webnovel

My Husband is not Gay

Lelah melihat kelakuan Antonio yang sangat brandal, terikat obat-obatan dan sampai melakukan hubungan dengan sesama jenis, membuat tuan Dennis mencarikannya seorang istri. Perempuan yang di pilih adalah Tya. Anak salah satu orang kepercayaannya yang mencoba korupsi dengan perusahaan milik tuan Dennis. Ia memberikan sebauh timbal balik pada Tya, jika gadis itu mau menikah dengan putranya, maka ayahnya, Adam Joetama akan di bebaskan dari penjara atas kasus korupsi tersebut. Demi membantu sang ayah, akhirnya dia menerima tawaran tersebut. Berlandaskan dendam kemarahan pada keluarga Frederick yang di anggap Tya tidak adil dengan kasus ayahnya. Tya bertekad akan membuat Antonio Frederick jatuh cinta padanya. Dan setelah itu, akan dia permainan cinta pria tersebut. Meski sangat mustahil karena pria itu punya mental seksual menyimpang. Namun Tya yang cantik selalu berusaha mengejar cinta itu. Perlahan, hidup bersama. Membuat Tya takut, kalau hatinya berkhianat dan malah terbalik jatuh cinta pada Antonio. Akankah Tya bisa bertahan dan tidak jatuh cinta pada Antonio? Atau justru keduanya terikat bersama dalam sebuah rasa yang tidak seharusnya ada?

KN_Author · Urban
Not enough ratings
127 Chs

Pertama Kali Jalan-jalan dengan Pria

Katakanlah Tya jomblo akut, dia tidak akan marah. Paling-paling dia hanya akan mengamuk saja.

Ayolah, dia bukan jomblo ngenes. Dia itu jomblo happy.

Tapi sungguh, ini memang kali pertama dalam hidup Tya jalan-jalan dengan pria. Apalagi pria tampan seperti Antonio.

Benar, Antonio sangat tampan. Tya menyadari itu sejak pertama kali melihat wajahnya. Tapi baru dalam mobil berdua begini menyadari kalau Antonio punya iris wajah orang Italia. Wajah tegas Antonio sempurna. Tapi sayangnya sudah terpahat di pandangan Tya kalau Antonio menyebalkan.

Meski memakai setelan pakaian rapi dengan kemeja putih tanpa jas. Tidak seperti biasanya yang urakan bak preman.

Ia melirik kecil pada wajah Antonio yang terlihat kesal. Ya, pria ini habis marah-marah karena kopi yang membakar mulutnya.

Sebelum berangkat tadi, Tya sudah mendapatkan semburan khutbah jum'at Antonio yang panjang kali lebar sama dengan tinggi. Yang tentu saja intonasinya nyaring dan membuat dadanya cenat-cenut ketakutan.

Ia bersumpah akan pikir-pikir lagi kalau mau membuat serigala ini menggonggong.

Tapi Tya puas dengan ulah otak nakalnya. Rasanya ingin tertawa sekeras-kerasnya mentertawakan tuan Arogant yang menyeruput kopi panas dengan sensasi rasa asinnya itu.

"Kita mau kemana?" tanya Tya iseng bertanya. Dia tau Antonio marah, tapi sepertinya masih bisa di ajak bicara.

"Hotel"

"What?!!"

Wajah Tya tegang, histeris dengan kata hotel. Baiklah, sekarang imajinasinya kemana-kemana. Haruskah ia memaknai kalimat itu dengan khayalan dalam otaknya???

"Kenapa?" tanya Antonio dengan alis menaut dengan ekspresi Tya.

"Aku tidak mau!" tolak Tya cepat.

Enak saja mengajaknya ke hotel. Hiuh! Dia tidak semurahan itu. "Turunkan aku di sini!" tegas Tya

Antonio melepas pedal gas dan menekan rem. Tapi dia tidak membuka kunci pintu mobil. Antonio memiringkan posisi menatap pada Tya. Lama dia memandang Tya.

"Heh?! Kenapa kamu liat-liat begitu?!"

Dengan cepat Tya melindungi diri dengan dua tangannya.

Mata Antonio memicing pada Tya.

Tya benar-benar panik. Ia hendak membuka pintu mobil tapi tidak bisa. Matanya membulat kian lebar. Rasanya ingin berterika-teriak. Ia berbalik pada Antonio.

"Buka mobilnya! Kamu jangan macam-macam ya!" teriak Tya. Ia panik menengok ke berbagai arah mencari pertolongan.

"Kita ke hotel menemui Daddy-ku." Suara pelan dan dingin ditengah ke panikan Tya.

Sontak saja Tya terdiam. Jadi Antonio tidak mengajaknya ke hotel untuk 'itu'?

Wajah Tya mengerut malu. Pria itu menyalakan mesin mobil saat melihat Tya yang sudah tenang. Ia kembali menjalankan mobil.

Hey?! Apa dia habis mempermalukan diri sendiri? Apa barusan dia kepedean?

Sikap Antonio tenang dan santai saja. Pria itu tidak banyak berekspresi sepanjang jalan. Sementara Tya rasanya kikuk setelah ucapan Antonio barusan dan sikap tidak santainya.

Tak sampai 20 menit mereka sampai di hotel tempat mereka akan bertemu dengan tuan Dennis.

Tya keluar begitu Antonio keluar. Ia berjalan gugup di samping Antonio. Saat berjalan masuk, Tya agak gugup apalagi harus berdampingan begini.

Maklumi saja efek jomblo yang terlalu lama. Bawaannya kalau jalan dengan laki-laki itu, gimana gitu.

Sepanjang jalan sampai melewati lift, rasanya dia panas dingin. Sampai di lantai tujuan mereka, Antonio mengajaknya ke restoran hotel.

Oke, mungkin bukan mengajak, melainkan dirinya yang mengekori Antonio. Tanpa suara pria itu.

Kadang Tya heran, apa Antonio masih kepanasan dengan kopi tadi sampai-sampai malas bicara begitu?

Mungkin bisa jadi. Bisa saja lidahnya terbakar dan saat ini ada banyak sariawan di lidah pria itu. Oh, Baiklah. Nanti saja tertawanya.

Saat masuk ke restoran hotel, di salah satu meja, pria yang akan mereka temui ada di sana.

Mereka di sambut, dan beberapa kali berbasa-basi. Tuan Dennis kemudian langsung membicarakan inti pertemuan mereka.

Yang tentu saja membahas soal pernikahan Antonio dan Tya.

Dua mempelai yang terpaksa ini iya saja dengan semu rencana tuan Dennis. Toh semua sudah di bentuk mau bagaimana lagi.

"Aku sudah bicara pada ayahmu, Tya," kata tuan Dennis setelah di membahas soal pesta pernikahan.

"Aku akan pastikan ayahmu bebas sebelum akad nikah. Jadi kau bisa tenang."

Tya tidak bisa bicara apa-apa. Tapi sungguh, dia gugup mengingat ayahnya. Kira-kira apa yang di pikiran ayah nya dan bagaimana respon nya saat tau kalau Tya menerima tawaran Tuan Dennis.

Sejak awal ayahnya sama sekali tidak tau tentang tawaran ini. Mungkinkah beliau kecewa? Atau justru senang karena dengan ini beliau akan bebas?

Tak sengaja Tya menghela nafas.menarik perhatian tuan Arogant di sampingnya ini.

Sejak tadi yang Antonio lakukan hanya diam dan berkata jika sekali-sekali Tuan Dennis bertanya. Sama sekali tidak tampak menyukai pertemuan ini.

Antonio melirik Tya beberapa saat. Lalu mengindahkan lirikannya lagi saat ternyata lirikannya bertabrakan dengan iris mata Tya.

***

"LO MAU NIKAH?!!"

Rasanya jantung Tya mau copot. Dia langsung melirik kanan kirinya yang memusatkan perhatian pada dia dan Qiara.

Berkat teriakan histeris sahabat Tya yang berlebihan dan menyebalkan ini.

"Qi, tolong 7 oktavnya di kontrol," geram Tya dengan giginya yang di tekan kuat namun dengan inotasi suara pelan.

"Gak bisa, Ty. Ini tuh berita yang menggemparkan seluruh dunia dan jagat raya."

Mohon di maklumi untuk seluruh yang melihat kelebayan Qiara ini. Maklumi saja ini sudah bawaan lahir.

"Gak usah lebay Lo."

"Ih, ini bukan lebay, Ty. Gue syok dengernya." Qiara memasang wajah terperangah lagi tidak percaya. Dia menarik nafas dalam.

"Selama perputaran orde baru dalam pemerintahan Indonesia ini, belum pernah gue liat Lo deket sama cowok. Entah udah berpuluh ribu kali purnama, gue belum pernah liat ada cowok yang ngejar elo. Dan udah ribuan malam Minggu, belum pernah gue liat elo di apelin sama cowok."

Qiara menjeda beberapa saat. "DAN SEKARANG!!! Demi tuhan! Lo di lamar dan bentar lagi mau nikah???"

Tya cuma bis diam, memasang wajah sengsara dan mengelus dada dengan segala ungkapan sahabatnya yang mana menang benar itu.

"Qi, bisa gak sih lo jangan deskripsi'in gini? Gue masih punya malu loh."

Qiara menggeleng histeris. "Ty! Lo satu-satunya temen gue dalam sejarah Padjajaran dan terbentuknya bumi semesta yang akan menikah! Lo bakal nikah mudah!"

I know!

Andai saja bukan sahabatnya, akan Tya tendang spesies seperti Qiara ini ke sumur di antartika.

"Gue aja yang paling cantik dan di sukai cowok-cowok ganteng ini masih belum merried. Tapi Lo udah. Ih, ngerasa di ambil deh gue garis finisnya!" gerutu Qiara dengan gaya alay lebaynya.

"Lo bisa diem gak sih? Gue gini-gini juga kepaksa tau. Lagian siapa yang mau nikah muda. Sekali nikah sama cowok gak jelas lagi. Kesel tau gak gue?"

"Cowok gak bener?"

"Lo tuh sebagai sahabat gue harusnya bikin gue bahagia dengan cara apa kek. Ini gue lagi sedih, Pe'a"

"Tunggu! Cowok gak bener gimana nih?"

Tya cuma bisa menggaruk kepalanya. Harusnya, dia tidak perlu curhat dengan Qiara. Ini sama saja dengan membuat cerita jadi panjang kali lebar. Pastinya Qiara akan kepo dengan keseluruhan isi ceritanya.

Harusnya tadi dia diam saja. Tapi mau bagaimana lagi. Satu-satunya teman dekat Tya cuma Qiara. Anak mamah yang satu ini teman paling tulus biarpun bobrok.

Akhirnya Tya mencari alur cerita tercepat untuk menceritakan pada sahabatnya bagaimana bisa dia akan menikah.

Bersambung....

follow Instagram@kn_author19

KN_Authorcreators' thoughts