Sepulang sekolah.
Saat ini Cella dan Luna sedang menunggu jemputan mereka masing-masing di depan gerbang sekolah. Sebenarnya Reyga sudah sampai di depan sekolah Cella, tepatnya di seberang sekolah.
Tetapi Cella melarang Reyga untuk menghampirinya sekarang karena Luna masih ada di sampingnya.
"Jemputan lo masih lama Lun?" tanya Cella yang khawatir bahwa Reyga akan menunggunya terlalu lama.
"Paling bentar lagi kok Cel, kenapa emangnya?" ucap Luna bertanya kembali.
"Gapapa kok nanya aja, jemputan gue juga belum dateng," ucap Cella berpura-pura.
Selang beberapa menit, jemputan Luna sudah datang sehingga Cella bisa menghela napas lega.
"Cel gue duluan ya," ucap Luna dan dibalas anggukkan kepala oleh Cella.
Setelah mobil Luna sudah melaju cukup jauh, Cella pun menyeberang untuk menghampiri Reyga. Cella langsung masuk ke dalam mobil dan bisa bernapas lega.
"Hehe maaf ya kamu jadi nunggu lama," ucap Cella meringis kecil melihat ekspresi Reyga yang dingin.
"Hm," dehem Reyga dan mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan normal menuju rumah Cella.
"Kamu marah?" tanya Cella menatap Reyga takut.
"Iya," jawab Reyga berterus terang membuat Cella mengernyit bingung.
"Kamu marah gara-gara nunggu kelamaan?" tanya Cella dengan polosnya membuat Reyga menatap Cella sejenak.
"Kenapa kamu nggak mau temen kamu liat aku?" tanya Reyga langsung membuat Cella paham apa yang membuat Reyga marah saat ini.
"Masalah itu aku..., aku cuma belum siap aja ngenalin kamu ke temen aku. Apalagi aku juga nggak pernah cerita tentang kamu ke temen aku," ucap Cella.
"Tapi nanti pasti aku kenalin kok siapa juga yang nggak mau mamerin cowok ganteng kayak kamu," lanjut Cella membujuk Reyga dengan kata-kata manisnya.
Reyga mengerti apa maksud dari perkataan Cella. Hanya saja ia sedikit tidak senang karena berpikir bahwa Cella malu mengenalkan dirinya ke temannya.
Beberapa menit kemudian, mereka sudah sampai di rumah Cella.
"Aku masuk dulu ya," ucap Cella dan bersiap membuka pintu mobil namun tiba-tiba tangannya ditahan oleh Reyga.
Hal itu membuat Cella menatap Reyga dengan tatapan bingung.
"Jidat kamu kenapa?" tanya Reyga yang melihat dahi Cella terlihat sedikit kemerahan.
"Emang jidat aku kenapa?" tanya Cella balik dan mengaca di layar handphonenya.
"Perasaan ketabraknya kemarin, kenapa benjolnya baru sekarang," ucap Cella dalam hati.
"Tadi aku kejedot pintu iya," ucap Cella mengusap dahinya pelan sembari meringis kecil.
"Lain kali hati-hati," ucap Reyga. Tangannya beralih mengusap dahi Cella dengan lembut.
"Iya," ucap Cella patuh sembari menganggukkan kepalanya.
"Ya udah sana masuk," ucap Reyga dan Cella pun langsung keluar dari mobil Reyga.
Setelah melihat Cella masuk ke dalam rumah, Reyga mengambil handphonenya dan menelpon seseorang.
"Cari tau siapa yang ngikutin saya tadi."
---
Pukul 19.24, Reyga sudah sampai di rumah Cella dan saat ini tengah berbincang dengan Leo.
"Ma, papa ngobrol apaan sih sama Rey? Lama banget," tanya Cella yang sudah selesai membantu Dania menyiapkan makan malam.
"Paling lagi dikasih nasehat-nasehat sama papa kamu," jawab Dania terkekeh kecil.
Cella pun tertawa membayangkan bagaimana ekspresi Reyga saat ini.
Tak lama kemudian, datanglah Leo bersama Reyga menuju meja makan dan saling melempar candaan.
"Katanya papa mau ngasih pelajaran buat Rey. Tapi kenapa Rey malah keliatan bahagia gitu," batin Cella.
Mereka semua pun duduk dan mulai menikmati makan malam dengan tenang. Setelah selesai makan malam, mereka berkumpul duduk di ruang tamu.
"Oh iya Rey, gimana sekarang kabar kakek kamu? Sehat-sehat aja kan?" tanya Dania membuka obrolan.
"Iya tan sehat, cuma karena udah berumur jadi nggak bisa seproduktif dulu," jawab Reyga.
"Tante jadi keinget dulu kamu sering ngajarin Cella belajar. Dulu waktu kamu nggak ada, tante mau nyariin guru les buat Cella tapi Cellanya nggak mau," ucap Dania membuat Cella menahan malu.
"Katanya nggak mau kalau nggak sama kamu," lanjut Dania membuat Cella pasrah saja. Sementara Reyga tersenyum sangat puas.
"Ih mama enggak segitunya kali," ucap Cella mengelak.
"Papa juga masih inget dulu kamu sering nulis nama Reyga di buku-buku kamu," ucap Leo yang tiba-tiba bersuara ikut menggoda Cella.
Cella pun menutup wajahnya dengan kedua tangannya saking malunya.
"Tadi katanya kamu mau pulang kan Rey? Ayo aku anter," ucap Cella menahan malu dan berjalan menuju teras rumah.
Reyga tertawa kecil dan berpamitan dengan orang tua Cella. Setelah itu ia langsung menyusul Cella di teras rumah.
"Ehem kamu mau pulang kan, ya udah sana," ucap Cella tanpa menatap Reyga. Hal itu terlihat sangat menggemaskan di mata Reyga.
"Kamu sakit Cel?" tanya Reyga menbuat Cella otomatis menggelengkan kepalanya.
"Enggak," jawab Cella.
"Kok pipi kamu merah," ucap Reyga menahan senyumnya.
"Reyga udah ish aku malu," ucap Cella menutup wajahnya.
"Haha iya iya aku pulang ya," ucap Reyga. Ia menarik tangan Cella yang menutupi wajah Cella.
"Iya hati-hati," ucap Cella menganggukkan kepalanya.
"Nanti kalau butuh guru les bilang aku aja."
Keesokan harinya
"Cel ntar pulang sekolah anterin gue nyari sepatu ya," ucap Luna saat bel jam pelajaran pertama telah berbunyi.
"Siap," ucap Cella mengacungkan ibu jarinya.
"Selamat pagi," ucap Bu Jia saat memasuki kelas.
"Pagi bu."
"Hari ini kita akan membahas tentang tugas yang kemarin ya," ucap Bu Jia.
"Cella tolong ambilkan tugasnya di meja ibu ya," ucap Bu Jia membuat Cella mengangkat kepalanya.
"Iya bu," ucap Cella beranjak menuju ruang guru.
Cella sebenarnya sangat malas jika disuruh ke ruang guru karena harus melewati lapangan sekolah yang dimana banyak anak yang berolahraga.
Setelah sampai di ruang guru, Cella segera mengambil tumpukan buku di meja Bu Jia dan berjalan kembali menuju kelas.
Saat tengah berjalan melewati lapangan sekolah, tiba-tiba ada bola voli menggelinding ke arahnya.
"Cella tolong lempar sini bolanya," ucap Pak Yon guru olahraga yang tengah mengajar.
Cella pun menendang bola voli tersebut dengan kencang.
"CELLA ITU BOLA VOLI KENAPA DITENDANG?!" teriak Pak Yon yang melihat Cella dengan santainya menendang bola voli.
Sementara murid yang sedang berolahraga hanya tertawa kecil melihat Pak Yon berteriak kencang seperti tadi.
"MAAF PAK NGGAK SENGAJA," ucap Cella dan mempercepat langkahnya menuju kelas.
"Mampus gue. Untung gue nggak diajar sama Pak Yon," gumam Cella yang sudah kembali menormalkan langkahnya.
Cella akhirnya sampai di kelasnya dan bisa bernapas lega.
"Lo kenapa ngos-ngosan gitu Cel?" tanya Luna saat Cella sudah duduk di bangkunya. Cella bahkan dengan santainya meminum air walau ada guru di kelas.
"Lo mau tau nggak Lun," ucap Cella membuat Luna menganggukkan kepalanya.
"Sial banget gue Lun. Gara-gara nendang bola gue jadi bahan tawaan kelas 11."
to be continued...