webnovel

Mungkin Saja

Noura mengetahui kepergian Orlan ke Tongass Pack. Kemarin Orlan mengatakan padanya dan maka dari itu, dia tahu Devin yang akan menjemput dan mengantarnya ke kafe. Bersama dengan Arva.

Noura menjadi tidak enak hati pada Arva. Membuat temannya itu harus bangun pagi, tapi Arva tidak mempermasalahkan. Justru sangat senang bisa bersama dirinya lebih lama.

Devin memutuskan untuk berada di kafe seharian dan membantu mereka sebagai pelayan. Membuat para pengunjung wanita histeris, Devin tak kalah tampan dari Leon dan Vander. Hanya baru mereka bertiga yang sudah pernah menjadi pelayan di sini.

Banyak dari para pengunjung wanita yang bertanya pada Noura dan Arva. Kenapa ketiga malaikat itu bisa berada di sini. Menjadi pelayan pula. Lalu banyak yang meminta agar ketiga laki-laki itu dijadikan karyawan tetap di kafe ini.

Jika mereka tahu siapa sebenarnya Leon, Vander, dan Devin. Pasti mereka akan syok. Jangan lupakan, Noura dan Arva yang juga bukan manusia.

Ternyata Devin sama cerewetnya dengan Dafa. Dari sekian banyaknya werewolf yang Noura kenal dan pernah dia temui, sungguh, hanya Orlan yang pendiam dan irit bicara. Noura selalu canggung ketika bersama Orlan. Mungkin juga karena mereka yang baru beberapa hari ini mengenal, tetapi dulu ketika Noura pertama kali berkenalan dengan Leon, Noura langsung tahu kalau ternyata Leon itu bawel.

"Coba kakak juga menjadi pelayan sehari saja di kafe ini. Semakin histeris dan mimisan itu para wanita." Arva menunjuk para ABG yang sedang mengobrol asyik dengan Devin.

Ya, Noura akui. Orlan lebih tampan dari mereka bertiga. Mata biru laut Orlan yang sangat indah itu, menurutnya. Apalagi bila Orlan tersenyum, semakin berkali-kali lipat tampannya. Sayang, itu jarang terjadi.

Noura menggeleng. Kenapa dia jadi memikirkan Orlan?

Devin dan Dafa juga bermata biru, itu merupakan salah satu ciri khas werewolf dari Redwood Pack. Werewolf dari Tongass Pack, iris matanya berwarna abu-abu. Sedangkan dari Chugach Pack berwarna hijau.

Perbedaan vampir dari Appalachia dan Hamakua, terletak pada warna rambut. Vampir dari Appalachia rambutnya berwarna cokelat. Sedangkan dari Hamakua berwarna pirang.

"Kemarin aku tidak bertemu dengan mate-nya Devin." Noura penasaran. Kemarin dia sudah bertemu dengan mate-nya Dafa, Luluna.

Arva menoleh. Mereka sedang duduk di kasir. "Mate-nya Devin itu elf. Jarang berada di pack.”

Noura mengangguk paham. Sama nasibnya dengan Arva-Leon. Eh, jangan lupa dia dan Orla yang juga bernasib sama—jarang bertemu.

Terkadang Noura berharap orang di sekelilingnya, ada juga yang seperti dirinya dan Orlan—vampir dan werewolf, tapi sejauh ini tidak ada. Pikiran Noura penuh dengan tanda tanya, apa benar kenangan yang dia lihat di mata para vampir yang ditemukan tewas di hutan itu, mereka merupakan mate werewolf? Atau itu hanya manipulasi semata? Tetapi tidak mungkin. Bukannya sombong, selama ini kemampuan Noura tidak pernah salah.

Kata Arva, seharusnya werewolf yang telah menemukan mate-nya. Mereka harus selalu bersama. Karena ada ikatan batin yang terus menyiksa mereka. Apalagi yang sesama werewolf.

Noura tidak bisa merasakan apa pun yang Orlan rasakan, karena dia bukanlah werewolf. Lalu bagaimana perasaan Orlan, ya? Apakah Orlan menderita? Kenapa tiba-tiba Noura penasaran?!

"Putri Noura, apa Kerajaan Appalachia mendapatkan kertas ramalan?" tanya Arva. Sebenarnya dari kemarin dia ingin sekali memberi tahu perihal kertas ramalan yang Dafa dapatkan dari Chugach Pack, tapi tidak kunjung terucap, padahal sudah di ujung lidah.

Noura mengerutkan keningnya. "Ini kali kedua, kamu bertanya tentang itu." Noura sudah memperingati Arva, jika ingin membicarakan soal ramalan atau hubungannya dengan Orlan, untuk memberi isyarat padanya supaya dia menggunakan kekuatannya mengendapkan dan memanipulasi suara agar Carlen tidak mendengarnya. Karena kakaknya itu selalu memantaunya dengan kekuatan indra pendengarannya yang sangat tajam itu.

Arva menyengir. Ini karena dia sangat penasaran. Sebenarnya apa isi lengkap dari ramalan itu. Kenapa bangsa vampir sangat ketakutan bila menyangkut persoalan ramalan tahun 1150? Ini juga merupakan salah satu penyebab terjadinya perang kedua.

"Ah, lelah sekali. Mulut saya kering. Boleh minta minum?" Devin menyandarkan tangannya di meja kasir seraya menjilat bibirnya yang kering.

"Kau itu genit," ketus Arva lalu memberikan Devin segelas air mineral.

Noura tersenyum melihat Devin. "Lain kali tolak saja. Jangan suka memberi wanita harapan."

Devin tertawa. "Saya tidak sedang memberi harapan. Ya, enak saja mendengarkan manusia cerita."

"Aku akan mengadu pada bibinya Leona yang galak itu!" ancam Arva menakuti.

Devin tersedak, lalu menatap Arva tajam. "Awas kau! Dasar tukang mengadu."

Arva menjulurkan lidahnya. Devin semakin menatapnya tajam.

**

Pintu masuk menuju Tongass Pack terletak di Hutan Tongass. Hutan ini merupakan rumah bagi flora dan fauna yang terancam punah. Tongass Pack terkenal akan werewolf yang memiliki kemampuan insting yang sangat tajam. Dipimpin oleh Alpha yang bernama Leon Baron Fabien.

Sesuai janji, Orlan datang ke Tongass Pack. Bukan hanya Orlan, Alpha Revazio dari Chugach Pack pun datang ke sini.

Berdasarkan salah satu kesepakatan perjanjian damai yang berbunyi: Bangsa vampir dan bangsa werewolf tidak boleh memburu hewan langka.

Karena banyak ditemukan kejanggalan dalam kasus ini. Ketiga pack sepakat untuk menyelidiki kasus hewan punah yang akhir-akhir ini banyak diburu.

Bagaimana mereka tahu ada pemburuan hewan? Karena setiap minggu warrior di Tongass Pack selalu menghitung jumlah hewan yang ada di hutan, tentunya sesuai instruksi dari sang Alpha.

"Selamat datang, Alpha Jorge dan Alpha Orlan." sambut Beta Winko. Orlan datang bersama dengan Jorge dan dua pengawal. Orlan meminta Dafa untuk menjaga pack dan menggantikan tugasnya di kantor. Sementara Devin ditugaskan mengantar dan menjemput Noura dan Arva. Mau tidak mau, Jorge yang menemaninya.

Leon telah menunggu di ruang kerjanya. Juga sudah ada Alpha Revazio dan Gamma Willy dari Chugach Pack. Mereka duduk di sofa. Di atas meja telah berjejer foto dan berkas kasus pemburuan hewan di Hutan Tongass.

"Kita segera mulai." Orlan menginterupsi agar rapat segera dilaksanakan.

Kebiasaan Orlan saat sedang bepergian dalam urusan pekerjaan. Datang ke lokasi, lalu dia langsung memulai pembicaraan. Tidak menyempatkan waktu untuk istirahat atau semacamnya. Padahal baru sampai dan Jorge yang sudah tahu sifat anaknya seperti itu, dia hanya bisa pasrah.

"Ini Alpha Orlan, foto dan berkasnya." Leon memberikan beberapa foto dan satu map tebal pada Orlan. Orlan membukanya bersamaan dengan Jorge yang ikut melihat.

Revaz berdeham, membuat semuanya menatap dirinya penuh tanya. "Sebenarnya, saya mendapatkan laporan dari beberapa warga pack. Mereka melihat Pangeran Darren sedang berada di Hutan Chugach."

"Bukannya pangeran Darren sudah berjanji tidak akan menginjakkan kakinya di hutan yang merupakan pintu masuk menuju pack werewolf?" Leon mengingat-ingat ucapan salah satu pangeran dari Kerajaan Vampir Hamakua yang sangat terkenal itu. Lebih terkenal dari putra mahkota Vander.

Orlan mengangguk, setuju dengan ucapan Leon.

"Yakin itu pangeran Darren?" tanya Jorge.

"Iya, benar. Ada fotonya." Revazio mengeluarkan foto dari balik jasnya, lalu memberikannya pada Leon. Orlan, Jorge, dan Winko ikut melihat. Mereka berempat serempak memelotot. Walau sudah lama tidak melihat, tetapi mereka masih mengingat wajah Darren dengan baik.

"Benar, ini pangeran Darren," ucap Winko.

"Mencurigakan," gumam Orlan.

"Katanya dia sekarang menjadi sekutunya Ferin," ucap Jorge. Membuat semua mata terarah padanya. Mereka semua dilanda kekalutan, baru ingat akan fakta tersebut.

"Masalah pemburuan hewan di Hutan Tongass saja belum selesai. Lalu werewolf yang ditemukan tewas di Hutan Redwood juga belum. Ini ada lagi. Mau apa dia?" geram Leon. Sebenarnya dia sangat percaya kalau dalangnya satu yaitu siapa lagi, pasti Ferin.

"Sepertinya semua ini saling berkaitan." Revazio memberikan pendapat.

"Saya juga berpikir seperti itu." Leon masih menatap foto yang ada di tangannya. Pangeran Darren sedang berdiri tak jauh di depan pohon, entah sedang apa.

"Apa yang telah Anda lakukan, Alpha Revaz?" tanya Orlan. Dia jadi tidak fokus membaca berkas yang ada di tangannya.

"Melakukan penjagaan lebih ketat. Saya menugaskan para warior untuk berpatroli mengelilingi hutan. Karena pangeran Darren sama sekali tidak tercium aroma vampir dari tubuhnya," ujar Revazio frustrasi.

"Apa bedanya dengan Putri Noura," gumam Leon pelan, tapi masih bisa didengar. Orlan yang duduk tepat di sampingnya, menatap Leon tajam. Revazio dan Willy hanya mengerutkan dahi, Leon memang terkenal akan kedekatannya dengan putri Noura. Winko berdeham, dia sudah tahu kabar mengenai putri Noura yang merupakan mate dari Alpha Orlan. Tidak dengan Revazio dan Willy, mereka tidak tahu sama sekali.

"Ah, bagaimana kalau tanya pada putri Noura. Anda bilang ada jejak darah di salah satu pohon. Siapa tahu, putri Noura bisa membantu," kata Revazio.

Orlan mengerutkan dahi. Jorge melihat foto yang sudah berada di tangannya. Benar, ada jejak darah berwarna hitam pada dua pohon.

Leon melirik Orlan yang sedang sibuk membaca berkas. Dia tidak tahu harus bagaimana. Putri Noura merupakan mate Orlan, tidak mungkin dia bertanya pada putri Noura. Sedangkan Orlan bisa bertanya sendiri pada putri Noura.

"Masalah itu gampang. Jadi apa yang harus kita lakukan? Sepertinya ada yang berusaha memancing emosi kita, bangsa werewolf," ujar Leon. Membuat semua yang ada di sana menatapnya seraya mengangguk setuju.

"Saya ingin datang ke Redwood Pack, Alpha Orlan. Siapa tahu, kami bisa membantu. Kami juga terus waspada, setelah mendengar berita tersebut. Penjagaan terus kami perketat." Revazio menatap Orlan dan Jorge bergantian.

"Tidak perlu, Alpha. Fokus pada pack Anda saja."

"Kau harus berhati-hati, Revaz. Pelaku ini sangat pintar. Tidak ada bukti yang tertinggal." Jorge mengingat wajah para werewolf yang ditemukan tewas di Hutan Redwood.

"Raja Carlen mengajak kerja sama. Hari Kamis nanti, saya akan ke Kerajaan Appalachia," tutur Orlan. Seketika membuat mereka syok bukan main. Semua yang ada di ruangan melongo secara bersamaan. Mereka sudah tahu tentang vampir yang ditemukan tewas di Hutan Appalachia.

"Ini sangat langka." Leon menggaruk kepala. Apa ini usul dari putri Noura? Kenapa raja Carlen mengajak kerja sama? Apa mereka juga mengalami kebuntuan dalam memecahkan kasus ini?

"Tidak boleh dilewatkan." Revazio sama herannya. Carlen sangat antipati bila istananya dikunjungi oleh makhluk immortal. Untuk datang ke sana prosesnya sangat rumit dan menunggu dalam waktu yang sangat lama.

Orlan hanya mengedikkan bahu. Dia juga tidak tahu. Dia hanya akan berpikiran positif, mungkin saja kasus ini memang saling berkaitan.

"Makanya aneh, bukan?" ujar Jorge.