12 TERJEBAK DALAM HUJAN

Mata Ardian terbuka, menatap wajah Nayla yang berada di hadapannya begitu sangat dekat dengan wajahnya.

"Nayla, kamu..apa yang kamu lakukan?" tanya Ardian saat sadar tangan Nayla ada di pipinya.

Mendengar Ardian menegurnya, dengan refleks Nayla menarik tangannya dari pipi Ardian.

"Aku membangunkan Bapak, karena Bapak tadi mengigau." ucap Nayla dengan perasaan malu.

"Mungkin aku terlalu banyak berpikir." ucap Ardian sambil duduk dan bersandar di kepala ranjang.

"Sebaiknya Bapak makan dulu, makanannya sudah aku siapkan, aku pamit pulang." ucap Nayla tanpa menunggu jawaban Ardian, keluar dari kamar Ardian.

Tapi sungguh sial nasib Nayla, tiap kali dirinya berada di rumah Ardian, selalu ada saja kejadian yang menyebabkan dirinya terjebak berdua dengan Ardian.

Nayla menatap ke luar rumah, di luar hujan sangat deras dengan petir yang bersahutan, padahal tadi cuaca begitu cerah dan masih sore.

"Ini sudah musim hujan apa kemarau sih?" gumam Nayla yang takut akan petir.

Dengan wajah pucat dan perasaan takut, berlahan Nayla kembali masuk ke dalam kamar Ardian.

Ardian menoleh ke pintu saat pintu terbuka dan Nayla masuk ke dalam kamarnya.

"Nayla? apa ada yang terlupa.?" tanya Ardian dengan heran.

"Di luar hujan Pak." jawab Nayla ragu-ragu untuk bilang kalau dia takut petir.

"Apa kamu tidak membawa jas hujan? aku ada jas hujan." ucap Ardian seraya beranjak turun berniat mengambil jas hujan.

"Tidak perlu pak, aku sudah membawa jas hujan, hanya saja aku takut hujan dan petir." ucap Nayla terpaksa jujur.

"Biar aku yang mengantarmu pulang?" tanya Ardian lagi yang kuatir jika Nayla ingin segera pulang.

"Jangan Pak, Bapak lagi sakit, nanti bisa lebih sakit kalau harus mengantar aku." ucap Nayla seraya duduk di kursi di dekat Ardian.

"Bapak sudah makan?" tanya Nayla melihat nasinya yang masih banyak.

"Aku sudah memakannya sedikit." ucap Ardian yang merasa tidak enak dengan Nayla.

"Aku suapi ya Pak, Bapak harus makan yang banyak." ucap Nayla sambil mengambil piring yang masih ada nasinya.

"Tidak usah Nay, aku harus makan sedikit-sedikit karena ginjalku tidak akan kuat mencernanya." ucap Ardian menolak secara halus, entah kenapa Ardian merasa Nayla ada ketakutan sejak tahu hujan deras dan ada petir yang menyambar.

Ardian menatap wajah Nayla yang terlihat ketakutan dengan wajahnya yang sedikit pucat.

"DUUUAAARRRR"

"Aaaaahhhhhhhh"

Nayla menjerit histeris, meloncat naik ke atas ranjang dan memeluk Ardian dengan sangat erat.

Suara petir kembali terdengar menyambar hingga Nayla semakin erat memeluk tubuh Ardian dengan keringat dinginnya yang sudah berjatuhan di keningnya.

Jantung Ardian berdegup sangat kencang, tak pernah sedikitpun dalam bayangannya kalau Nayla akan memeluknya dengan sangat erat.

"Nayla, bisa kamu melepaskan pelukanmu, itu hanya petir saja tidak akan terjadi apa-apa." ucap Ardian mencoba menenangkan Nayla.

"Tidak pak!! jangan menyuruhku melepaskannya, aku sungguh takut Pak..biarkan aku memeluk Bapak." jawab Nayla bersembunyi di balik dada Ardian.

Ardian ingin menenangkan Nayla dengan membalas memeluknya, namun merasa ragu kalau Nayla akan marah padanya.

Tak terasa waktu bergulir hingga malam, hujan masih setia turun dari langit, dan Nayla tak sedikitpun melepas pelukannya sampai tertidur dengan pulasnya.

Ardian diam tak bergerak, bersandar di dinding ranjang membiarkan Nayla yang tertidur tenggelam di dadanya.

"Nayla." panggil Ardian pelan karena hari sudah malam dan Nayla belum terbangun juga.

Nayla membuka matanya secara berlahan, dan baru menyadarinya jika dirinya terbangun dengan memeluk tubuh Ardian.

Nayla melepaskan pelukannya, dan duduk sedikit menjauh dari Ardian.

"Maafkan aku Pak, aku merasa takut jika ada hujan petir." ucap Nayla dengan perasaan malu.

"Ini sudah malam, hujan tinggal rintik-rintik saja, aku akan mengantarmu pulang." ucap Ardian beranjak turun dari ranjang.

"Sebaiknya aku pulang sendiri naik ojek pak, tidak baik untuk kesehatan Bapak kalau keluar malam." ucap Nayla tanpa sadar telah memberikan perhatian lagi pada Ardian.

Ardian tersenyum sambil memakai jaketnya.

"Tidak apa-apa, ini tidak terlalu malam...ayo aku antar." ucap Ardian keluar dari kamar setelah memakai jaketnya.

Nayla mengambil tasnya, kemudian menyusul Ardian yang menunggunya di teras.

"Masuk Nay." ucap Ardian membukakan pintu mobil.

Hati Nayla sedikit tersentuh dengan perhatian Ardian padanya.

Namun saat Nayla hendak masuk ke mobil, seseorang berteriak memanggil namanya.

"Nayla, maaf aku baru bisa datang..aku baru membaca pesanmu, aku tadi tidur...aku sakit Nay." ucap Kenzo yang tiba-tiba datang berlari menghampiri Nayla.

"Benarkah?" Nayla meraba kening Kenzo yang memang panas menyengat.

"Sebaiknya kamu pulang, istirahat Ken." ucap Nayla yang tidak tega melihat orang yang di cintainya sedang sakit.

"Aku sudah sampai di sini Nay, aku antar pulang ya?" ucap Kenzo dengan wajah yang pucat.

"Baiklah." ucap Nayla dengan hati yang sudah luluh kembali.

"Pak Ardian maaf, aku pulang sama Kenzo saja, Pak Ardian bisa istirahat.. trimakasih ya Pak." ucap Nayla tanpa merasa bersalah yang telah menoreh luka di hati Ardian.

Ardian tersenyum, walau hatinya teriris sembilu.

"Hati-hati ya Nay, salam buat Ayah dan Bunda, besok aku akan ke sana." ucap Ardian kemudian masuk ke dalam rumah dengan hati yang perih.

Di dalam kamar, Ardian duduk di pinggir ranjang menatap ke sekeliling ruangan kamar.

"Aku mencintaimu Nay, aku tidak meminta apapun dari kamu selain perasaan cintamu sedikit saja untukku." gumam Ardian sambil menghela nafas panjang.

***

"Ken, kenapa kita ke sini?" tanya Nayla yang masih ingat jelas tempat kontrak Kenzo saat SMA, memang Kenzo lebih senang kontrak daripada tinggal di rumahnya yang selalu sepi.

"Aku sakit sekarang Nay, hati aku terluka saat tadi pagi Zanna mengirim pesan kalau kamu menerima lamaran Pak Ardian." ucap Kenzo memegang tangan Nayla, setelah berada di dalam rumah kontrakan.

"Aku harus pulang Ken, aku sudah menerima lamaran Pak Ardian, jadi jangan lagi kamu menyakiti hatiku lagi." ucap Nayla melepas tangan Kenzo yang semakin panas.

"Nay, aku serius mencintaimu.. seandainya Papaku tidak ada masalah di perusahaannya, aku akan menikahimu Nay, percayalah padaku!! bagaimana aku bisa membuktikan padamu kalau aku benar-benar mencintaimu."

"Kamu ingin membuktikan apa Ken? aku sudah terluka karenamu." ucap Nayla dengan mata yang berkaca-kaca.

"Aku juga terluka Nay, dan aku sungguh tak berdaya dengan keputusan papa, aku tidak ingin menyakiti Papaku juga Nay, aku mohon jangan meneruskan lamaran Pak Ardian." ucap Kenzo dengan suara bergetar dan putus asa.

"Aku harus pulang Ken." ucap Nayla hendak membuka pintu, namun langkahnya terhenti saat Kenzo memanggilnya dengan suara bergetar.

"Baiklah Nay, kalau kamu tidak percaya aku benar-benar mencintaimu akan aku buktikan sekarang, asal kamu tahu aku menerima pertunangan ini karena aku ingin menjadi anak yang berbakti pada orang tuaku, dan aku sudah bilang padamu pertunangan ini hanya untuk lima bulan, tapi kamu tidak percaya padaku, semoga setelah aku melakukan hal ini, kamu akan percaya kalau aku tidak bisa hidup tanpa kamu." ucap Kenzo sambil memegang botol obat anti serangga.

"Lihat aku Nay." ucap Kenzo sambil menegak botol obat anti serangga di hadapan Nayla.

Kenzo benar-benar melakukannya dengan menegak botol obat anti serangga di hadapan Nayla.

"Webnovel kontrak"

avataravatar
Next chapter