webnovel

4 :: Mirror ::

Atlana terkesiap, dia menjatuhkan kuas-nya lalu melihat kearah kanvas. Dia melukis wajah Edgar memang namun entah kenapa dibelakang tubuh Edgar ada lukisan percikan api yang dia buat. Lalu barusan suara apa ? Kenapa setelah kembali dari Transylvania pikirannya semakin kacau.

Atlana akhirnya memilih duduk didepan jendela kamarnya. Dia menekuk lutut dan memejamkan matanya, suara ranting pohon yang jatuh membuatnya kembali membuka mata. Tatapannya langsung tertuju pada Arkenio yang tersenyum misterius padanya.

Pria itu memakai kemeja biru dongker dengan kaos putih sebagai dalamannya. Wajah putih pucat dengan mata sebiru lautan itu membius Atlana untuk tetap memandangi Arkenio.

"Menyukai mata ku Atlana."

Atlana menarik napas saat suara Arkenio dia dengar, "Kau?" ucap Atlana dan Arkenio masih tersenyum. "Tidak mungkin!" Atlana berpikir Arkenio bukan manusia, namun nyatanya dia seolah mendengar detak jantung Arkenio. Atlana baru menunduk melihat kuku jemarinya lalu kembali menoleh ingin melihat Arkenio namun Pria itu sudah tidak ada ditempatnya tadi.

Atlana melompat dari jendela kamarnya, dia berjalan mendekati rumah Arkenio. Lalu jendela rumah itu terbuka. "Masuklah," ucap Arkenio dan terdengar suara pintu terbuka.

Atlana mencari pintu masuk rumah itu, perlahan langkah kakinya masuk kedalam rumah dan saat dia benar-benar sudah berada dirumah itu suasana rumah berubah sedemikian rupa, seperti sihir yang bermain Atlana merasa dia tidak berada di dalam rumah melainkan hutan yang sangat gelap. "Arkenio? Siapa kau sebenarnya?" Atlana berteriak karena merasa itu benar-benar hutan." Cobalah mengingatnya Atlana, karena sesungguhnya kau yang akan mengetahui semuanya."

"Apa mau mu? Dan kau siapa?"

"Seseorang membutuhkan mu Atlana. Tapi kau harus tahu siapa dirimu sesungguhnya." Atlana semakin bingung karena dia melihat Arkenio seperti berputar-putar disekitarnya.

"Ku mohon berusalaha Atlana."

***

Hutan yang begitu gelap seolah siap memakan Arkenio yang berdiri melihat hamparan hutan itu.

Black forest adalah tempat dimana para penyihir berkumpul, di hutan ini mereka bebas melakukan apapun. Namun sudah sepuluh tahun mereka kaum penyihir putih terpenjara. Penjara ketakutan mereka sendiri akan balas dendam sang penguasa kegelapan. Dulunya kaum penyihir sangat serakah, mereka tidak segan melakukan tipu daya untuk mencapai keinginan mereka.

Manusia biasa tidak akan bisa membedakan mereka hidup dengan orang normal atau kah seorang penyihir. Namun kakek buyut Arkenio yang bergaris keturunan putih berani menentang apa yang kaumnya sendiri lakukan. Para penyihir keturunan putih di yakini memiliki kekuatan yang sangat kuat dan harus dipatuhi. Tapi Noura penguasa yang terpilih saat itu tidak mau mendengarkan Kakek buyut, dia menentang hidup damai dan tunduk kepada kaum manusia. Baginya mereka harus berani mengakui diri sebagai penyihir, sedangkan hukum yang berlaku tidak seperti itu.

Hingga bangsa penyihir terpecah menjadi dua kubu. Legenda mengatakan seorang garis keturunan putih lah yang mampu mengurung Noura dan pengikutnya dan itu terbukti saat kelahiran Arkenio. Arkenio memiliki kekuatan dan keajaiban dalam kelahirannya. Saat dia berumur lima belas tahun, Noura berhasil dia kurung dalam sebuah tempat yang sangat terlarang di belahan bumi ini.

Namun Arkenio harus mematuhi takdir lainnya untuk benar-benar menghancurkan Noura. Yaitu membawa garis keturunan putih lainnya yang sudah terpilih, yaitu Atlana.

Ibu kandung Atlana adalah anak dari Kakek buyut Arkenio. Xaverya__adalah ibu kandung Atlana. Penyihir terkuat dari wanita kalangan klan penyihir putih. Namun bertahun-tahun lamanya Xaverya pergi dari hutan dan hidup dengan pria yang dia kenal lalu menikah.

Hubungan itu terlarang, karena Ayah Atlana adalah seorang vampir. Musuh utama kaum penyihir.

Arkenio harus membuat Atlana mengingat siapa diri wanita itu. Karena saat Atlana kecil, dia pernah diajarkan ilmu sihir dari Ibu nya. Tapi mungkin kenangan itu hilang saat Atlana beranjak dewasa. Atlana menganggap dirinya sebagai manusia, karena kedua orangtuanya tidak memberitahukan jati dirinya yang sesungguhnya.

Arkenio yang hidup lebih lama dari Atlana sudah mendengar semua kisah Xaverya dari Ayah dan Ibu nya. Mereka sangat menyayangkan karena Atlana lah yang terpilih.

Angin kencang membuat ranting-ranting pohon bergoyang kesana kemari, mata Arkenio melihat siapa yang datang. Ternyata itu adalah Freya, wanita yang diyakini para leluhur sebagai pengantinnya kelak, memimpin penyihir hutan black forest. "Hai Arken. Kau kembali?" Arkenio mengangguk dan Freya tersenyum.

"Kabut hitam semakin tebal, aku rasa sebentar lagi dia akan keluar. Apa kau sudah berhasil mengingatkan wanita itu?" Pertanyaan Freya membuat Arkenio muram. Surai hitamnya perlahan berubah panjang dan berwarna putih wujud asli dari Arkenio. "Kau mau kemana Arken? Vochlas memamggilmu. Dia tahu kau akan kesini, dia mengatakan dewan penyihir ingin bertemu dengan mu jadi kau harus menemui dia terlebih dulu." Arken tidak berbicara apapun pada Freya tubuhnya menyapu dedaunan yang gugur ditanah.

Sebuah portal terbuka saat Arkenio membaca mantra. Lalu pemandangan sebuah Desa yang indah memenuhi penglihatan Arkenio, dia menuju kediaman Vochlas ketua para penyihir di Black Forest.

Beberapa penyihir menatap kagum Arkenio.

"Arkenio kau sudah kembali?" Rumah dengan desain kayu yang menawan itu membuat kesan Pria tua yang menyukai seni terlihat.

"Ya Vouchlas. Ada yang ingin kau bicarakan denganku?" Vouchlas menepuk bahu Arkenio. "Duduklah dulu. Kita akan bicarakan perihal serius ini."

Vouchlas membawa masuk Arkenio ke dalam rumahnya lalu dia menekan sebuah tuas dan tempat mereka berubah dalam waktu sekejap. "Ada hal yang sangat serius sampai kau membawaku kesini?" Vouchlas tersenyum lalu sebuah mantra dia bacakan. Terlihat sebuah foto yang tidak dikenali Arkenio. "Dia klan penyihir dari Berlin. Dia melapor kepada dewan penyihir untuk memberikannya ijin ke luar Berlin. Dan kau tahu tujuannya? Dia ke London."

"Lalu maksudmu dia menguntit ku?" Vouchlas tertawa mendengar pernyataan Arkenio. "Kau tidak sebodoh itu bukan Arken. Jelas dia mengincar wanita itu. Dia yang terpilih." Arkenio diam dia tahu maksudnya. "Seluruh penyihir tahu kalau sihir Noura sangat kuat. Dia punya komplotan dimana-mana dan jika Noura menguasai tempat ini, maka klan penyihir putih akan musnah. Kehidupan manusia dengan makhluk seperti kita tidak akan lagi bisa seimbang."

"Kau tahu Arken. Tidak semua penyihir sama. Bahkan lebih banyak yang menginginkan berada di atas, dan mereka yang berpikir seperti itu adalah pendukung Noura yang masih bebas diluar sana."

"Bawa Freya bersamamu. Dia akan membantumu menjaga wanita itu. Kau tahu jika sampai Atlana itu didapatkan pendukung Nora, maka tamatlah semua ini. Usaha mu dan terutama kakek buyut kita akan sia-sia."

Vouchlas menghilang dan seketika Arkenio sudah berada air terjun Black Forest. Freya tersenyum di belakang Arkenio dia sudah mengucapkan mantra untuk mengubah penampilannya. "Bagaimana apa aku sudah terlihat tidak seperti penyihir?" Arkenio terkesiap, dia melihat surai panjang berwarna coklat dan pakaian Freya tidak lagi seperti para penyihir yang menggunakan jubah besar. Freya terlihat lebih trendy dan juga segar.

Tidak menjawab pertanyaan Freya Arkenio lebih memilih membaca mantranya dan berjalan tenang keluar hutan Black forest diikuti Freya dibelakangnya.

****

Atlana melihat wajahnya didepan cermin, berusaha mengingat apa yang dia lakukan kemarin di depan rumah Arkenio. Namun sia-sia, dia tidak mengingat apapun selain dia mengikuti pikirannya karena senyuman Arkenio.

"Atlana kau tidak ikut?" teriak May dari luar kamarnya. "Ah ya tentu! Aku akan segera menyusul." Atlana membuka pintu kamar dan berjalan kearah ruang tamu rumah itu. Malam ini mereka akan keluar bersama-sama menikmati carnaval yang sedang berlangsung di dekat rumah mereka. Semua sudah menunggunya dan mereka tersenyum saat Atlana tiba, senyuman Edgar yang paling Atlana sukai.

Saat Atlana dan Edgar menyentuh luar rumah Atlana terkejut karena dia melihat Arkenio berada di jendela depan rumah, Pria itu dengan rambut putih panjang. Dia terkejut, penglihatannya sebagai vampir tidak diragukan. "Atlana kau kenapa?"

"Pria itu," tunjuk Atlana ke rumah Arkenio yang berada didepan rumah mereka. "Rumah itu, Arkenio rambutnya. Aku melihat dia bukan seperti dia Ed." Apa yang dikatakan Atlana membuat semua keluarga melihat kearahnya.

"Aku tidak mencium bau tubuh manusia di sekitar kita Atlana dan tetangga kita itu sedang pergi, dia berpamitan dengan ku semalam," ujar Arthur.

"Maaf semua aku tidak bisa ikut ke carnaval." Atlana berbalik menuju rumah dengan tubuh bergetar.

Tbc