, kau berbohong, kau tahu aku tak suka di bohongi" mendegar itu Lexsa menatap kesal kakaknya, rencananya dia ingin berbaikan dengan kakaknya, melupakan insiden penyuapan kue yang tadi dia dilupakan. Melupakan semua kekesalannya, dia hanya ingin berbaikan, tapi melihat kakaknya yang sekarang. Rasanya semua niat baiknya itu menguap begitu saja.

Alexsa PROV:

Aku menatap kesal lelaki di depan ku. Dia tidak mempercayaiku, dia menganggap aku berbohong, dia tidak mempercayaiku. Rasanya aku ingin membunuhnya sekarang.

"kalau pun aku berbohong apa urusan kakak. Sebaiknya kakak urus saja semua mainan kakak itu, bawa mereka keluar masuk apartement kakak, bawa mereka untuk menghangatkan ranjang kakak, kakak pikir aku tidak tahu semua itu, kakak lupa kita mempunya darah yang sama, pengaruh yang sama, bukan hal sulit bagiku untuk mengetahui semua tingkah bejat kakak. Lalu sekarang kenapa kakak mengekangku. terserah aku mau berciuman dengan siapa saja, mau tidur dengan siapa saja, ini hidup ku" rasanya aku seperti jalang sekarang, kata kata laknat itu entah bagaimana keluar begitu saja dari mulut ku. Aku tahu kak Alex akan semakin marah setelah ini. Tapi biarlah.. salah dia yang sudah memancing emosi ku.

"karena aku mencintaimu, aku tidak ingin ada orang lain yang menyentuh milikku. Kau milik ku Lexsa, selamanya kau adalah milikku"aku membeku di tempat, aku tak percaya dengan apa yang aku dengar. Tidak, tidak mungkin, dia pasti mencintaiku layaknya kakak kepada adiknya, layaknya saudara.

" bukan sebagai saudara Lexsa, tapi layaknya lelaki dewasa" ucapnya lagi, aku merasa kaki ku membawaku mundur secara teratur,ini tak boleh dibiarkan.. entah sejak kapan aku masuk kembali kedalam kamar, sampai aku rasakan kaki ku menabrak ranjang kakakku. Aku berhenti, membiarkan lelaki tampan di depanku ini, semakin mendekat kearahku.

"Aku mencintaimu" ucap lelaki tampan ini lagi. aku mencoba mencari kebohongan dimatanya, tapi hanya ada ketulusan disana. Dia semakin dekat dengan ku, membelai pipiku lembut seolah aku adalah benda yang mudah pecah.

Aku menatapnya tak percaya, bagaimana mungkin dia mencintaiku dengan dinding besar yang setiap harinya semakin tebal itu menjadi penghalangnya. Aku tak mengerti aku tak mungkin bisa menghancurkan penghalang itu. Sampai ... benda kenyal itu menyentuhku lembut.. dia menciumku, ciuman pertama ku, ada apa ini, kenapa aku tidak bisa mendorongnya, kenapa seolah aku menikmatinya, ini tak bisa dibiarkan..

Tiiiidddakk.

End Lexsa Prov:

PLAKKKKk

Tamparan keras itu mendarat sempurna di pipi Alex, menampar hatinya dengan keras, wanita yang dicintainya menolaknya, rasanya ini begitu sakit. Gadis yang dicintainya tidak menginginkannya. Dia merasa terbuang tak diinginkan.

"apa kau sadar apa yang kau lakukan kak, aku adik mu. Tak sepantasnya kau mengucapkan kata kata itu, tak sepantasnya kau menciumku" ucap Alexsa nyalang, tergambar jelas ekspresi jijik dan kecewa di wajah cantiknya.

Alex menatap tak percaya dengan apa yang dilihatnya, adiknya menghapus ciumannya, gadisnya jijik padanya. Rasanya ada ribuan anak panah yang menancap di hatinya sekarang.

"terima kasih sudah mengambil ciuman pertama ku. Jadi sekarang aku tidak perlu ragu lagi, berciuman dengan pacar ku bukan. "ucap Lexsa lagi, sekali lagi dia merasakan sakit yang mendalam di hatinya. Ciuman pertama adiknya menjadi miliknya tapi sekaligus adiknya akan menatap jijik kearahnya untuk selamanya.

"aku hanya mencintaimu, salahkah aku?" gumam Alex frustasi. Lexsa mencoba menulikan pendengarannya. Ini harus di hentikan sebelum semuanya semakin memburuk, biarlah dia menggoreskan luka di hati kakaknya asalkan dia tidak menghancurkan hubungan mereka. dia harus pergi dari tempat ini.

Jauh di seberang sana, di peraduan yang berhiaskan lampu tidur, yang entah sejak kapan rasanya lampu itu semakin menggelap. Segelap mata penuh nafsu dari dua insan yang sedang beradu kasih di atas ranjang bernuansa merah itu.

"Aaaahhhhh lebih cepat Ben, aaahhhkkk " Karin wanita yang sedang menikmati servis dari lelaki yang menyandang status sepupunya itu, mendesah penuh kenikmatan. keringat yang membanjiri tubuh mereka, seolah tidak bisa menjadi gambaran kalau mereka sudah lelah.. di malam ini bersaksikan rembulan. Mereka melakukan kegiatan laknat itu.

" emmkkkk,,seharusnya kita aaaahhh melakukan ini lebih sering Karin" Beny berucap nikmat di sela-sela lenguhannya.

" come on Ben ... lebih cepat lagi... come on.. aaaa aku mau sampai sayang " Karin berteriak nikmat merasakan orgamenya yang entah sudah yang keberapa itu

"iya sayang, aku jugaaa aaahhhhh" akhirnya Beny mencapai pelepasannya.. tubuhnya ambruk, rasa nya lemah. di samping Karin.

"seharusnya kau berhenti mengejarnya, yang bahkan tidak mengakui kecantikanmu" ucap Beny setelah berhasil mengatur nafasnya.

Karin tersenyum sinis " lalu bagaimana dengan kau Beny, apa kau mau berhenti mengejar Lexsa" balas Karin lagi sambil menahan geli di sekitar payudaranya yang kembali di permainkan Beny.

"dia adalah kunci kehancuran Keluarga Wilshon Karin, bagaimana mungkin aku tidak berambisi dengannya." balas Beny sambil sesealii menciumi leher Karin

" bukannya kau mencintainya, " Karin berucap sinis, sepupunya ini seolah ingin membuka pernyataan baru

"aku memang mencintainya, berencana menjadikannya milikku. tapi itu setelah aku menghancurkan saudara sialannya itu"Beny berucap dingin. remasan tangannya di payudara Karin mulai mengencang, sesuatu di bawah sana mulai menekan bagian intim Karin. sepertinya dia harus bertanggung jawab membuat sesuatu di bawah sana tertidur kembali.

Entah apa yang terjadi, sepertinya malam ini akan menjadi saksi kehancuran hati mereka, ambisi yang tak tercapai. rahasia yang tak terungkap. sakit hati dan amarah, berakhir dendam yang nantinya hanya akan membunuh mereka sedikit demi sedikit tanpa mereka sadari.

***