webnovel

MY LAST DEAR

Bagaimana jika kalian sudah menemukan kehidupan baru bersama seseorang yang menjadi separuh jiwa kalian dan pada saat itu seseorang di masa lalu kembali memintamu menjadi orang terakhir untuknya memulai dari awal kisah yang dulu sempat hancur dan sirna, kembali membuatmu menjadi seseorang yang begitu di inginkannya seolah ia datang membawa kembali harapan yang dulu sempat hancur berantakan. Seperti itulah posisi Resha Adriana sekarang ketika ia sudah mulai melupakan Reno Meraldy sang mantan kekasih yang mencampakkannya begitu saja "dulu" dan kini ia bertemu seseorang yang baru seseorang yang begitu membuatnya menjadi wanita spesial seorang CEO sekaligus pemilik saham terbesar RD GROUPS Davin Regardi. Akankah kisah cinta mereka berakhir bahagia? Ataukah ia akan kembali bersama sang mantan kekasih? who is know?

Rosiana_S · Teen
Not enough ratings
6 Chs

Maaf !

"Resha diculik" ungkapnya pada Reno yang sebelumnya juga menatapnya sekilas ketika Davin menyebutkan nama Resha.

"APA?" Reno begitu kaget mendengar itu

"Gue minta bantuan loe untuk lacak lokasi akurat ini" kata Davin sambil membuka ponselnya.

Reno mengangguk dan meraih laptopnya. Davinpun mengirim lokasi yang dikirimkan Aldo baru saja ke ponselnya.

Keduanya terlihat berkutat sebentar dengan benda-benda itu.

"Aku harus pergi sekarang"

Reno mengangguk "Gue bakal kerahin orang-orang gue buat kesana, kabarin gue kalau ada apa-apa !"

Davin mengangguk dan berlalu dari ruangan itu. Ia mencoba menelfon Edgard sambil berjalan tergesa.

"Resha diculik, ambil alih semua kontrol cctv disekitar lokasi yang gue kirim" katanya begitu telfon diangkat.

"..."

"Gue harus kesana sekarang. Gue tutup"

Ia memasukkan ponselnya ke saku celananya dan memasuki mobilnya.

Davin melajukan mobilnya dengan mengikuti lokasi yang dikirimkan Aldo berulang kali ia berdecak kesal karena ia harus terjebak kemacetan. Pikirannya hanya penuh dengan Resha, Resha dan Resha. Ia belum bisa tenang jika ia belum melihat gadis itu.

Maaf.

♡♡♡

Resha melajukan mobil menuju keapartemennya ia memilih jalur yang agak sepi karna jika ia lewat jalur utama sudah dipastikan gimana macetnya karena sekarang adalah jam pulang kantor. Ia melirik spion terlihat hanya beberapa mobil dibelakangnya. Sampai ditikungan Resha membelokkan mobilnya namun mobil dibelakangnya itu malah menikungnya terlalu rapat sehingga menyebabkan gesekan antara dua mobil itu dan membuat Resha menginjak remnya tiba-tiba.

Mobil itu tepat berhenti di depan mobilnya dan keluar dua orang laki-laki dari mobil itu lalu mendekati mobilnya.

Salah satu dari mereka mengetuk kaca mobil Resha dan mengisyaratkannya untuk keluar. Resha mengembuskan nafas kasar kemudian keluar.

"Tak bisakah anda lebih berhati-hati dalam mengendarai mobil ?" Tanya Resha datar jujur saja ia kesal dengan tingkah dua orang itu yang terlihat angkuh dapat dilihat dari gayanya tadi.

"Apa ini salahku, ? kau yang seharusnya tidak belok mendadak" bentak pria yang mengetuk pintu mobilnya.

"Saya sudah menyalakan lampu sent lebih awal seharusnya anda yang lebih berhati-hati !"

Kedua pria itu hanya terkekeh seolah mengejek.

"Kau harus tanggung jawab !" Bentak pria yang satunya

"Itu bukan kesalahan saya dan saya tidak akan bertanggung jawab" kata Resha lalu membuka pintu mobilnya namun di tutup oleh salah satu dari mereka sementara pria yang lain meraih kerahnya kasar.

"Kalau kau tak mau bertanggung jawab kau harus ikut bersama kami !" Bisiknya.

Resha menampik tangan pria itu "Tak akan pernah "

"Kau melawanku ?" Tanya pria dengan berkacak pinggang.

"Saya tidak merasa ini kesalahan saya, dan jika anda masih meminta ganti rugi silahkan datang ke kantor saya, saya tidak punya waktu untuk berbicara disini." Kata Resha sambil membuka pintu mobilnya lalu menyerahkan sebuah kartu nama pada pria itu.

"Kita tidak membutuhkan itu brengsek !" Bentak pria itu sambil melayangkan tangannya kepipi kanan Resha membuat gadis itu jatuh karena kekuatan pemuda itu lebih kuat.

Kepalanya sedikit pusing dengan pukulan itu sampai pria itu meraih kedua kerahnya kasar agar ia berdiri namun akhirnya semuanya.

Gelap.

♡♡♡

Aldo baru saja keluar dari cafe ia juga sempat melihat mobil Resha yang baru saja berlalu di depannya. Setelah melambaikan tangan iapun juga memasuki mobilnya. Ia melajukan mobilnya menuju apartement pribadinya ia menempuh jalur yang sama dengan yang Resha lewati ia sedikit menengok kebelokan kirinya sampai ia melihat seseorang yang tak lain adalah Resha yang terlihat tengah berbincang dengan dua orang pria.

Aldo mengerutkan keningnya,

Kenapa dia disana?

Iapun sedikit menepikan mobilnya dan hendak keluar dari mobil untuk menanyakan apa yang terjadi. Namun belum sempat pintu terbuka terlihat gadis itu ditampar dan diseret ke mobil laki-laki itu begitu saja. Seketika Aldo menegang, mobil itu langsung berjalan begitu memasukkan Resha kedalam mobil.

Aldo tak lagi berfikir panjang langsung menginjak gasnya mengikuti mobil itu. Ia rasa ada yang tidak beres. Ia mencoba menelpon Edgard tapi baterai ponselnya mati.

Sial.

Ia harus mengcharger ponselnya terlebih dahulu. Dan konsentrasi ke jalanan mengikuti mobil itu.

Aldo mengernyitkan keningnya begitu menghentikan mobilnya disalah satu gang kampung yang cukup sepi ia mengamati mobil yang membawa Resha dari spion mobil kanannya. Terlihat salah satu dari pria itu membopong Resha memasuki bangunan rumah tua itu.

Aldopun keluar dari mobilnya dan berjalan mengendap ke arah rumah tua itu. Ada beberapa orang bertubuh tegap disana iapun berinisiatif untuk masuk lewat pintu belakang.

Gimanapun caranya ia harus bisa masuk kedalam.

Aldo bersembunyi dibalik pintu belakang ia bisa melihat orang-orang itu membawa Resha ke rooftop. Ia mengikuti mereka dari jarak yang cukup jauh karena keadaan yang remang-remang jadi menguntungkannya untuk bersembunyi diantara benda-benda bekas yang ada di tiap koridor rumah itu.

Siapa sebenarnya mereka ?

Aldo memicingkan matanya melihat dua orang pria yang kini telah keluar dari pintu yang menghubungkan ke rooftop.

Terlihat mereka tersenyum sementara salah satu dari mereka menimang-nimang kunci pintu itu.

"Boss pasti puas dengan hasil kerja kita" kata salah satu mereka sambil berjalan menuruni tangga tanpa menyadari kehadiran Aldo di ujung koridor pertama.

Jadi mereka orang suruhan. Tapi siapa yang menyuruh mereka ?

Setelah memastikan kedua pria itu jauh dari tempat mereka ia segera menuju pintu menuju rooftop. Ia tak punya pilihan lain selain mendobraknya. Dan...

Brakkk...

 

Pintu terbuka agak mudah karena usia pintu yang sepertinya sudah tua. Aldopun langsung berlari keatas dan melihat Resha terikat tak berdaya di sana mulutnya dilakban. Tanpa berfikir iapun langsung menghampirinya dan melepaskan ikatannya. Gadis itupun membuka matanya begitu ikatan itu terlepas. Ia memang sempat kehilangan kesadarannya beberapa saat lalu karna pukulan dari salah satu pria yang menculiknya.

"Aldo?" Pekiknya begitu Aldo membuka lakban di mulutnya.

"Resha. Loe gak papa kan? " tanya Aldo

Resha mengangguk, masih mencoba mengembalikan alam sadarnya.

"Gue akan telfon Davin" kata Aldo lalu meraih ponsel disakunya.

"..."

"Gue udah nemuin Resha, sekarang dia sama gue, pastikan loe bawa orang-orang loe"

"..."

"Gue tunggu"

Sambungan telephone terputus ia sebelumnya memang sempat menelpon Davin begitu ia sampai didepan bangunan tua itu.

"Gimana?" Tanya Resha terlihat raut ketakutan dari wajah cantiknya.

"Dia akan segera kemari sekarang kita harus cari cara untuk turun dari sini tanpa diketahui oleh berandal itu." Kata Aldo

Reshapun mengangguk lalu berjalan mengikuti Aldo menuju kepintu keluar namun tiba-tiba terdengar riuh orang-orang yang menaiki tangga sepertinya suara pintu yang tadi didobrak Aldo terdengar oleh orang-orang itu.

Resha dan Aldopun berbalik namun sayang orang-orang itu sudah sampai diatas dan mengepung mereka. Ada sekitar 10 orang disan

"Kalian tak cukup pintar untuk kabur dari sini" kata salah satu dari mereka.

Aldo berdiri didepan Resha, ia hanya berusaha melindungi kekasih sahabat sekaligus bossnya itu. Sementara Resha sedikit melirik ke bawah gedung, tubuhnya menegang melihat seorang wanita yang begitu dikenalinya keluar dari mobil diikuti dua orang pengawal dibelakangnya.

Aldo yang menyadari Resha yang terdiam sedikit menoleh kearah pandang Resha. Sama halnya dengan Resha pria itupun ikut kaget dengan apa yang dilihatnya kini.

Jadi dia.

Sayangnya kesempatan itu digunakan oleh salah satu orang-orang itu untuk menarik Resha.

"Shitt" Aldo mengumpat begitu Resha ditarik paksa oleh orang itu. Ia dengan sigap mengeluarkan pistol dari sakunya. Seenggaknya mungkin itu akan menjadi senjata terakhir untuk menyelamatkan Resha.

"Lepaskan dia atau peluru ini akan bersemayam di kepala kalian !" Tegas Aldo sambil mengangkat pistolnya.

"Sekali kau melepaskan peluru itu, apa kau juga sudi jika leher gadis cantik ini aku penggal ?" kata orang yang menahan Resha ia membawa pisau lipat yang diarahkan ke leher Resha.

Aldo bingung. Ia tak punya pilihan lain selain hanya mengulur waktu sebelum Davin dan anak buahnya sampai.

"Siapa yang menyuruh kalian?" Tanyanya

"Aku rasa kau sudah melihatnya tadi sekarang lebih baik simpan pistolmu atau gadis ini tamat" jawabnya.

"LEPASKAN DIA" Teriak seorang pria yang datang dengan beberapa orang ke rooftop.

Sontak para penculik itu berbalik. Terlihat Davin menodongkan pistolnya dan beberapa orang sudah menahan anak buah penculik itu.

"Dave" lirih Resha begitu melihat siapa pria itu.

Davin menatap Resha sendu ada kerinduan dan kekhawatiran dari sorot matanya. Meski wajahnya terlihat tenang tapi sarat akan ketakutan melihat gadisnya dalam bahaya.

Resha maafkan aku.

"Ahh kenapa jadi ramai seperti ini?" Ucap penculik itu

"Lepaskan dia, jangan pernah berurusan dengannya" kata Davin tegas

"Urusanku bukan denganmu. Jadi kau tak perlu repot-repot datang kesini"

"Kalau begitu kau harus bersiap peluru ini bersarang di tubuhmu"

Pria itu terkekeh pelan, "Baiklah, tapi kau juga harus ikhlas jika aku sedikit menggores pisauku ini di tubuh gadis ini" katanya sambil menempelkan pisau itu ke leher Resha yang membuat gadis itu benar-benar ketakutan dan mendeteksi airmatanya.

Davin yang melihat itu seolah mencelos. Siapa yang bisa melihat wanita yang begitu dicintainya berada dalam bahaya seperti itu.

Davin meletakkan pistolnya ke lantai "Ok, gue akan menuruti kemauan kalian asal kau lepaskan dia"

Penculik itu tersenyum licik. Dan...

"Dav..."

Davin menegang tak percaya begitu darah mengucur deras dari perut Resha.

"BRENGSEKKKK" Pria itu langsung mengambil pistolnya dan menembakkan kearah pria yang menusuk Resha.

Ia membabi buta memukuli siapapun yang ada didepannya diikuti orang-orangnya termasuk Aldo yang masih tak percaya pria itu benar-benar akan nekat melukai Resha.

Mata Davin menyorotkan kemarahan sesungguhnya bahkan ia mengabaikan lukanya ketika ada orang yang memukulnya. Ia akan memukulnya lebih dari itu.

Sementara Resha yang tergeletak menatap Davin tengah dipukul preman itu. Ia ingin menahannya tapi tubuhnya seperti kehilangan kekuatan untuk berdiri saja ia tak mampu.

Mulutnya terbuka hendak menyebut nama pria sebelum semuanya

Gelap.