webnovel

5 :: Kebingungan Atlana ::

Angin berhembus kencang lalu perlahan memperlihatkan lingkaran merah. "Kau mau kemana Arken?" Freya bingung dengan apa yang dipikirkan Arken.

"Aku ingin menemui para mentri sihir di London." Lalu Arken masuk kedalam portal yang dibuat, tak ingin menyia-nyiakan kesempatan Freya pun ikut dengan Arken. "Ada yang ingin kau ketahui?" Arken tidak menjawab dia terus berjalan lalu perlahan tubuhnya lenyap bersama Freya.

Tubuh mereka kembali muncul di gedung tinggi dengan semua keajaiban sihir menghiasi.

"Selamat datang Tuan Arkenio. Selamat datang Nona Freya, ada yang bisa kami bantu disini?"

"Aku ingin keruangan para mentri. Apa mereka bisa menerimaku?"

"Tentu Tuan. Kau adalah Raja bagi kami." Arkenio dan Freya mengikuti dari belakang salah satu penyihir yang bekerja di kementrian sihir.

Asap putih terlihat didepan mereka lalu perlahan menampilkan tiga orang penyihir yang sudah cukup umur duduk di bangku mereka masing-masing.

"Selamat datang Arkenio, kami sudah menunggu kedatanganmu." Arkenio duduk diikuti Freya.

"Kau melihat ku datang."

"Ya, tentu saja. Kau pasti ingin bertanya tentang wanita itu bukan?" Jawab Asgrus penyihir yang terkenal dengan ramalannya.

"Arkenio, kau adalah yang terpilih. Tapi ramalanku akan gadis bernama Atlana itu tidak jelas. Aku sarankan, agar kita melakukan ritual tiga puluh tahun lalu."

"Lalu jika gagal akan menghancurkan setengah lebih isi bumi. Dan hal yang paling buruk, Nora dan kelompoknya akan menguasai yang tersisa."

"Tapi Atlana adalah seorang vampir, dan dia hidup bersama klan vampir yang tangguh. Mereka tidak akan merelakan Atlana hidup bersama kita." Lucas sang pembaca pikiran membuka suara.

"Aku akan mengusahakannya. Hanya tolong jangan bocorkan tentang dia kemanapun, kalian tahu maksudku."

"Kami mengusahakannya Arkenio, tapi kau tahu bahkan dinding pun berbicara. Bergeraklah cepat, sebelum orang lain yang mendapatkannya. Setahuku Atlana bisa saja menghancurkan klan penyihir dengan semua keistimewaan yang dia punya. Dia juga bisa berpaling pada kelompok Nora." Qoestelin penyihir mantra terkuat di seluruh klan penyihir mengingatkan Arkenio. Menariknya Questelin memiliki keistimewaan yang sama dengan Arkenio. Mereka terlahir abadi dalam arti tidak menua sedikitpun dari usia terakhir mereka  bertumbuh.

"Edgar Vampir pria itu akan selalu mengawasi Atlana Arken. Kau harus berhati-hati. Jika para Vampir tahu apa masalah yang kita hadapi mereka juga bisa saja akan memanfaatkan situasi." Asgrus menampilkan wajah Edgar dan Atlana saat ini.

"Benar-benar pasangan vampir yang serasi serta manis." Freya mengeluarkan suara setelah sedari tadi terdiam. "Monster yang manis." tambahnya lagi.

****

Carnaval memang sangat ramai, bahkan Arthur yang bukan manusia sangat menyukai adanya Carnaval. Meski Atlana dan Edgar tidak jadi ikut bersama mereka tapi mereka tetap terlihat menikmati kebahagiaan.

Rupanya kebahagiaan itu tak bertahan lama, setelah sebuah kilat menyambar. Arthur yang sangat peka melihat kearah langit dan dia terus mengamati. "Ada apa Arthur?" tanya Robert. "Entahlah, hanya saja kurasa sesuatu telah terjadi." Mereka berdua menatap langit yang terlihat kembali tenang.

Pikiran Arthur sudah tidak tenang, seperti dia merasakan kehadiran seseorang entah sekedar melintasi mereka atau memang ada dilingkungan mereka.

"Sudahlah Arthur mari kita kembali." Arthur mengangguk setuju lalu yang lain berkumpul. Mereka kembali ke rumah setelah Arthur melihat kilatan dilangit itu.

Robert mencari keberadaan Atlana dan Edgar yang ternyata tidak ada dirumah. "Kemana perginya mereka?"

"Mungkin berburu. Atlana sudah lama tidak berburu bukan." Arthur muncul di depan pintu kamar Atlana.

Sementara di kedalaman hutan Edgar dan Atlana duduk diranting pohon sambil menatap sinar rembulan. Atlana melihat kilatan itu lalu seolah dia tertarik untuk mengikutinya. Untung ada Edgar yang masih bisa menyadarkan dirinya.

Bintang menari di angkasa luas terpapar indah di mata Atlana dan Edgar.

"Ed. Apa kau akan terus bersamaku?" Edgar mencium puncak kepala Atlana lalu tersenyum. "Bukankah aku sudah menunggu lama untuk ini." Atlana tertawa jemarinya menari diudara seolah melukis wajah Edgar. "Aku belakangan ini seolah tidak mengerti mana yang nyata dan mana yang tidak nyata." Tepat saat Atlana mengatakan hal itu sapuan angin yang cukup kuat mengenai mereka. Edgar langsung lompat dari pohon melihat siapa yang datang mendekati mereka.

"Siapa Ed?" Atlana ikut turun lalu dia mengikuti Edgar yang berlari cepat mengincar harum sosok yang melintas itu.

"Atlana kembali ke rumah. Beritahu Arthur dan yang lain kalau ada yang masuk ke daerah kita." Atlana lari berlainan arah dari Edgar dia melompat dan lari secepat kilat. Tapi tertahan saat sebuah sinar menyilaukan penglihatannya dan dia lenyap dimakan kilau itu.

***

Kosong dan hampa, Atlana melihat ruang yang ada disekitarnya. Tiba-tiba perlahan sebuah cermin mendekat dan terus mendekat. Disana Atlana melihat dirinya yang berambut panjang putih dengan mata merah vampir nya. Kuku Atlana panjang dengan hujung-hujung yang lancip. Terdapat tanda bintang serta bulan di keningnya membuat Atlana heran dengan pantulan dirinya.

Namun seketika semua hilang dan Atlana kembali berada di hutan. Napas Atlana terengah lalu dia terduduk dengan lelah.

"Aaaaaakkkkhhhhhh....," teriak Atlana tak mengerti dengan situasi yang dia hadapi.

***

Sudah sepuluh hari Atlana hanya duduk di depan cermin kamarnya, membuat Edgar dan lainnya bingung. Ini bukan Atlana yang biasanya terlihat riang serta kuat. Atlana kali ini terlihat seperti vampir yang menyedihkan. Tidak ada yang tahu kenapa Atlana seperti itu, tidak ada keluar sepatah kata pun dari mulutnya dan mata Atlana masih terus berwarna merah menyala.

Hingga Atlana memutuskan bicara dengan Edgar dan Robert. Dia berdiri lalu langkah pasti dan cepat itu tidak bisa ditahan Arthur yang ingin menyampaikan sesuatu.

"Robert ada yang tidak beres dalam diriku." Edgar bergerak cepat duduk di kursi sebelah Atlana. "Semenjak Pria itu pindah kesini aku merasa ada yang tidak beres. Dan semalam aku melihat pantulan diriku yang berbeda."

Bukan hanya Edgar yang bingung tetapi juga Robert. Pria yang mereka anggap sebagai ayah dan kepala keluarga itu bisa melihat ke masa depan tentang semua anggota keluarga klan-nya tetapi tidak dengan Atlana.

Robert memang sudah tahu kalau Atlana memiliki keistimewaan dari yang lain dan itu menyulitkan mereka khususnya diri Robert sendiri. Atlana juga tidak mudah untuk di kendalikan jika amarahnya memuncak. Edgar yang satu-satunya bisa membuat Atlana sedikit patuh, dan karena itu mereka bisa terus bersama hingga saat ini.

Atlana menggenggam tangan Robert kemudian berkata "ku mohon bantu aku. Ada sesuatu yang sangat menganggu ku belakangan ini."

"Maksud mu bagaimana?" Robert pelan-pelan meminta Atlana menceritakan semuanya.

"Pertama aku selalu mendengar seseorang berbisik terus menerus kepada ku, aku juga merasa ada yang mengamati ku belakangan ini. Dan yang terakhir, aku melihat pantulan diri ku di cermin dalam wujud yang berbeda."

Edgar dengan gerakan cepat mendekati Atlana, dia tahu kekasihnya ini kini sangat tertekan. "Atlana aku tidak bisa melihat apa yang terjadi kepada mu. Kau tahu bukan?"

Bersambung...