webnovel

Pulang ke Rumah

Terik matahari membuatku gerah karena kepanasan. Kami pun pulang.

"Mommy kita pulang ke rumah kita?" tanya Clarisa.

"Yes. Kita pulang ke rumah kita," kataku.

Aditya menghentikan mobilnya di supermarket. Clarisa tak suka karena dia sudah lelah dan ingin langsung beristirahat. Aku membujuknya untuk bersabar. Karena kalau kita tidak berbelanja kita tidak makan nanti malam.

"Kamu mau makan apa nanti?" tanyaku pada Clarisa.

"Aku mau makan ayam goreng," sahut Clarisa yang masih cemberut.

Aku membeli bahan untuk memasak daging ayam. Sungguh harga di sini lebih mahal dari pada di pasar. Di pasar aku masih bisa untuk menawarnya, tapi di sini tidak. Tapi tidak ada pilihan lain memilih tempat karena Clarisa sudah tidak nyaman dan ingin segera pulang. Setelah membeli bahan-bahan masakan, kami pun pulang. Clarisa yang sudah tidak bisa menahan kantuknya akhirnya tidur di pangkuan Aditya, sedangkan aku membawa belanjaan.

"Sayang tolong bukakan bagasinya dong," pintaku.

"Seharusnya aku yang membawakan itu," ujar Aditya sambil membuka bagasi mobil.

"Tidak apa-apa, lagian ini tidak terlalu berat kok."

Setelah menyimpan belanjaan, aku meminta pada Aditya untuk memberikan Clarisa padaku, biar aku yang menggendongnya. Tetapi Clarisa sudah terlanjur nyaman berada dalam pangkuan ayahnya itu. Aku pun meminta kunci mobil pada Aditya.

"Memangnya kamu bisa bawa mobil? I don't think so," kata Aditya dengan mengejekku.

"Aku bisa loh bawa mobil, karena aku hanya beli motor jadi pada gak tahu kalau aku bisa bawa mobil."

Aditya tertawa, dia memberikan kunci mobilnya padaku. Sebenarnya aku memang sudah lama tidak membawa mobil. Aku menghela napas dalam-dalam lalu membuangnya. Kemudian aku membuka pintu mobilnya.

"Are you sure?" tanya Aditya begitu aku duduk di kursi pengemudi.

"Ya, I' m sure!" ujarku dengan begitu yakin.

Perlahan aku menjalankan mobilnya. Aditya tersenyum karena aku berhasil menjalankan mobil. Aku masih merasa tegang karena ini pertama kalinya membawa mobil dari sekian lamanya.

"Tenang sayang, relaks!" ujar Aditya.

"Iya aku tenang kok bawanya," sahutku.

"Mana ada tenang! Kamu tegang begitu bawa mobilnya."

"Enggak! Sudahlah diam, nanti Ica bangun marah lagi!"

Dia hanya tertawa kecil. Aku kembali fokus pada kemudi. Beberapa menit kemudian, kami pun sampai. Aditya membawa Clarisa ke kamarnya dan menidurkannya si sana. Aku pergi ke dapur untuk menyiapkan untuk makan nanti. Saat aku sedang memotong-motong tempe, Aditya datang dan bilang dia ingin membantuku.

"Aku sedang ingin memasak untukmu sayang ..."

"Baiklah, aku akan menemanimu saja di sini," ujar Aditya.

Beberapa saat kemudian, menu simpel ala Kayla sudah siap. Aditya membantuku menyiapkannya di meja makan. Aku meminta tolong padanya untuk mengambilkan nasinya. Dia pun melenggangkan kakinya.

"Sayang!" pekik Aditya.

"Apa? Bikin kaget saja," kataku.

"Kita mau makan apa? Lihat kamu lupa tidak menyentrikkan sakelarnya, ya gak bakal matang dong nasinya."

"Benarkah?" kataku tak percaya.

Aku menghampirinya dan melihat ternyata benar, aku lupa tidak menyalakan sakelarnya. Kami saling bertukar pandangan lalu tertawa. Aditya menyalakan sakelarnya.

"Astaga! Maaf ya sayang. Aku lupa," kataku.

"Ha-ha. Lauknya sudah matang malah nasinya yang belum ada."

"Aku pernah loh kejadian seperti ini dulu. Tapi dulu saat aku sedang bersekolah. Parah banget sih sampai aku enggak bisa makan siang."

"Tidak aku sangka akan kejadian seperti ini."

Kami pun mengobrol sembari menunggu nasi matang. Beberapa menit kemudian, Clarisa bangun dari tidurnya. Aku menyuruhnya untuk mandi terlebih dulu. Kemudian aku menyiapkan nasinya. Setelah Clarisa selesai mandi, kami pun makan bersama.

"Besok ke warung ya mom, dad," ujar Clarisa.

"Daddy harus bekerja, Ca," sahut Aditya.

"Tapi besok masih libur dad, biasanya daddy kerja kalau aku pun sekolah. Kalau aku libur sekolah juga daddy enggak kerja," kata Clarisa.

"Ca, daddy kerja besok. Kalau Ica mau ke warung sama mommy saja ya?" kataku.

Clarisa terdiam sejenak lalu dia mengangguk. Makan pun selesai. Aku mengajari Clarisa untuk membereskan makannya sendiri, supaya terbiasa nantinya. Setelah itu, kami menonton televisi bersama. Terdengar ponsel Aditya berdering. Aku ikut melihat siapa yang meneleponnya. Ternyata Fikram. Dia menggeserkan tombol hijau lalu menempelkannya di telinga.

"Masukan pada jadwalku. Aku akan melihatnya sendiri nanti. Beritahu Bayu untuk jadwalku besok," ujar Aditya.

Aku enggak tahu dia sedang membicarakan apa. Teleponnya ditutup lalu menyimpan ponselnya kembali. Aku melihat ke arahnya. Dia menatap televisi tetapi pikirannya sedang tidak di sini. Aku ingin bertanya padanya tentang apa yang tadi dia bicarakan dengan Fikram. Tapi aku lebih baik diam saja dulu, toh nanti dia akan menceritakannya juga padaku.

"Besok aku kerja di kantor, dan kamu tidak perlu mengantarkan makanan," ujar Aditya.

"Loh, kenapa?"

"Aku ada urusan di luar saat siang jadi kamu tidak perlu ke kantor."

Aku hanya mengangguk paham. Tidak terasa hari begitu cepat berlalu. Langit sudah berubah menjadi gelap. Aku menyuruh Clarisa untuk tidur kembali. Menemani Clarisa tidur, lalu aku menunggalkannya. Karena sekarang Clarisa sudah memiliki kamarnya sendiri. Aku kembali ke kamarku. Duduk di ranjang lalu memeluk Aditya dati samping.

"Are you okay?" tanyaku.

"I don't know. Aku lelah memikirkan pekerjaan," ujarnya.

Aku melepaskan pelukanku, lalu membenarkan posisi dudukku dengan meluruskan kaki. Aku menyuruh Aditya untuk merebahkan dirinya dengan pahaku yang jadi bantalannya. Dia mulai bercerita dengan tangan yang sibuk di dadaku.

"Fikram tadi memberitahu kalau ada kecurangan dari Yudha. Aku tidak memperhatikannya sampai sedetail itu jadi aku tidak menyadarinya. Dan besok aku harus keluar untuk membicarakan itu. Ada saja orang yang curang."

"Iya, ya. Ada saja orang yang curang."

Aditya bangun dari rebahnya. Dia pun mengajakku untuk tidur. Begitu cepat, Aditya begitu memelukku, dia langsung tertidur. Aku tidak mengerti permasalahannya yang ada di kantor. Tapi aku harus mengetahuinya untuk referensi komikku. Siapa tahu kisahnya bisa di tulis di ceritaku. Setelah bermonolog, aku pun terlelap.

Keesokan harinya. Kali ini aku tidak lupa untuk menyalakan sakelarnya. Makanan pun siap. Kami makan bersama. Aditya seperti biasa sudah memakai kemeja kantornya.

"Mommy kita jadi kan ke warung?" tanya Clarisa.

"Ya, sayang. Nanti agak siang ya? Mommy harus beres-beres dulu," kataku.

"Oke mom," katanya yang disertai dengan tangan yang menandakan oke.

Aku tersenyum dan menyuruhnya untuk menghabiskan makanannya. Tak lama kemudian Aditya selesai makannya dan berpamitan padaku begitu juga dengan Clarisa. Dia pun pergi.

"Mom, kenapa daddy tidak ikut saja?"

"Dia harus bekerja sayang, kalau tidak bekerja bagaimana kita bisa makan? Karena semua bahannya kita harus membelinya."

"Oke."

Clarisa pergi membersihkan piringnya sendiri. Dia bersiap untuk pergi ke rumahku. Sedangkan aku harus membereskan tempat makanan tadi.