webnovel

Raya dan Pencariannya (3)

Setelah kejadian bagai mimpi sekaligus realita yang dialami oleh Raya. Perempuan itu memutuskan untuk tinggal beberapa hari lagi di bumi perkemahan.

Dia ingin memastikan betul kalau yang dialaminya itu memang bukanlah mimpi. Apa yang dilihatnya kemarin, memanglah Dion atau mungkin lebih tepatnya adalah jiwa dari adiknya.

Bilamana itu benar, maka bumi perkemahan itu memang merupakan penyebab dari kondisi adiknya saat ini.

Awalnya, ketika Raya memutuskan hal ini. Ketiga rekannya yang ikut sama sekali tidak mengindahkan putusan tersebut.

Apalagi Latif yang langsung menolak mentah-mentah dan pulang sendiri menumpang ke kendaraan salah tamu yang berkemah di sana. Menumpang turun hingga kota sebelum nanti menyewa kendaraan online untuk pulang ke rumahnya.

Sedangkan untuk Evan dan Vera. Keduanya cemas dengan kondisi Raya. Mereka tidak mengalami hal aneh, namun keduanya melihat langsung Raya yang berteriak dengan raut panik dalam tidurnya.

Keduanya menganggap hal tersebut hanyalah mimpi buruk belaka. Sehingga meskipun kurang menyukai putusan yang diambil Raya. Akhirnya keduanya menemani temannya itu menginap untuk dua hari berikutnya.

Setelah hari ketiga menginap. Ketiga orang tersebut tidak mendapatkan kejadian aneh di sana. Evan dan Vera pun seraya membujuk Raya untuk pulang, namun sayangnya temannya tersebut bersikukuh untuk tinggal.

Ponsel telah tiada baterai. Persediaan makanan telah habis, mereka bertahan hanya dengan makanan instan yang biasa dijual di kantin perkemahan. Bukan sesuatu yang sehat untuk santapan jangka lama.

Evan pun pergi dari perkemahan hari itu. Dia pergi dengan alasan untuk membeli stok makanan yang mulai menipis serta mengambil pakaian baru. Sembari mengambil pakaian untuk Raya, Evan berniat meminta kedua orang tua temannya itu untuk membujuk putrinya pulang.

Vera dilain pihak terpaksa tinggal dengan Raya. Dia sangat khawatir dengan keadaan mental temannya tersebut. Yang setiap hari hanya diam memandangi kejauhan di siang hari dan diam memandangi api kala malam hari.

Entah apa yang diinginkan Raya, diajak ngobrol pun temannya itu hanya merespon sebatas satu atau dua patah kata saja sebelum akhirnya memutus pembicaraan.

Interaksi semakin berkurang meskipun keduanya tinggal di satu tenda yang sama dan selalu melihat wajah satu sama lain. Hal ini membuat Vera takut kalau ada sesuatu di luar akal terjadi pada temannya itu.

'Aku harus mengeluarkan Raya dari tempat ini!'

Teguh Vera, yang pada hari kelima, akhirnya Raya bersedia pulang. Evan yang kembali dengan persediaan baru, tidak langsung menurunkan barang-barang tersebut dari mobilnya. Melainkan dia membawa salah satu sepupu dari temannya itu, yang datang atas perintah orang tua Raya untuk membawanya pulang.

Raya tidak mampu menolak perkataan sepupunya tersebut. Dia tidak mampu menyusahkan orang tuanya yang saat ini telah sibuk dengan segala kondisi dari adiknya, Dion.

Akhirnya aktivitas kemping Raya pun berakhir. Setelah hari pertama, perempuan itu tidak lagi mengalami hal yang janggal. Hal ini mulai menguatkan kalau yang dialami pada malam pertama itu hanyalah mimpi belaka.

Entah bagaimana, Raya merasa kurang puas. Dia yakin kalau ada sesuatu yang berhubungan dengan Dion di tempat perkemahan tersebut.

Hanya saja Raya tidak tahu apa itu! Membuat dirinya merasa tidak berdaya.

Sepulangnya dia ke rumah, Raya menceritakan pengalaman anehnya itu kepada kedua orang tuanya. Dia bahkan mengusulkan menyewa paranormal untuk mampir ke tempat perkemahan tersebut, memeriksa perasaan yang mengganjal dalam diri Raya itu memang benar adanya.

Sayangnya, kedua orang tuanya hanya menganggap pengalaman putrinya itu sekadar mimpi buruk belaka. Berkata kepada putrinya itu untuk mengistirahatkan pikirannya, serta memusatkan tenaga untuk studinya.

"Biarlah urusan adikmu itu kami yang pikirkan. Ayah sudah mencoba menghubungi beberapa dokter luar. Hasilnya akan kita ketahui dalam waktu dekat. Kau tidak perlu cemas soal adikmu dan lanjutkanlah skripsimu itu."

Tutur ayah Raya. Membuat perempuan tersebut hanya bisa menurut. Dia sungguh tidak bisa membuat orang tuanya semakin cemas akan dirinya.

Oleh karenanya, setelah tinggal selama dua hari di rumah, Raya pun berkemas dan pergi ke kosan miliknya di dekat kampus.

Untuk seminggu berikutnya, sebelum masa perkuliahan dimulai, Raya bertemu beberapa kali dengan dosen pembimbingnya.

Raya sudah tidak mempunyai mata kuliah yang perlu diambil lagi. Hanya tinggal skripsi saja, sehingga hal ini membuat perempuan itu berniat untuk menyelesaikan skripsi secepat mungkin. Menjadwalkan sidang lalu bisa kembali sibuk memikirkan tentang adiknya.

Namun pada saat awal masa perkuliahan dimulai. Hal yang menggemparkan Negeri Pertiwi terjadi.

Pemberitaan tentang kasus Bobby si Penjagal terdengar dan dibicarakan di mana-mana. Dari semua pemberitaan tersebut, satu hal yang berhasil mengambil perhatian dari Raya adalah Podcast Rumah Tanjakan.

Podcast yang dibuat oleh dua orang ini membuat Raya serasa menerima suatu harapan baru.

Setelah dia mendengarkan dua episode podcast yang baru tersedia. Raya setidaknya menyadari kalau salah satu dari anggota podcast memiliki kemampuan spesial. Terlebih bila benar, sosok Lani yang berbicara dalam podcast adalah sosok hantu yang nyata. Maka ada kemungkinan dia bisa berkomunikasi dengan jiwa Dion yang dilihatnya di perkemahan itu.

Beruntungnya lagi bagi Raya, kedua orang yang membuat podcast tersebut adalah seniornya di fakultas yang sama.

Raya kurang dekat dengan Abimanyu. Senior satu itu memang agak sulit didekati oleh para juniornya. Bagi Raya, Abimanyu bagai membuat suatu sekat pembatas yang membuat orang-orang yang lebih muda memilih menjauhinya.

Meskipun begitu, Abimanyu itu termasuk mahasiswa yang cukup terkenal di angkatannya sendiri dan angkatan yang lebih tua.

Namun, berbeda dari Abimanyu. Raya cukup dekat dengan Oki. Senior satu ini lebih mudah bergaul. Sering bermain dengan para junior dan tidak jarang Oki membimbing para juniornya dalam menghadapi segala masalah perkuliahan.

Hal ini mungkin yang membuat Oki menjadi salah satu senior yang telat lulus. Raya bahkan merasa kalau ada kemungkinan dia akan lebih cepat menjadwalkan sidang daripada seniornya satu ini.

Raya yang kembali mengingat kondisi adiknya, seraya mengeluarkan ponselnya. Mencari kontak senior Oki dalam aplikasi chatting, lalu bertanya kepada lelaki tersebut apakah dapat bertemu secara langsung.

Sayangnya, Oki berkata kalau untuk beberapa hari ke depan, dia tidak bisa bertemu karena sibuk dengan berbagai hal. Bahkan untuk ditelepon pun, sangat sulit dilakukan. Setiap kali Raya mencoba menelepon, nada sibuk selalu terdengar.

'Berapa banyak orang yang menelpon Kak Oki? Kenapa selalu sibuk?!'

Tampaknya Raya meremehkan ketenaran instan yang didapatkan oleh Oki. Raya sebenarnya mencoba menghubungi Abimanyu juga. Dia meminta nomor senior satu ini dari temannya, namun berapa kali pun mengirimkan pesan dan menelepon, semuanya gagal.

Pesannya tidak dibaca sama sekali. Teleponnya tidak diangkat. Raya tidak mengerti tentang senior satu ini. Apakah dia tidak berniat bersosialisasi sama sekali?

Hingga akhirnya, Raya baru bisa bertemu dengan Oki secara langsung sekitar dua minggu kemudian.

Ketika kabar akan kasus pembunuhan itu sudah mulai menurun, dan Oki sudah kembali ke kampus setelah aktivitasnya sebagai tamu di berbagai media online selesai.

Oki yang bisa dibilang menjadi artis instan karena muncul di berbagai podcast dan wawancara di kanal-kanal online, menjadi orang yang sulit untuk didekati.

Selalu saja ada orang yang mendekati laki-laki tersebut, untuk bertanya soal kasus pembunuhan hingga sekadar berfoto bersama.

Raya sungguh merasa kesabarannya sedang diuji. Oki baru bisa bebas dari seluruh teman dan fans mendadak itu ketika malam sudah mulai larut.

Keduanya bertemu di sebuah rumah makan. Dan akhirnya Raya bisa menceritakan tentang permasalahan yang sedang dialaminya, atau dialami oleh adiknya.

"Ahh, akhirnya setelah sekian lama..."

"Hahaha, maaf, maaf. Beberapa hari terakhir ini aku terlalu sibuk. Aku ingin banget mendengarkan masalahmu, Ray. Tapi sudah banyak janji yang dibuat sebelumnya. Jadi, sekali lagi maaf baru bisa ketemu sekarang. So, ada apa, Ray?"

"Kak... Raya ingin meminta pertolongan kalian. Ini tentang adik saya."