10 PADA SEBUAH PILIHAN

"Pikirkan apa yang aku bilang Nay, dan lagi Kenzo juga lima bulan kan dia terikat dengan pertunanganya?" ucap Zanna berusaha agar Nayla bisa bersama Ardian tanpa Nayla tahu jika dirinya telah berjanji akan membantu Ardian.

Zanna terpaksa mendorong Nayla agar bisa menerima Ardian, dengan memperlihatkan jika dia tidak membela Ardian tapi membela Nayla.

Kalau Zanna juga memuji dan membela Ardian, pasti ketidaksukaan Nayla semakin besar pada Ardian, untuk itu agar Nayla nyaman dengannya, Zanna berpura-pura menghina dan mengatai Ardian agar Nayla percaya jika dia membela Nayla.

"Bagaimana Nay, tidak ada ruginya kamu terima Pak Ardian, kamu bisa mengajukan cerai saat Kenzo berpisah dengan Safitri." ucap Zanna yang merasa yakin jika Ardian akan mampu menjaga Nayla dan membuat Nayla berubah dan bisa mencintai Ardian.

"Aku tidak bisa Zanna? aku sama sekali tidak mencintainya." keluh Nayla dengan amarah yang terpendam di hati.

"Kamu mau, Ayah dan Bunda kamu malu pada tetangga-tetangga?" tanya Zanna hampir putus asa dengan keras kepalanya Nayla.

"Lalu aku harus bagaimana Zan? kamu tahu sendiri aku bukan orang yang suka bermanis-manis dengan orang yang tidak aku sukai." keluh Nayla dengan kesedihan yang sangat, seakan ujian sedang mempermainkannya.

"Dengar Nay, terima saja saranku aku akan tetap di pihakmu, aku yakin kamu bisa menjalankannya, dan pak Ardian juga sabar orangnya sangat mudah kamu untuk mengendalikannya." ucap Zanna melihat Nayla yang duduk termenung.

"Baiklah akan aku pikirkan ucapanmu, dan lagi kalau Kenzo bisa bertunangan dengan Safitri kenapa aku tidak bisa, dia juga harus merasakan sakit yang aku rasakan." ucap Nayla dengan rasa luka yang masih mengangah.

"Sekarang pulanglah, kasihan Pakde sama Budhe pasti mereka cemas mencarimu." ucap Zanna mengambil nafas lega.

"Baiklah aku pulang sekarang." ucap Nayla, berjalan ke tempat motornya.

***

"Bagaimana kamu sudah mendapatkan jawabannya, kalau Kenzo sudah bertunangan dengan anaknya Pak Hendra?" ucap Sasongko saat Nayla datang dan duduk di hadapan Ayahnya.

"Kenzo terpaksa melakukannya karena di paksa Ayahnya sama seperti aku." ucap Nayla masih membela Kenzo.

"Kalau dia mencintaimu pasti dia tidak akan mau Nay." ucap Sasongko dengan suara melunak, melihat Nayla yang terlihat tertekan.

"Bagaimana kalau itu terjadi pada kita, bukannya aku juga harus menurut Ayah jika Ayah ada masalah seperti itu?" ucap Nayla dengan menahan airmata.

Sasongko terdiam, apa yang di bilang Nayla ada benarnya.

"Sudahlah jangan lagi kalian bertengkar, semuanya sudah terjadi, Nayla kamu masuklah dan lihat keadaan Nak Ardian, dia sakit karena ulah kamu yang kelewatan, apa Nak Ardian ada salah padamu sampai kamu tega berbuat seperti itu." ucap Bunda Nay dengan sabar tapi penuh tekanan.

Nayla terdiam, tanpa bicara Nayla berjalan masuk ke dalam kamar Ardian.

Ardian berbaring di tempat tidurnya, tidak bisa memejamkan matanya saat mendengar suara Bunda Nay yang cukup keras saat berbicara dengan Nayla.

"Jangan membuat masalah ini beban di hatimu, aku tidak apa-apa, dan lagi sebentar lagi aku akan pulang, aku tahu tidak baik jika tetangga tahu kalau aku di sini." ucap Ardian mencoba untuk duduk.

"Syukurlah kalau Bapak masih menjaga nama baik keluargaku." ucap Nayla duduk di kursi yang berada di samping meja.

"Aku juga minta maaf soal lamaranku, aku melamarmu pada orang tuamu saat kamu mulai kuliah ke kota lain, dan sekarang kamu sudah pulang, tapi kamu jangan kuatir, aku tidak akan memaksamu untuk menerima lamaran ini, dan jangan marah pada Ayah Bundamu, kamu bisa marah padaku saja." ucap Ardian dengan suara pelan.

Nayla menatap Ardian dengan tak percaya, melamarnya tiga tahun yang lalu? dan Ayah Bundanya tidak memberitahunya sama sekali.

"Apa yang Bapak lakukan pada keluargaku, kenapa Ayah Bunda sangat membela bapak, sedangkan padaku tidak." tanya Nayla menatap tajam Ardian yang duduk di samping ranjang.

"Aku tidak melakukan apa-apa, percayalah padaku, dan kamu harus tahu Ayah Bundamu sangat menyayangimu." ucap Ardian lagi yang tak bisa mengatakan jika lima tahun yang lalu saat Ayah Nayla membutuhkan donor ginjal, dialah yang mendonorkan ginjalnya pada Ayah Nayla, dan saat Nayla membutuhkan uang untuk pendaftaran kuliah di kota sampai Nayla lulus, Ardianlah yang membiayanya.

Nayla menatap Ardian dengan rasa tidak percaya, mana mungkin jika tidak melakukan apa-apa, Ayah Bundanya begitu sangat menyayangi dan selalu membelanya.

"Sebaiknya Bapak pulang, karena sudah mau sore, tidak enak jika Ayah dan Bunda menyuruh Bapak menginap lagi." ucap Nayla dengan perasaan yang sebenarnya tidak enak karena secara tidak langsung telah mengusir Ardian.

"Baiklah aku akan pulang, pesanku jangan pernah marah pada Ayah dan Bundamu." ucap Ardian seraya berdiri dan belajar keluar kamar.

Di ruang tamu Ayah dan Bunda Nayla sudah menunggu Ardian dan Nayla.

"Bapak dan Bunda Nay, saya mau ijin pulang saya sudah merasa baikan sekarang, terimakasih atas kebaikan Bapak dan Bunda Nay." ucap Ardian yang pamit untuk pulang.

"Duduklah dulu Nak Ardian, Bapak mau bicara soal lamaran Nak Ardian." ucap Sasongko dengan wajah serius.

"Nayla, duduklah." ucap Sasongko pada Nayla juga.

Ardian dan Nayla duduk berdampingan di kursi panjang, sedangkan Sasongko dan Bunda Nay duduk di kursi yang terpisah.

"Nayla, Ayah sudah bilangkan pada kamu kalau Nak Ardian adalah calon suami kamu, sebenarnya sebelum kamu melanjutkan kuliah di kota S, Nak Ardian telah melamarmu dan Ayah menerimanya, tapi Ayah tetap menyerahkan sepenuhnya padamu karena Nak Ardian ingin kamu yang menjawabnya mau menerima atau menolak lamaran ini." ucap Sasongko panjang lebar.

Nayla terdiam sejenak berpikir untuk menolak lamaran Ardian, karena Nayla sama sekali tidak ada perasaan apapun pada Ardian.

Tapi jika mengingat rasa sakit hatinya pada Kenzo Nayla ingin membalasnya, karena semua di desa tahu siapa Ardian, seorang Lurah tampan di desanya, dan semua sangat menghormatinya, bahkan banyak orangtua yang ingin mengambil mantu Ardian termasuk keluarga Hendra, tapi Ardian menolaknya.

Nayla tahu semuanya dari Bundanya.

"Beri aku waktu satu hari untuk memikirkannya Ayah, aku akan ke rumah Pak Ardian jika aku menerima lamarannya, tapi jika aku menolaknya aku harap Pak Ardian bisa mengerti." ucap Nayla menatap Ayahnya dan Ardian secara bergantian.

Ardian tersenyum kalem.

"Kamu jangan kuatir, aku akan memberikan waktu sebanyak yang kamu ingin, aku akan menunggumu Nay." ucap Ardian menatap lembut wajah Nayla yang terlihat rasa luka dan kekecewaan.

"Maafkan Nayla yang belum bisa menjawab hari ini ya Nak Ardian." ucap Sasongko dengan perasaan iba melihat begitu banyak cinta di mata Ardian untuk anaknya.

"Tidak apa-apa Pak, saya akan selalu bersabar menunggu Nayla datang ke rumah saya." ucap Ardian tersenyum penuh kesabaran.

"Baiklah Pak, Bunda Nay, Nayla saya permisi dulu." ucap Ardian beranjak dari duduknya dan berjalan keluar di ikuti Sasongko dan Bunda Nay.

"Webnovel kontrak"

avataravatar
Next chapter