webnovel

Tengkorak menyebalkan

[Selamat datang di lantai ketiga!]

[Kalahkan semua skeleton dan hancurkan tulang mereka!!]

Momen sebelumnya terulang kembali. Noah teleportasi dan tiba-tiba terduduk di tempat berbeda. Sekarang Noah mendapati diri sedang berada di Gua gelap, tanpa pencahayaan pasti, dan hanya berharap pada cahaya bulan di luar sana.

"Sekarang Gua gelap … Aku tidak yakin harus melakukan apa …" Walau dalam volume kecil, suaranya bergema mengisi kekosongan sekitar. Dengan hawa sekitar yang terasa dingin, perasaan Noah semakin tidak karuan.

"Kenapa aku selalu berada di tempat yang dingin? Sungguh menyebalkan …" Noah memegangi kepalanya, merasa pusing dengan segala kejadian yang menimpanya.

Berdiri, Noah mencoba untuk menyusuri Gua. Dia yakin tidak ada jalan pulang selain melakukan apa yang diinginkan oleh Dewa Lolo. Sehingga tanpa rasa takut, Noah berjalan secara hati-hati, ditakutkan dia akan menginjak lubang besar atau mungkin terpleset karena genangan air.

Sampai sepuluh langkah ke depan, Noah berhasil melewatinya dengan selamat, dan beruntung dia melihat sebuah obor sedang digantung di kedua sisi tembok Gua. Tak hanya satu, tetapi lebih dari sepuluh, mereka tampak digantung sepanjang jalan.

"Beruntung, dengan begini aku dapat menghangatkan tubuhku …" Noah menghampiri salah satu obor, mengambilnya dan kembali fokus pada perjalanan.

Dengan pencahayaan, Noah dapat melihat jalanan Gua yang tidak rata. Kerikil berserakan, bahkan terdapat batu besar di setiap tempat. Beruntung Noah dapat selamat selama berjalan tanpa pencahayaan.

Sebelum dirinya mencapai titik lebih jauh, Noah menyempatkan diri untuk beristirahat di atas batu besar yang berada di dekat pencahayaan. Duduk di sana, Noah menarik nafas, mencoba menenangkan kondisi mentalnya yang masih belum stabil.

'Aku sudah mengalami berbagai hal mengerikan dalam waktu berdekatan. Kematian Nia … Kesempatan kedua … Dan juga kemampuan yang mengharuskan diriku tersiksa … Jujur saja ini sangat mengerikan, tapi anehnya aku tidak bisa menangis maupun berteriak. Apakah aku sudah bukan manusia lagi?'

Noah memejamkan matanya, memutar kembali ingatan tentang beberapa kejadian sebelumnya. Dia adalah korban dari Malaikat Maut magang, tapi kemudian mendapatkan kesempatan untuk hidup lagi oleh Dewa Lolo, dan bahkan dirinya diberi kekuatan acak yang ternyata lumayan berguna.

Namun tak bisa dipungkiri saat ini Noah dalam situasi yang ambigu. Menyerah tidak mungkin, melanjutkan akan memperburuk kondisi mentalnya. Dia tidak bisa memutuskan pilihan lain dan hanya bisa berharap semuanya akan berakhir.

Sekitar lima menit dia habiskan untuk menenangkan diri, melupakan trauma yang pernah dia rasakan. Sebelum melanjutkan perjalanannya, Noah hendak untuk membuka layar Sistem, dikatakan itu dapat dibuka olehnya.

"Kenapa ini tidak berfungsi? Apakah Dewa Lolo berbohong lagi?" Noah bertanya-tanya, alisnya menekuk bingung.

Kecewa, Noah menghela berat. Perlahan dia turun dari batu besar, menepuk celananya yang berdebu dan kembali melanjutkan perjalanannya.

"Padahal aku penasaran dengan status milikku, barangkali aku mendapatkan Hidden Gem. Tapi sepertinya itu tidak berfungsi untuk saat ini …" gumam Noah, mencoba tetap mempertahankan pemikiran positifnya.

Noah berjalan, menyadari bahwa Gua ini terlalu panjang, bahkan beberapa kali Noah harus melewati beberapa cabang berbeda. Ini menyebalkan, pikir Noah.

Jika bukan karena ingin menyelesaikan dungeon, mungkin Noah akan menyerah dan pergi pulang saja. Namun, situasi saat ini terlalu mengekang kebebasannya, sehingga mau tak mau Noah harus menahan segala cobaan.

Diperkirakan sepuluh jam Noah berjalan di dalam Gua, mencari jalan yang benar, bahkan beberapa kali dia beristirahat karena merasa lelah. Semua perjuangannya itu berhasil membuahkan hasil, akhirnya dia telah tiba di tempat yang benar.

"Akhirnya aku menemukan kalian, dasar kerangka!" ucap Noah merasa bahagia, senyuman lebar terlukis di wajahnya ketika melihat sekelompok skeleton sedang berbaris dalam formasi balance.

Di ruangan yang cukup luas, mungkin sekitar setengah lapangan bola, terdapat satu pasukan skeleton. Mereka berbaris rapih, pasukan yang memegang tombak dan tameng berada pada barisan paling depan, mereka terlihat gagah walau hanya sebuah kerangka manusia.

Pada barisan kedua, tampak skeleton yang memegang senjata berupa pedang, mereka berbaris dengan rapih disertai tatapan tajam. Sementara itu, para penyihir skeleton berada pada barisan paling belakang, mereka hanya berjumlah lima saja, berbeda 15 dari barisan lainnya.

Untuk membedakan, barisan pertama skeleton memakai armor dan persenjataan yang lengkap. Begitu juga dengan barisan kedua, mereka memakai armor yang sama.

Namun berbeda bagi para penyihir, mereka mengenakan jubah ungu sedikit gelap dengan tongkat kayu setinggi mereka, memperlihatkan aura kuat yang lumayan mengerikan.

Merasa puas, bahagia serta marah, Noah melangkahkan kakinya dengan cepat sambil menciptakan sebuah pedang lendir di tangannya. Dia mengabaikan aturan para pejuang yang perlu menunggu lawan untuk siap.

Hendak untuk melakukan tebasan horizontal, sebuah tembakan magis melesat pada langkah berikutnya. Beruntung Noah masih sempat menghindarinya dengan memaksakan diri untuk melompat kebelakang.

Lantai berubah menjadi gosong akibat magisnya. Merasa terkejut, Noah mendongak. Tatapannya melebar ketika melihat para skeleton sedang menatapnya dengan mata merah tajam.

"Sial, kukira mereka bisa mati dengan mudah …" gumam Noah, bulir-bulir keringat mulai muncul di keningnya.

Sebelum berhasil memikirkan rencananya, para skeleton sudah berlari menuju Noah. Mereka bersamaan ingin membunuh Noah, aura mengerikan keluar dari tubuh mereka, menyatu menjadi aura berwarna merah yang berkobar layaknya api.

Tekanan berhasil diciptakan, membuat Noah kesulitan untuk bernafas, bahkan bergerak saja sudah sangat sulit. Mencoba untuk bertahan, Noah berlari menghindari mereka. 

'Mereka sangat bernafsu. Akan sulit untuk menyerangnya, terlebih mereka memiliki penyihir yang peka. Ini berbahaya …'

Sambil terus menghindar, Noah memperhatikan situasi. Matanya kembali bergerak cepat keseluruh titik ruangan, mencari sedikit celah yang dapat dia manfaatkan.

Sesekali dia terkena serangan mereka, tentu itu disebabkan oleh para penyihir yang selalu menyerang titik lemahnya, membuat konsentrasi dan keseimbangannya menjadi kacau sehingga dapat memudahkan beberapa skeleton di dekatnya untuk menyerang.

Beruntung dia sudah mendapatkan kemampuan yang dapat memblokir sebagian besar damage. Sehingga serangan mereka hanya meninggalkan luka kecil, terlihat seperti sayatan samar.

Karena terus menghindar tanpa memberikan perlawanan sepadan, Noah mati langkah dan melihat pasukan skeleton sedang berlari kepadanya. Tidak memberikan pilihan lain selain mengeluarkan serangan area dalam skala besar.

"Ini pastinya menghabiskan banyak Mana. Aku tidak peduli itu. Tapi yang penting kalian semua harus mati!!" Noah mengakhiri kalimatnya dengan teriakan, mengeluarkan lendir dari tangannya sambil mengarahkan serangannya ke segala arah.

Lendir dalam jumlah banyak tersebut terlihat seperti ombak. Ombak yang kemudian menimpa dan membasahi para skeleton hingga membuat tubuh mereka meleleh.

Serangan tersebut membuat sebuah penghalang bagi para penyihir untuk melihat kondisi mereka. Sehingga sepanjang melakukan serangan tersebut, Noah tak mendapatkan sedikit gangguan, terlebih semua skeleton biasa sudah terjebak dan mati langkah dalam serangannya.

Beberapa menit berlangsung. Merasa puas, Noah menghentikan serangannya dan melihat empat puluh skeleton meleleh bersama perlengkapan mereka. 

'Sudah kuduga, ini mengkonsumsi banyak Mana. Aku mulai merasa pusing … Tapi, masih ada beberapa yang perlu ku selesaikan …'

Noah memegangi kepala dan melihat tangannya yang sedang bergetar lemas. Ini adalah efek kelelahan, sehingga Noah hanya menghela nafas dan mengalihkan perhatiannya pada kelima penyihir tersisa.

'Aku tidak bisa membunuh mereka, staminaku sudah habis …' Noah memasang ekspresi masam, tersenyum dan membungkuk untuk meraih pedang berkarat milik salah satu skeleton.

Walau berkarat, ini bisa menjadi senjata yang ampuh selagi dapat menghindari beberapa serangan dari mereka. Namun, itu akan sulit.

Melihat Noah yang bersiap untuk menyerang kembali, para penyihir melesatkan serangan. Magis berbentuk bola hitam melesat cepat, hampir mengenai tubuh Noah jika saja dia tidak terlambat melompat.

Setelah melesatkan serangan, mereka berlima berlari ke arah yang berbeda, memperlihatkan formasi yang memiliki jarak. Noah tersenyum pahit, menyadari bahwa mereka sangat pintar, berpencar untuk mengunci pergerakan Noah.

'Jika aku mengejar salah satunya, maka aku akan mati. Jika diam, itu sama saja. Melompat? Aku tidak memiliki tenaga lebih. Berlari? Itu hanya menghabiskan staminaku yang sudah habis. Hah … Memang jalan satu-satunya adalah memanfaatkan itu …"

Sebelum mereka menyerang, Noah mengambil start lebih cepat. Dia berlari, mengandalkan sisa staminanya menuju salah satu dari mereka. Cepat, lincah, dan merepotkan. Itulah yang sedang dipikirkan oleh para skeleton.

Noah berlari secara zig-zag, membingungkan mereka yang terus-menerus membuat serangannya meleset. Tak hanya sekali, tetapi itu terjadi berkali-kali. 

Sementara itu, Noah mulai menyadari satu hal. Selama dia berlari, tak pernah sekalipun dia melihat mereka kelelahan akibat kehabisan Mana. Yang berarti mereka tidak akan bisa merasakan lelah, berbeda dengan Noah.

Setelah perjuangan yang cukup banyak, Noah berhasil menangkap satu skeleton. Dia tidak membunuhnya, mengingat dia memiliki rencana lain. Noah mengincar skeleton paling ujung, tanpa pengawalan yang terlalu ketat, sehingga dia tidak terlalu kerepotan untuk itu.

"Kena kau! Sekarang, ikuti aku. Jangan berpikiran untuk melarikan diri atau menyerang, jika tidak …" Noah berbisik, diakhiri gerakan tangan seolah memotong leher.

Skeleton merasa ngeri, dia merinding, tak berani membalas apapun. Bagaimanapun juga, dia hanyalah monster biasa, tak dapat melakukan perlawanan lebih selain mengikuti semuanya dengan baik.

"Bagus, memang seharusnya seperti itu sikap seorang pengecut!" Merasa semuanya berjalan sesuai rencana, Noah tersenyum, kemudian mengalihkan pandangannya kepada empat skeleton lainnya.

"Haha … Nyawa teman kalian sudah berada di tanganku! Apa kalian yakin akan terus menyerang!?" Noah berteriak, mengisi kekosongan dengan tawanya. Namun yang dia dapatkan hanyalah tatapan. Tatapannya semakin tajam dengan aura membunuh yang kuat.

Sikap mereka membuat Noah kebingungan. Bagaimana mungkin mereka tidak takut dan malah semakin bersemangat? Ini berbeda dari yang dibayangkannya.

"Hei? Apa kalian tidak ingin menyerah saj—"

Sebuah ledakan tiba-tiba muncul, menghentikan dialog Noah yang ikut terkena ledakan dan terhempas begitu jauh. Ledakan itu berasal dari skeleton yang dia tangkap, cukup membuat Noah terkejut dan kesakitan.

Noah terhempas, jatuh dalam posisi tidak nyaman dengan tubuh bagian depan hancur hingga memperlihatkan organ dalamnya. Dia terkejut, tapi sialnya dia tidak sampai sekarat. Ini menyakitkan, sangat menyakitkan.

"A-ah … ah … Sial. Aku akan mati …" Noah berputus asa, tatapannya terlihat kosong dengan darah yang terus mengucur keluar. Ini pemandangan yang mengerikan, bahkan untuk Noah sendiri.

Selagi Noah tenggelam dalam penderitaan, serangan kembali dilancarkan. Sekarang mereka serius, menggabungkan kekuatan mereka untuk menciptakan sebuah bola hitam besar yang kemudian melesat dan menghantam tubuh Noah dengan kuat.

Boomm!!

Terdengar suara ledakan yang menggelegar, menggetarkan tanah dalam tempo yang cepat. Sementara mereka berpuas dengan kematian Noah, tanpa mereka sadari tubuh Noah mengeluarkan cahaya dalam kekuatan yang besar.

Mereka tidak melihatnya, pandangan mereka terhalang oleh debu sekitar yang berterbangan memenuhi ruangan akibat serangannya. Namun lima detik kemudian, mereka melihat seberkas cahaya mulai merembes keluar dan menunjukkan tubuh Noah yang sedikit terangkat.

Sontak hal tersebut membuat mereka kebingungan, ketakutan dan bertanya-tanya. Bagaimana mungkin seorang manusia biasa dapat menahan serangan mereka? Paling tidak tubuhnya akan hancur atau menjadi partikel-partikel kecil, pikir mereka.

Namun pemandangan yang ditunjukkan saat ini jelas jauh berbeda. Tubuh Noah tampak kembali normal setiap detiknya, tidak memberikan pilihan lain bagi mereka selain menyerangnya ketika dalam kondisi seperti itu.

(Plot armor sudah datang!!)

Serangan mereka kali ini bukanlah gabungan, empat bola hitam melesat dari berbagai arah dengan target yang berbeda. Namun, keempat bola hitam itu lenyap ketika bersentuhan dengan cahaya Noah.

Tanpa diketahui, sihir mereka dimurnikan oleh cahaya yang keluar dari tubuh Noah. Kedua elemen tersebut saling bertentangan, kemenangan akan ditentukan dari siapa yang paling murni. Dalam kondisi seperti ini, cahaya Noah merupakan cahaya yang paling murni, sehingga dapat dengan mudah melenyapkan elemen kegelapan milik keempat penyihir.

Tak berlangsung lama, Noah telah kembali normal. Dia bingung, bertanya-tanya, sama halnya seperti keempat penyihir skeleton. Mereka terdiam, memberi jeda yang diisi oleh keheningan.

[Kemampuan [My Paint Power] telah aktif!]

[Anda mendapatkan kemampuan baru!]

[Darkness accompanies]

Deskripsi: Elemen gelap yang telah terkontaminasi dengan energi kotor. Jumlah konsumsi Mana akan berbeda setiap mantra yang dilakukan oleh pengguna.

[Kondisi Anda telah pulih karena berhasil menyerap kemampuan baru!]

'Aku masih hidup? Berarti ledakan sebelumnya memiliki tipe yang sama? Ini hari keberuntunganku …' Noah tersenyum, mengepalkan tangan dan mendongak. 

Baru saja merasa bahagia, Noah diberi sambutan selamat datang kembali dengan beberapa serangan magis yang meleset cepat kepadanya. 

Dengan kondisi yang telah pulih, Noah menghindarinya sambil berlari kearah mereka. Seperti biasa, Noah akan berlari secara zig-zag, menghindari setiap serangan yang terus berdatangan tanpa henti.

Mereka ketakutan, mencoba menjaga jarak, tapi itu percuma. Bagi para penyihir, melawan musuh yang memiliki tipe serangan dekat itu harus terus menjaga jarak. Mengingat kecepatan serta reaksi mereka tidak secepat para pejuang jarak dekat.

Walaupun begitu, keempat penyihir tetap kerepotan. Kelincahan Noah tidak dapat diprediksi, sehingga membuat seluruh serangan mereka terbuang percuma. Itu berlangsung hingga Noah berhasil mencapai tempat mereka dan mengangkat pedangnya.

"Selamat malam dan tidurlah dengan nyenyak …" Lirih Noah terdengar dingin, kemudian mengayunkan tangannya yang telah memegang pedang skeleton secara horizontal.

Satu, dua, sampai empat skeleton berhasil dia tumbangkan dengan mudah. Ini semua dikarenakan kondisinya yang telah pulih, membuat Stamina serta Health Pointnya kembali normal.

Dengan begitu, pertarungan berakhir. Noah menjatuhkan dirinya, melihat notifikasi hologram yang mengambang tepat di hadapannya.

[Selamat telah menyelesaikan lantai ketiga!]

[Sekarang tubuh Anda akan dipindahkan lima detik dari sekarang!]

Noah tersenyum lega, menarik nafas dan berkata, "Akhirnya ini berakhir … Aku tidak tahu nasibku jika skeleton yang meledak dimasukkan kedalam kategori yang berbeda. Beruntung mereka masih memiliki elemen yang sama, sehingga tubuhku mendeteksinya serupa …" 

Selesai dengan monolognya, tubuh Noah telah berpindah. Kali ini dia dikirimkan ke sebuah padang pasir yang membentang luas, bahkan Noah sendiri tidak dapat melihat ujung dari tempat ini.

"Sekarang apa?" Noah melihat pada hologram di depannya dan menghela. "Sepertinya aku akan melawan makhluk aneh lagi …"

[Selamat datang di lantai keempat!]

[Kalahkan sekumpulan batu raksasa dan potong setiap anggota tubuh mereka!]