webnovel

My Identity Secret Story [MISS]

Refki adalah seorang remaja laki-laki yang mengalami kecelakaan hebat yang membuat tubuhnya hancur. Tetapi begitu dia terbangun, ia melihat dirinya sudah berubah menjadi perempuan. Ia ditolong oleh seorang laki-laki bernama Zien. Bagaimana nasib dan kisah Refki setelah berubah menjadi perempuan? Genre: Transgender(LGBT+), Romance, Comedy, Slice of Life, Supranatural

Fryzz_Na · LGBT+
Not enough ratings
22 Chs

8. Kuliah Di Kampus Baru

- Chapter 8 -

Aku memasuki kampus bersama dengan Zien. Ada beberapa orang menatap kami, meskipun banyak juga yang cuek seperti tidak peduli dan sibuk dengan urusannya masing-masing. Banyak mahasiswa yang juga terlihat tampan dan cantik di kampus ini, bahkan melebihi di kampusku dulu. Juga pakaian mereka terlihat bagus, elegant, bahkan seperti dari merek mahal. Banyak juga yang berwajah Asia Timur, blasteran, kebulean, bahkan orang bule asli dan negara luar negri lainnya. Memanglah seperti kampus golongan swasta elit yang mungkin termasuk Internasional. Sedangkan kampusku dulu lebih seperti kampus swasta golongan biasa. Tapi kalau diperhatikan lagi, sebenarnya muka Zien juga seperti ada penggabungan wajah Indonesia keturunan Chinese dan juga ada sedikit kebuleannya.

Aku diantarkan Zien menuju ke fakultasku di bagian gedung yang waktu itu. Gedung ini terdapat lima bagian gedung. Empat bagian gedung dengan satu gedung utama yang paling besar di tengah. Fakultas Komunikasi terdapat di gedung samping barat gedung utama, atau disebut gedung B. Selain Fakultas Komunikasi, di gedung ini juga bersama dengan Fakultas Komputer di bagian gedung lantai bawahnya, dan Fakultas Desain di bagian gedung lantai atasnya dari Fakultasku.

Aku pun memasuki kelas mata kuliah pertamaku. Disana terlihat sudah ada beberapa mahasiswa yang duduk di bangku kuliah dan beberapa diantaranya sedang mengobrol dengan teman-teman mereka. Lalu saat aku masuk, ada beberapa mahasiswa yang menatapku. Membuatku sedikit merasa gugup saat memasuki kelas pertamaku.

"Aku tinggal dulu. Kalau ada apa-apa, telfon atau kirim saja pesan padaku" ujar Zien sambil menunjukkan dan agak sedikit menggoyangkan hp nya di tangan kanannya.

"Oke" ucapku. Lalu aku memasuki kelas itu. Zien pun pergi meninggalkan kelasku, dan menuju ke fakultasnya di gedung utama. Aku duduk di salah satu bangku yang masih kosong di barisan tengah agak belakang.

"Wahh.. Aku baru pertama kali melihatmu disini kayaknya" ucap salah satu perempuan, yang duduk di sebelah kananku. "Mahasiswa baru?" tanyanya. Seorang cewek berambut coklat pendek sebahu yang lurus, dengan mata sipit dan senyuman manis yang imut.

"Mahasiswa Baru mah MaBa keles. Mungkin mahasiswi pindahan?" ucap perempuan di sebelah orang yang bertanya tadi. Dia berambut hitam kecoklatan panjang dengan ombre biru-ungu yang dicatok bergelombang pada bagian bawahnya. Ia menggunakan make-up yang lumayan dan gayanya yang stylish.

"Ah iya itu maksudku. Thanks Viraa" ucap perempuan itu pada orang di sebelahnya. "Namamu siapa? Kenalin aku Yura" ujarnya sambil menyodorkan tangan kanannya untuk jabatan berkenalan denganku.

"Iya. Mahasiswa pindahan" jawabku. Aku pun mengulurkan tangan kananku untuk menjabat tangannya sambil tersenyum. "Gua Re–Ehm Frenia" ujarku. ((Hampir keceplosan)) ucap batinku sedikit panik.

"Refrenia?" tanya perempuan bernama Yura itu ulang. "Ohh pindahan ya, pindahan darimana?" tanyanya penasaran.

"Frenia maksudnya" ucapku membenarkan. ((Mampus gua)) ujar batinku. "Luar kota"

"Kenalin, gue Viranda Arilia Zevanya. Panggil aja Vira" ujar cewek di sebelah Yura, sambil mengulurkan tangan kanannya ke arahku dengan jarinya yang lentik dan juga kukunya yang dicat dengan warna biru muda dan ungu. "Nama lengkap lo siapa?"

Aku pun membalas jabatan tangannya. "Nama lengkap gua Frenia.. Dhiftarina Yamaki" jawabku.

"Wah. Ada keturunan Jepang berarti?!" tanya Yura bersemangat.

"Gatau" jawabku. "..Mungkin ada turunan kakek moyang? Tapi gua..eh gue lahir di Indonesia sih" jawabku dengan sedikit melirik ke samping kanan sekilas saat berbicara.

"Ohh. Aku juga ada keturunan Jepang soalnya" ucap Yura tersenyum. "Berarti kita sesama ada turunan Jepang juga yaa?" ujarnya senang.

"Bukannya lo turunan China?" tanya Vira kepada Yura sambil jari telunjuknya menunjuknya, dan sedikit mengangkat alisnya.

"Aku emang ada keturunan China dan Jepang. Nama lengkapku kan Yura Lin Hanazawa" ucap Yura.

((Wow ada yang keturunan Jepang beneran disini..)) ucap batinku. ((Mampus gua kalo ditanya bahasa Jepang sama sekali kagak bisa bahasa Jepang cok! Untung gua tadi jawab gatau dan lahir di Indonesia aja)) batinku panik lalu lega. ((Emang lahir di Indonesia sih))

"Eh eh ada cewek baru pertama liat gua kayaknya. Kenalan dong" ujar cowok yang duduk di bangku belakangku, lalu ia menyodorkan tangan kanannya ke depan, di samping kananku. "Kenalin, gua Fery. Lengkapnya Fery Fery Handsome" ucapnya dengan senyuman pede.

Aku pun menoleh dan menjabat tangan kanannya. "Frenia" ucapku dengan senyum tipis singkat.

"Gua kayaknya masih belom ada kontak lo deh. Bagi nomor wa nya dong" ujar Fery tersenyum sambil menyodorkan hp nya kepadaku.

"Yehh. Sok ganteng! Jangan modus lo, liat cewe baru cakepan dan bening dikit aja langsung dahh" ujar Vira meledek kepada cowok itu.

"Yee sirik aja lo Vir. Bilang aja pengen gua deketin juga kan? Ye kan?" ujarnya sambil menaikturunkan alisnya dengan senyuman jail ke Vira.

"Pede banget lo!" ujar Vira. "Sorry gak level gue orang kek lo. Gue doyanannya cowok macam Taehyung atau Jungkook baru gua mau" ucapnya sambil menggerakan tangan kirinya seperti gerakan 'you're not my level'.

"Ye dasar doyannya yang plastik! Mending yang natural kek gua nih. Asli dijamin 100% Ori bikinan pabrik crotan orangtua" ujar Fery meledek.

Karena aku yang sekarang ini sebagian besar tubuhku adalah hasil dari operasi plastik.. ((..Gua justru yang merasa tersindir)) ucap batinku sweatdrop.

"Dih mereka bukan plastik tau! Gak semua artis atau idol kpop itu oplas ya. Ada juga yang masih asli emang cakep!!" ujar Vira sebagai fans kpop tak mau terima idolanya dibilang plastik.

Yura tertawa. "Udah udah sabar aja Vir" ucapnya. "Untung kalo cowok Jepang rata-rata cakepnya natural" senyumnya bangga.

"Heh lo kok jadi ngebanding!!" ucap kesal Vira sambil menunjuk Yura. "Bilang aja mau rasis!!"

"Hanya jujur. Tapi tetep, cakepan yang 2D sih. Cowok anime lebih keren" ujar Yura seperti senyuman bersemangat.

"Mending yang real lah, daripada gambar! Setidaknya bias gue orangnya nyata walau tak bisa dimiliki karena ia terlalu jauh di Korea sana. Sedangkan gue cuma bisa memandang foto-fotonya dan videonya, dan cuma bisa melihat dari bawah panggung itupun kalo mereka konser ke Indonesia" ujar Vira dengan ekspresi seakan sedih mengharapkan.

"Heleh. Tetep aja lu berdua halu doyannya yang nggak mungkin didapet. Mending yang real nyata bisa dijangkau bahkan disentuh dan dipegang langsung nih kayak gua" ujar Fery pede sambil tangan kanannya menepuk dekat bahu kirinya sendiri.

"Ogah. Gue mendingan ngehalu ya daripada sama yang modelannya kek elo. Gue terlalu cakep untuk orang kayak lo" ujar Vira pede.

"Yee. Cakepan juga Yura. Cantiknya lebih natural nggak kebanyakan make-up kayak lu Vir" ledek Fery. "Ya nggak, Yur?" ujarnya senyum yang menampilkan gigi ke arah Yura dan menaikan alisnya. "Eh tapi si Frenia juga cantik!!" senyumnya lalu menatap ke arahku.

Aku hanya melirik sekilas ke arah Fery. Tidak ingin menanggapi. Kuakui kedua gadis di sebelah kananku ini mereka berdua memang cantik, dengan gaya yang berbeda. Dan kecantikan mereka memang asli perempuan. Sedangkan aku.. Jadi-jadian.

"Gue kan emang influencer make-up! Jadi ya gue harus sering make-up dan selalu tampil cetar membahana mempesona kapan pun dan dimana pun juga lah! Yang penting gue dasarnya emang udah cantik, makanya banyak yang ngefans dan ngefollow. Termasuk elo, fans gue juga kann. Ngaku aja deh" ucap Vira ke Fery dengan ekspresi pede dan membanggakan dirinya sendiri.

Mereka pun masih terus ribut berdebat, sampai akhirnya dosen pun datang. Dan pelajaran mata kuliah ini pun dimulai. Mereka akhirnya mengakhiri perdebatan dan fokus ke pelajaran, meskipun kadang masih mengobrol dan berdebat di tengah kelas perkuliahan. Sampai sampai ditegur dosen.

Begitu kelas selesai. Ada beberapa anak kelas juga yang ingin berkenalan denganku, dan beberapa orang perempuan dan laki-laki menghampiriku untuk berkenalan. Walaupun ada juga yang cuek saja, karena tak tau, tak kenal, atau tak peduli jika ternyata ada mahasiswa pindahan baru.

"Ke kantin bareng yuk! Lo mau ikut kantin bareng nggak, Fren?" ajak Vira kepadaku. Beberapa rombongan anak cewek pun juga mengajakku ke kantin bareng bersama mereka.

"Boleh" ujarku. Ngomong-ngomong aku juga belum sempat ke kantin waktu mampir ke kampus ini pada waktu itu. Sekaligus penasaran kantinnya gimana dan ada makanan apa aja di kantin kampus ini. Aku beserta rombongan beberapa cewek-cewek lain pun menuju ke kantin.

Begitu sampai di kantin yang berada di lokasi lantai bawah gedung utama bagian belakang, suasana kantinnya terlihat seperti foodcourt yang berada di dalam mall. Ruang kantin bagian tengah berisi lumayan banyak meja dengan kursi-kursi. Dan ada beberapa tempat jualan makanan berada di sekitaran samping mengitari bagian tengah meja-meja makan tersebut dengan nama tempat makan masing-masing. Aku pun melihat-lihat ada makanan apa saja yang berada di wilayah itu.

"Lo mau makan apa, Fren?" tanya Vira begitu aku sedang melihat-lihat makanan.

"Aa.. Gatau bingung" ucapku yang masih melihat nama-nama tempat makanan yang ada disana. "Lu sendiri mau makan apa?" tanyaku menoleh ke Vira.

"Gue.. Keknya pengen Topokki aja. Sama minum Red Velvet" ujar Vira. "Kalo lo mau makan apa Yur?" tanya nya ke Yura.

"Ramen aja kali ya.. Eh atau Sushi Salmon Mentai deh. Atau.. Dua-duanya aja kali ya?" ujar Yura seperti berpikir mau pesan yang mana. "Minumnya Matcha Latte aja"

((Buseh ini kampus juga jualan makanan nya serasa di mall yak)) ujar batinku. Dan memang ketika aku melihat menu makannnya di beberapa tempat makan yang kulewati.. Rata-rata makanan-makanannya lumayan enak dan mahal untuk dompet mahasiswa. Untungnya tadi dikasih uang jajan oleh Zien.

Aku masih melihat-lihat makanan. Lalu aku melihat ada jualan Bakso. "Ee.. Gua Bakso aja deh" ujarku. Aku menuju tempat jual Bakso untuk melihat menunya. Ada beberapa pilihan menu juga, tapi aku langsung memesan bakso keju begitu melihat ada bakso keju. Setelah selesai membeli makanan ke tempat jual makanannya masing-masing. Aku pun membeli minuman Thai Tea, bersama dengan yang lainnya di tempat jualan minuman.

Setelah itu kami pun mencari tempat duduk yang masih kosong. "Mana nih tempat yang kosong? Ada nggak nih?" tanya Vira melihat-lihat ke arah meja bangku yang kira-kira masih kosong. "Pada udah penuh semua keknya"

Setelah melihat-lihat beberapa lama. Akhirnya Yura melihat ada meja dengan bangku yang kosong. "Ah disitu kosong!!" tunjuknya dengan tangan kiri sambil memengang minuman Matcha Latte nya. "Ayo buruan kesana sebelum diisi orang lain!!" ajaknya yang segera berjalan menuju ke meja itu. Kami pun mengikuti.

Kami duduk di meja itu bersama. Kami ada 6 orang. Aku, Vira, Yura, dan tiga cewek lainnya yaitu, Milda seorang cewek berhijab stylish dengan aksesoris yang lumayan banyak ia pakai. Leia cewek berambut sepundak yang di cat cokelat kepirangan, dan Rizty cewek berambut hitam panjang dengan gaya tomboy tetapi juga masih ada kesan agak girly nya.

((Gua serasa cowok sendiri ngumpul diantara rombongan cewek-cewek cantik. Apalagi dulu juga gua nggak biasa ngumpul bareng rombongan yang isinya cewek semua. Tapi karena gua sekarang udah menjadi cewek juga, jadi.. Nikmati sajalah mumpung jadi cewek bisa nongkrong bareng cewek-cewek. Mayan)) ujar batinku. Aku pun ingin memakan baksoku, tapi..

"Wait wait wait, sebelum dimakan foto dulu lah makanannya!" ucap Milda sambil memfoto makanannya, bersama makanan dan minuman pesanan kami di atas meja. "Sekalian untuk upload ig dan dibikin konten" ujarnya.

"Daripada makanan doang, mending kita aja yang foto dulu biar ngeksis" ucap Vira sampil mengangkat hp nya dan memfoto selfie ke arah kami berenam. "Yuk girls. Cheessse" ucapnya tersenyum sambil tangannya bergaya pose dua jari di samping wajahnya. Diikuti yang lain yang tersenyum dan berpose dalam foto. Ia pun memotret beberapa kali jepretan dengan beberapa pose lain sebelum makan.

Aku hanya ikut tersenyum dengan ragu ke arah kamera bersama mereka ketika berfoto-foto. ((Buseh mau makan aja banyak amet ancang-ancangnya nih cewek-cewek)) ujar batinku. Akhirnya aku pun bisa memakan baksoku.

"Wah hasilnya baguss" ucap Vira sambil melihat ke foto-foto di hp nya. "Ntar gue upload" ujarnya.

"Bagi fotonya dong Vir!" ujar Leia yang melihat ke hp Vira sambil memegangi hp nya sendiri. "Gue juga mau upload"

"Oke ntar gue kirimin" ujar Vira ke Leia sambil tangan kirinya membentuk tanda 'ok'. "Ehiya Fren, IG lo apa? Bagi akunnya dong, biar bisa gue tag ke elo nanti" ia pun menyodorkan hp nya ke arah depanku untuk mengetikkan nama akunku di pencarian instagramnya.

"..." Aku memiliki IG, tetapi ig akun asliku yaitu akunku sebagai Refki. Aku belum membuat ig untuk menjadi sosok Frenia. "Gua gak ada ig" ucapku.

"Masa sih lo gak punya IG? Zaman sekarang belom punya IG??" tanya Vira mengangkat alis kepadaku. "Atau lo maenannya tiktok?"

"Gua punya sih dulu ig. Cuma akunnya udah gak gua maenin, dan lupa username email passwordnya apa" jawabku berbohong. "Gua gak maenan tiktok" kalo yang ini jujur.

"Yah.. Padahal gue penasaran ig lo juga pengen follow-followan" ujar Leia kepadaku. "Ehiya gengs. Nanti masih pada ada kelas lagi nggak?" tanya nya yang kemudian meminum Strawberry Milkshake nya.

"Gue sih enggak. Gatau yang lain" jawab Vira. Yura dan Rizty pun menggeleng. Aku pun ikut menggeleng karena memang tidak ada kelas.

"Gue gak ada juga sih kayaknya. Kenapa? Mau jalan-jalan abis ini?" tanya Milda kepada Leia sambil tangan kanannya memegang garpu dengan potongan makanan daging yang menancap di garpunya.

"Wah pada sesama nggak ada kelas berarti?" ujar Leia senang. "Maen ke kosan gue yuk kalo gitu. Tapi kalo pada mau jalan-jalan juga hayok" ucapnya. "Sekalian gue juga pengen ajak Frenia karena masih baru pindah. Belum pernah kan mampir ke kosan gue? Ke kosan gue yukk" ajaknya tersenyum padaku.

"Boleh" ucap Rizty. "Sekalian gua pengen numpang tidur di kosan lo Lei" ujarnya yang kemudian menggigit kebabnya.

"Lo mah emang sering numpang tidur di kosan gue, Riz" ledek Leia ke Rizty. "Gimana? Pada mau nggak? Atau pada mau jalan-jalan?" tanya nya ke yang lain.

"Aku sih bebas aja" jawab Yura. "Pada maunya gimana?" tanya nya ke yang lain.

"Yaudah ke kosan lo dulu aja Le. Nanti abis dari kosan lo baru kita hang-out bareng" jawab Vira.

"Boleh tuh Vir! Gue lebih pengen jalan-jalan sih sebenernya, sekalian ngevlog. Tapi gue ngikut aja kalo pada mau kekosan dulu" jawab Milda.

"Oke gengs" ucap Leia sambil mengacungkan jempol. "Lo gimana jadi mau ikut juga nggak ke kosan gue, Fren?" tanya Leia ke arahku.

"Boleh. Kosan lu campuran kan?" tanyaku sembari menyuap bakso.

"Khusus cewek" jawab Leia. "Cowok nggak boleh masuk kosan gue" jelasnya.

Aku yang makan bakso pun hampir keselek "Ohok-" aku meminum Thai Tea ku. Aku sudah biasa masuk ke kosan temen kuliah dulu, campuran ataupun khusus cowok. Tapi belum pernah masuk kosan yang khusus untuk cewek. Agak ragu awalnya karena aku bukan asli cewek. Tapi karena penasaran mumpung udah jadi 'cewek' "Gua ngikut aja" jawabku.

"Oke. Abis ini ke kosan gue yaa" ujar Leia, lalu melanjutkan makannya.

Aku pun melanjutkan makan baksoku. Seketika aku teringat Zien. Sepertinya aku harus memberitau dan mengabarinya dulu kalau aku ingin ke kosan agar dia tau dan tidak bingung mencariku kemana nanti karena tidak ada di kampus. Tapi ketika aku ingin menghubungi Zien, malah ia yang sudah menghubungiku duluan. Aku pun mengangkat telfonnya.

["Halo. Dimana?"] tanya Zien dari telfonnya.

"Kantin" jawabku. "Lu dimana?" tanyaku.

["Kantin yang di area mana? Gedung utama?"] tanya Zien kembali. ["Aku di gedung utama. Tadinya aku ingin mengunjungimu menuju ke gedung B. Masih di kantin?"] ucapnya.

"Iya kayaknya deh" jawabku. "Ehiya btw gua mau mampir ke kosan temen dulu yak" ujarku. "Masih. Lu mau nyamperin ke kantin? Tapi gua sama yang lain udah mau jalan ke kosan abis ini"

["Temen baru di jurusanmu? Kosan siapa? Cewek atau cowok?"] tanya Zien.

"Cewek. Namanya Leia. Katanya kosan 'khusus cewek' tapi" ujarku sweatdrop sendiri ketika mengatakan 'khusus cewek'.

["Oh.."] Zien terdiam sejenak. ["Yaudah gapapa kalo gitu"] ucapnya kemudian menyetujui.

"Jadi gapapa nih?" tanyaku.

["Kalo cewek nggakpapa. Kalau laki-laki, tidak akan kuizinkan"] ucap Zien.

"Lah kok gitu?!" tanyaku heran.

["Karena wujudmu sekarang perempuan, jadi mereka hanya akan menganggapmu perempuan atau cewek juga. Jadi aku tidak terlalu khawatir. Kalau laki-laki, ada kemungkinan kau diapa-apain oleh mereka karena mereka melihatmu sebagai perempuan bukan laki-laki"] jawab Zien.

"Dih! ..Tapi iya juga sih.." ucapku merasa hopeless karena tubuhku yang sekarang perempuan. Karena jadinya sekarang aku malah tidak bisa kalau mampir ke kosan yang khusus cowok. "Oke. Gua ke kosan ya. Lu nanti masih ada kelas?" tanyaku yang lalu meminum thai tea ku.

["Iya ada kelas lagi abis ini. Hati-hati kalau gitu. Kabari aku kalau sudah selesai darisana. Nanti aku juga mengabarimu jika sudah selesai kelas"] ucap Zien.

"Oke. Bye" ucapku. Aku pun mematikan telfonnya karena sudah diizinkan oleh Zien.

"Ciee siapa tuh yang telfon?" tanya Vira penasaran.

"Temen gua" jawabku sambil memasukan hp ku kembali ke dalam tas.

"Oalahh" ucap Vira. "Kirain pacar gituu" ledek jail Vira.

"Kagaklah! Eh–" ucapku seketika teringat bahwa aku harus pura-pura jadi pacar Zien. ((Sialan. Gua lupa! Berarti gua harus ngakuin dia sebagai 'pacar' gua dong)) ucapku ingin menangis tanpa air mata dalam batin.

"Eh nya kenapa tuhh?" ledek Vira ke arahku.

"Yaudah yuk kita jalan ke kosan gue" ujar Leia yang sudah menghabiskan makan pasta nya. Ia pun berdiri dari bangku nya.

Yang lain setelah selesai menghabiskan makan pun ikut berdiri. Aku pun yang sudah menghabiskan makanan dan minumanku ikut berdiri dan jalan bersama mereka. Kami pun pergi ke kosan Leia.

To be Continued..