webnovel

My Identity Secret Story [MISS]

Refki adalah seorang remaja laki-laki yang mengalami kecelakaan hebat yang membuat tubuhnya hancur. Tetapi begitu dia terbangun, ia melihat dirinya sudah berubah menjadi perempuan. Ia ditolong oleh seorang laki-laki bernama Zien. Bagaimana nasib dan kisah Refki setelah berubah menjadi perempuan? Genre: Transgender(LGBT+), Romance, Comedy, Slice of Life, Supranatural

Fryzz_Na · LGBT+
Not enough ratings
22 Chs

10. Membahas Suatu Kasus

- Chapter 10 -

"Zien.. Kalo misalkan nanti ada yang tau identitas gua, atau misalnya identitas gua ketauan gimana?" tanyaku ragu.

"Hm?" ujar Zien sambil menyetir mobil. "Tergantung. Kalau orang itu tidak berniat buruk, mungkin tidak masalah. Tapi kalau ia mengumbarkan atau berniat buruk padamu.. Katakan saja padaku. Aku yang akan mengadapi orang itu jika perlu" ujarnya.

"Begitu.." ujarku. Aku tidak tau apakah Leia berniat buruk atau tidak. Tapi menurutku dia orang yang baik. Semoga aja ia memegang ucapannya untuk tidak membocorkan soal rahasia tentangku.

"Kenapa?" tanyanya menoleh padaku. "Tenang saja. Kau kupastikan akan aman" ujar Zien sambil tiba-tiba tangan kirinya mengelus atas kepalaku meski tangan kanannya sambil menyetir.

Aku terdiam sejenak karena terkejut saat Zien mengelus kepalaku. "Woy inget gua aslinya bukan cewek!" ucapku melepaskan tangan Zien dari atas kepalaku. "Semoga aja" ucapku.

Tak lama kemudian kami pun sampai di rumah. Aku segera melepas sepatu lalu naik ke lantai atas dan masuk ke kamarku. "Ah leganyaa" ujarku sambil merebahkan diriku di atas kasur.

Aku terdiam sambil memikirkan ucapan Leia tadi. Bagaimana bisa ia melihat masa lalu ku? Lalu apasaja yang dia lihat selain kecelakaan dan masalaluku yang dulunya cowok? Apa dia juga melihat hal-hal lainnya tentangku di masa lalu selain soal itu? Aku bertanya-tanya dalam benakku.

"Baru juga hari pertama kuliah di kampus, tapi udah ada satu orang yang mengetahui identitas gua. Gimana nanti kedepannya?" gumamku berfikir. "Semoga nggak ada lagi oranglain yang tau soal ini selain Leia dan Zien dahh" harapanku. Aku tidak ingin masa kuliahku ini harus dihujat karena ketauan publik tentang identitasku yang Transgender.

Aku menghembuskan nafas. "Hah.. Dahlah. Mending gua mandi, makan, tidur" ucapku. Aku pun membangunkan diri dari kasur dan mengambil handuk, lalu masuk kamar mandi.

Besoknya, aku kembali berangkat ke kampus bersama Zien untuk berkuliah di kampus. Aku masuk kelas jam 10.30. Kali ini aku sepertinya tidak sekelas dengan Vira dan Yura, tapi kulihat aku sekelas dengan Leia dan Rizty.

"Frenia!!" panggil Leia ke arahku. "Sini!! Duduk sebelah gue!!" ucapnya sambil menunjuk bangku kosong yang ada di sebelah kanannya. Sedangkan di sebelah kirinya sudah ada Rizty yang duduk. Rizty hanya tersenyum padaku. Aku pun menghampiri mereka dan duduk di sebelah Leia.

"Fren fren nanti ada kelas lagi nggak? Kalo nggak ada mau mampir ke kosan gue lagi nggak?" tanya Leia menghadap ke arahku.

"Ada sih, tapi dapetnya jam sore" ucapku. Karena waktu daftar jadwal, mata kuliah jam siang sudah penuh. Jadi terpaksa harus menunggu lama jam kosong selama siang hingga sore. "Mm" aku berfikir agak ragu karena Leia sudah mengetahui identitasku, tapi "Boleh" jawabku.

"Sama dong, gue juga kelasnya nanti sore! Okee. Kalo gitu berarti nanti sembari nunggu kelas, ke kosan gue dulu aja. Barengan Rizty jugaa" ajak Leia padaku. "Lo bawa motor nggak? Kalo enggak berarti naik motor bareng bertigaan aja sama Rizty"

"Berarti kita naik motor bertiga nih?" tanya Rizty ke Leia.

"Iya kita naik bertiga aja" ucap Leia menoleh ke Rizty.

"Wait wait wait! Kita naik motor bertiga ke kosan lu nya Lei?!" tanyaku terkejut.

Leia mengangguk. "Rizty kan bawa motor, daripada jalan kaki. Atau lo bawa motor juga?" ucapnya.

"Iya gua naik motor, sekalian dari kampus ke kosan Leia nya naik motor" ucap Rizty. "Jadi mau naik bertiga aja nih kita? Atau lo mau jalan kaki?" tanya Rizty ke arahku.

((Berarti gua cengtri sama cewek-cewek ya?)) ujar batinku agak sweatdrop. ((Gapapa deh. Nambah pengalaman baru)) senyum dalam batinku. "Naik bertiga aja" jawabku.

"Hey. Anak baru ya?" tanya orang yang duduk di sebelah kananku. "Kenalan dong, namanya siapa?" ucapnya sambil mengulurkan tangan kanannya, ia adalah seorang cowok dengan rambut kecoklatan dan senyuman manis.

Aku menoleh. "Frenia" jawabku sambil menjabat tangannya sekilas. "Lu?"

"Gue Alvan" senyumnya. "Pindahan darimana?" tanyanya dengan nada sopan.

"Dari luar kota.. Em.. Bandung" jawabku. Karena aku dan Zien sepakat ceritanya aku pura-pura pindahan dari Bandung. Padahal aslinya dari Jakarta.

"Ohh lo dari Bandung juga ternyata? Sama dong berarti!!" ucap Leia semangat. "Gue juga dari Bandung. Makanya gue ngekos" ujarnya.

"Oh.." Aku terdiam sejenak. ((Leia bisa melihat masa lalu gua kemarin. Tapi apa dia nggak bisa ngeliat lokasi tempat masa lalu gua tinggal juga?)) tanya batinku. Karena sejujurnya aku bahkan tidak pernah tinggal di Bandung. Hanya pernah liburan menginap.

"Oh. Emang karena pindah bareng keluarga kesini? Atau disini ngerantau ngekos juga kayak si Leia?" tanya Alvan padaku.

"Enggak sih. Gua tinggal bareng.. Kenalan gua" jawabku agak ragu untuk menyebut Zien sebagai 'pacar' ku.

"Oh, ada kenalan di Tangsel? Temen?" tanya Alvan lagi.

"Oh? Jadi ini kampusnya masuknya lokasinya di Tangsel? Gua kira masih di Jaksel" ucapku baru tau. "Eem.. Bukan temen sih. Tapi.." aku ingin menjawab tapi ragu. "Pa..pa-car gua" jawabku pelan.

"Oh.." ucap Alvan. "Yah.. Udah punya pacar ternyata" ujarnya pelan agak menunduk seperti kehilangan harapan. "Eh.. Lo tinggal serumah sama pacar?!!" tanya Alvan terkejut sambil menatapku.

"Ohhh. Pacar lo yang kemaren jemput itu ya??" ucap Leia. "Lo tinggal bareng sama dia?! Ciee" ucap Leia dengan senyuman miring meledek.

Aku hanya mengangguk dengan ragu dan malu. ((Kok rasanya malah ada yang aneh..)) ujar batinku.

"Wah berarti pasti udah pernah..." ujar Alvan agak pelan. "Oke.. Maaf" ujarnya kemudian agak menunduk sambil menoleh ke depan.

Sedangkan Leia berucap "Wah.. Berarti jangan-jangan kalian.." dengan ekspresi senyuman kaget dan seperti mencurigakan sambil menutup mulutnya dengan sebelah tangannya. "Ahh.. I see.." senyum meledeknya.

"Kagaklah anjirr!! Kagak gitu-gituan!!" ucapku. ((Sial. Malah jadi bikin orang salah paham!! Lagipula gua nggak homo!!)) ucap batinku karena sepertinya aku tau maksud pikiran Leia. Apalagi ia sudah mengetahui tentang identitasku.

"Tinggal serumah?" ucap Rizty pelan. "Lei kalo gua tinggal bareng di kosan lo gimana?" tanya Rizty kemudian menatap ke Leia.

Leia menoleh ke Rizty. "Rumah lo kan masih nggak terlalu jauh dari kampus" ujarnya. "Silakan aja sih kalo mau. Asalkan bayar kosannya patungan" ucapnya tersenyum.

"Kalo gitu.. Daripada ngekos, lo mending tinggal di rumah gua aja. Kan lumayan daripada bayar kosan mahal" ucap Rizty.

"Boleh sih.. Tapi nggak enak gue sama keluarga lo. Jadi mending gue ngekos aja" ucap Leia tersenyum manis ke Rizty.

Rizty melirik ke kiri bawah. "..Oke" ujarnya. Kemudian ia kembali menatap depan.

Aku mendengar percakapan Leia dan Rizty. ((Kenapa tuh Rizty?)) tanya batinku heran. Sampai akhirnya dosen pun datang dan kelas pun dimulai.

Setelah selesai kelas. Aku, Leia, dan Rizty jajan di kantin. Kami pun duduk bertiga untuk makan. Aku membeli nasi goreng dan juga cappuccino. Leia dan Rizty sesama membeli roti tetapi dengan isian yang berbeda. Leia isi keju-cokelat, Rizty isi daging ayam. Dan mereka sesama membeli minum es teh.

Kemudian ada dua orang yang menghampiri untuk duduk bersama kami. Mereka adalah anak sejurusan yang sekelas juga dengan kami tadi. Cewek tinggi berparas kebulean dengan rambut panjang coklat kepirangan. Dan yang satu lagi cewek berwajah manis dengan kulit sawo matang agak gelap dengan rambut hitam agak bergelombang.

"Ey ey ey kita nimbrung duduk bareng sini juga yaa" ujar orang yang berparas kebulean itu melambaikan tangannya sambil membawa mangkuk mie ayam. "Gak ada tempat kosong. Mumpung ada yang gue kenal ternyata disini" kemudian ia duduk di bangku sebelahku.

Sedangkan yang berkulit agak gelap hanya membeli minuman jus alpukat. "Kalian ada kelas jam berapa?" tanyanya sambil ikut duduk di sebelah cewek kebulean itu.

"Hallo Selina.. Rantii" sapa Leia. "Kita bertiga pada nanti ada kelas lagi jam sore. Kalian?" tanyanya.

"Kita entar siang ini ada kelas lagi" ujar cewek kebulean itu. "Ey.. Siapa nama lo?" tanyanya sambil menoleh kepadaku.

"Frenia" jawabku melihat cewek cantik kebulean itu yang duduk di sebelahku. ((Gila. Cantik banget muka blasteran bule!)) ujar batinku.

"Baru liat gue kayaknya. Tapi mungkin kita emang belum pernah sekelas kali ya? Gue juga nggak apal banget muka anak-anak jurusan juga sih kecuali yang sering gue liat muka mukanya" ucap Selina sambil ada pergerakan tangan kirinya saat berbicara.

"Frenia emang baru pindah kesini. Jadi emang kalian belum pernah ketemu kok" ucap Leia. "Kenalin Fren. Ini si Selina" ia menunjuk ke cewek berparas kebulean itu. "Dan yang ini namanya Ranti" sambil menunjuk cewek yang kulitnya agak gelap. "Kenalin, ini namanya Frenia. Baru pindah semester ini dia" ujarnya sambil menunjukku untuk memperkenalkan diriku ke mereka.

"Hallo" ujar Ranti yang menengok ke arahku sambil melambaikan sebelah tangannya. "Salam kenal" ucapnya ramah.

Aku pun balas tersenyum ke arah mereka. "Hallo. Salam kenal juga" jawabku ke Ranti.

"Ohh gitu. Pantes pantes" ujar Selina agak mengangguk-anggukan kepala ke arah Leia. "Ey btw guys. Udah denger berita terbaru belom? Katanya ada kasus di kampus ini" ujarnya yang membuka topik suatu kasus.

"Kasus apa tuh?" tanya Leia penasaran. Aku pun ikut penasaran.

"Katanya ada anak yang ilang dari kampus ini. Jurusan lain sih.. Tapi gue lupa dari jurusan apa. Katanya dia udah sebulanan lebih nggak pulang-pulang ke rumah. Dihubungin keluarga dan temen-temennya pun juga nggak bisa" ujar Selina.

"Oh ya? Cewek atau cowok?" tanya Rizty menatap Selina.

"Em.. Cewek kalo nggak salah" jawab Selina mengingat. "Terakhir katanya sih.. Dia lagi jalan-jalan liburan sama temennya, tapi setelah itu orangnya nggak pulang-pulang" ujarnya.

Aku menoleh ke Selina "Udah ditanyain sama temen-temennya yang pergi bareng sama orang itu?" tanyaku yang kemudian menyedot minumanku.

"Udah. Dan kata temen-temennya yang waktu itu pergi bareng, mereka juga gaktau orang itu tiba-tiba ilang kemana. Dihubungin pun juga nggak bisa" jelas Selina.

"Mereka emangnya pergi jalan-jalan kemana?" tanyaku penasaran.

"Katanya sih ke puncak atau daerah Bogor gitu lah ya. Nginep di Villa gitu. Tapi tiba-tiba si orang itu pergi ngilang gak tau kemana. Mungkin dia masuk ke hutan trus ilang di deket Villa? Jadinya karena nggak ketemu jadi mereka balik dan ninggalin dia pulang duluan kali.. Mungkin" ucap Selina menebak-nebak.

"Nama orang itu siapa?" tanya Leia menatap Selina.

"Maka itu, gue juga nggak tau siapa namanya dan dari jurusan apa" ujar Selina menjawab pertanyaan Leia. "Yah tapi bodo amet sih gue juga nggak kenal ini. Cuma karena katanya anaknya dari kampus ini aja, gue juga jadi penasaran siapa orangnya" ujarnya seperti tak terlalu peduli tapi juga penasaran. "Cuma, ini juga bisa diangkat jadi bahan untuk ngulik berita kasus baru di kampus ini" pikir Selina.

"Masih ada barang bawaan yang sempat dia pakai disana nggak yang dibawa balik sama temen-temennya? Kalau masih ada benda yang ia pakai pas pergi kesana. Mungkin masih ada clue yang bisa gue liat moment kejadiannya sebelum orang itu ilang atau dia pergi kemana" ucap Leia.

Tangan kanan Rizty lalu menepuk sebelah pundak kiri Leia "Lei.." ucapnya. Rizty hanya menggeleng pelan.

Leia lalu menoleh menatap Rizty. Kemudian ia hanya mengangguk. Seperti mereka berbicara dalam sebuah isyarat sesuatu.

"Untungnya bukan anak dari jurusan kita ya. Kalo iya, Leia mungkin bisa coba caritau kebenaran dan mecahin kasusnya. Lo kan bisa ngeliat kejadian kilasan masa lalu dari benda yang lo sentuh kan?" tanya Ranti ke arah Leia.

Leia mengangguk. "Tapi cuma kilasan aja. Nggak semuanya bisa gue liat" jawabnya. "Cuma ada potensi, gue bisa liat suatu moment yang waktunya paling deket dengan kejadian dibanding yang temponya jauh" jawabnya.

((Oh gua ngerti sekarang.. Berarti dia belum tentu ngeliat masalalu gua lebih jauh lagi? Dan juga.. Pantes dia gatau lokasi gua tinggal aslinya dimana, karena kejadian kecelakaan itu kan terjadi di jalan tol sekitar daerah Jawa Tengah)) ucap batinku paham. "Benda doang? Kalo orang?" tanyaku. Karena kemarin ia bilang, ia juga bisa melihat kilasan masa lalu orang yang dia sentuh.

"Bisa juga" jawab Leia. "Tapi.." Leia lalu menoleh ke Rizty sekilas. "Kalo benda lebih mudah dilihat karena bersifat diam. Dan benda kadang menyimpan kenangan atau suatu moment berharga dari suasana, bahkan keberadaan benda itu sendiri. Kalo manusia lebih complicated untuk dibaca, tapi.. Lebih akurat jika ingin membaca kisah masa lalu tentang seseorang, terutama ngeliat dari sudut pandang orang tersebut yang dialami" jelasnya.

Aku mengangguk paham. "Oh. Pantes aja.." gumamku pelan.

"Kalo gitu coba baca masalalu gue Le" ujar Selina sambil menyodorkan tangan kirinya. "Eh tapi jangan deh. Gue malu kalo ketauan hal-hal tentang gue yang taunya aib atau privacy yang gamau gue tunjukin ke oranglain tapi jadi ketauan sama lo" ucapnya sambil menarik kembali tangannya dengan agak mengepalnya ke dalam dekapannya.

"Pft. Santai aja. Kalo lo mau gue baca masa lalunya boleh aja kok. Tapi kalo lo pengen gue rahasiain dan gak ketauan sama yang lain. Cukup pas kita lagi berdua aja, atau kalo mau lo dateng aja ke kosan gue kapan-kapan" ujar Leia.

"Kapan-kapan deh ya gue maen ke kosan lo. Tau sendiri jadwal gue padet, nggak sempet ada waktu kalo buat maen ke kosan temen. Lagipula kalo mau, paling emang nongkrong aja sekalian di luar. Lebih enak juga nongski nongski di luar daripada cuman sekedar di dalem kosan doang" ucap Selina.

"Sel sel. Mending lo cepetan deh makannya. Bentar lagi kelas kita masuk nih" ucap Ranti mengingatkan sambil melihat jam di hp nya.

"Ah iya. Bentar lagi kelas kita masuk ya? Yah padahal gue masih pengen ngobrol dan ngegibah" ujar Selina bete. "Mana kelas kita sama Leia beda kelas lagi, kan gue masih pengen lanjut bahasnya" ucapnya. Ia pun segera memakan mie ayamnya dengan lahap.

"Yaudah kita lanjut ngobrol aja nanti pan kapan Sel" ucap Leia tersenyum.

"Okedeh" Selina pun menghabiskan mie ayamnya. "Yaudah kita caw ke kelas duluan ya. Byee semuaa" ucapnya yang kemudian berdiri. "Ayo Ran. Kita Run!" ucap Selina mengajak Ranti untuk ikut ke kelas.

Ranti yang sudah menghabiskan minumnya dari tadi pun berdiri "Oke dadahh" ucap Ranti ke kami bertiga setelah berdiri dari duduknya. Ia pun pergi bersama Selina berjalan cepat meninggalkan kantin untuk menuju ke arah kelasnya di gedung sebelah.

"Lei.. Lo berniat pengen nyari tau soal kasus itu?" tanya Rizty kemudian setelah melihat mereka berdua pergi.

Leia mengangkat bahu sekilas. "Entahlah" jawabnya. "Kalo orang itu anak jurusan kita atau yang gue kenal mungkin bakal gue cari tau. Tapi kalo enggak, mungkin sebaiknya gue nggak usah nyaritau atau ikut campur. Kecuali gue dibutuhkan dalam hal ini" ucapnya.

"Baguslah kalo gitu. Gausah ikut terlibat kalo nggak ada hubungannya" ucap Rizty sambil menghadap depan dan menggigit roti nya.

Aku penasaran dengan perkataan mereka berdua. "Emangnya kenapa tuh?" tanyaku.

Leia tersenyum tipis ke arahku. "Nanti lo juga bakal tau kok" ucapnya. "Atau kalo lo mau tau lebih lanjut, mending kita bahas nanti pas lagi di kosan gue aja"

To be continued..