webnovel

My House Maid My Ex-Husband's

For 18+ & 21+ Namanya Araf Pria ganteng berpostur tubuh tinggi Atletis berusia 35 tahun, bekerja sebagai Polisi di Bagian Penanganan Mafia berpangkat Kolonel. Dia tidak pernah menyangka digugat cerai oleh Donna berusia 34 tahun istri tercintanya selama 16 tahun menikah. Hari itu setelah Dia menyelesaikan Tugas meringkus Ehsan El Sadud Mafia asal Timur Tengah, menerima keputusan Hakim bercerai dari Donna. Sungguh pahit dirasa Araf digugat cerai Donna. Persoalan Gugatan Cerai Donna adalah Donna tidak bisa lagi mentoleransi Araf yang penghasilannya sedikit dibanding Dia yang CEO dari Tanidy Boutique Perusahaan Fashion berskala International. Padahal tanpa Donna tahu, Araf punya Perusahaan berskala International juga yaitu NMI Company. Araf bekerja sebagai Polisi demi menyenangkan Almarhum Sugeng Ayahnya yang juga Polisi berpangkat Kolonel. Untungnya Donna tetap memberi izin ke Dia untuk berkomunikasi sama ketiga anak Mereka yaitu Nita, Dido, dan Tami. Sementara Donna baru bercerai dari Araf sudah jalan dengan Edoardo Pria gagah macho yang konon katanya tajir melintir. Araf sangat kesal mengetahui ini. Namun Danang dan Altar kedua sahabatnya tiada lelah meredakan kekesalannya. Sepeninggalan Araf, Donna keteteran mengurus ketiga anak Mereka dan Rumah, sebab ketiga ART-nya mendadak minta berhenti kerja. Selama ini meski Araf sibuk sebagai Polisi, namun Araf mampu mengurus ketiga anak Mereka dan Rumah, dibantu para ART Mereka. Donna pun membuka Iklan berisi mencari ART Plus-Plus di Koran dan Sosial Media. Danang membaca Iklan ini, segera memberitahu Araf, membujuk Araf agar mengambil Pekerjaan itu, toh Araf sudah biasa menyamar dalam bermacam karakter. Saat bersamaan Araf diberi tugas sama Letjen Risman untuk mengawasi gerak-gerik Edoardo yang diduga bekerjasama dengan Taher Albani Mafia asal Timur Tengah. Dan Edoardo menjadikan Donna sebagai Tamengnya. Apa yang terjadi selanjutnya?

Mira_Sahid · Urban
Not enough ratings
5 Chs

Bab 1 - Kegetiran Di Dalam Keberhasilan

Kediaman Ehsan El Sadud

Jakarta

Di luar Kediaman Ehsan El Sadud yang luar biasa mewah, tampak beberapa Mobil Polisi Khusus Penanganan Mafia sekelas Ehsan berhenti sedikit jauh dari Gerbang Kediaman tersebut. Lalu dari Mobil keluar para Polisi berseragam hitam-hitam yang dilengkapi dengan Rompi Anti Peluru, Bom, da Api. Mereka juga memegang Senjata Api ditangan.

Beralih ke dalam Rumah, tampak di Ruang Keluarga yang super Luxury nan kemilauan, Araf Kolonel Polisi Penanganan Mafia sedang melakukan pengecekan atas beberapa Senjata Api model Senapan Mesin yang dipakai untuk Berperang. Araf di sini menyamar sebagai Tuan Justio Mafia asal Italy yang membeli Senjata-Senjata itu untuk Pasukannya menteror Indonesia dalam waktu dekat katanya. Biar seperti Palestina.

Selain Araf, ada Ranto Assistennya dan Fina Sekretarisnya di NMI Company Perusahaan Pribadinya yang berskala International. Araf sebenarnya menjadi Polisi hanya demi menyenangkan Almarhum Sugeng Ayahnya yang juga Polisi berpangkat Kolonel. Di luar itu, Araf mendirikan dan mengembangkan NMI Company Perusahaan yang bergerak dibidang Bisnis Furniture, Property, dan beberapa lainnya.

Tapi kemampuan Araf di Kepolisian sangat bagus, terutama untuk menanganin Mafia semodel Ehsan El Sadud ini. Sehingga Dia selalu mendapat tugas penting dari Kepolisian Pusat untuk menanganin para Mafia Luar Negeri yang selalu mondok di Indonesia ini.

"Bagaimana, Tuan Justio?" tanya Ehsan El Sadud dengan berbahasa Inggris yang sudah diterjemahkan di sini. "Tidak mengecewakan bukan?" tanyanya ke Araf yang masih meneliti tiap Senjata yang dijembreng di atas Meja Panjang oleh anak buah Ehsan El Sadud.

"Secara phisik semuanya bagus." Sahut Araf yang sangat paham mengenai Senjata Api, "Bisa Saya mencobanya dulu?" tanyanya juga berbahasa Inggris yang sudah diterjemahkan di sini.

"Tentu saja bisa." Ehsan El Sadud menyanggupin permintaan Araf ini, sebab dari awal, Dia menilai Araf Mafia muda yang hebat. Apalagi Araf punya Perusahaan berskala International yang memiliki Jaringan Bisnis hingga ke Mancanegara. Penampilan Araf pun sangat elegan, khas Mafia muda seperti di Film-Film Action bergenre Mafia. "Mari silahkan Kita ke Tempat Latihan untuk mencoba Senjata-Senjata ini." Diminta Araf ikut dengannya ke Tempat Latihan yang ada di belakang Rumah Mewah ini.

Araf menganggukan kepala, lalu membawa Senjata ditangannya, dan mengikutin Ehsan El Sadad. Ranto dan Fina mengikutinya bersama Fauzi Assisten Ehsan dan beberapa Ajudan Ehsan.

Kembali keluar Rumah ini, tampak Kolonel Danang sahabat karib Araf memberi isyarat ke para Polisi untuk masuk dan menyebar ke semua penjuru rumah. Dan jika bertemu anak buah Ehsan El Sadud, jangan ragu untuk menghabisinya. Para Polisi tersebut yang gabungan dari Kepolisian Indonesia dan Amerika dengan gesit melaksanakan instruksi isyarat dari Danang. Mereka memanjat Pagar Rumah dan Tembok, dan masuk menyebar ke Penjuru Rumah.

Saat bertemu Anak Buah Ehsan El Sadud, Mereka tidak segan menghabisinya dengan Senjata Api ditangan yang tidak mengeluarkan suara bising. Mereka pun dengan cekatan berhasil masuk ke dalam Rumah, dikepung seluruh penjuru Rumah ini.

Kembali ke Araf, saat ini membidikan Senapan Mesin ke beberapa model sasaran Tembak. Telinganya yang diberi Alat Komunikasi rahasia mendengar Danang memberi informasi bahwa Mereka sudah mengepung rapat Rumah ini. Danang juga sudah menyuruh Pasukan Mereka untuk ke Tempat Latihan demi membantu Araf, Ranto, dan Fina meringkus Ehsan El Sadud.

Mata Araf saat ini bukan hanya tertuju ke Sasaran Tembak, tapi juga ke sekitarnya, mencari rekan-rekannya yang dikirim Danang. Tampak olehnya di beberapa titik, ada Snipper yang adalah rekan-rekannya sendiri.

Lalu Araf perlahan menembakan Senapan tersebut..

DOR-DOR-DOR-DOR..

Terdengar suara Mesin Senapan yang memekakan Telinga, dan semua Peluru yang dimuntahkan Araf dari Senapan tersebut tepat mengenai semua Sasaran Tembak.

Ehsan El Sadud melihat ini bertepuk tangan, merasa Araf hebat dalam menggunakan Senjata Api.

"Amazing Tuan Justio!" serunya kagum melihat kemampuan Araf ini, "Anda sungguh mengesankan Saya!" Dia tampak senang memuji Araf yang tersenyum ala James Bond yang berhasil mengelabui Musuh dengan kemampuannya. "Anda layak disebut James Bondnya Indonesia ini!" dia pun memberi Gelar untuk Araf yaitu James Bondnya Indonesia.

"Terima kasih Tuan Ehsan." Araf mengucapkan terima kasih dengan gaya ala James Bond, menyalami tangan Ehsan El Sadud, "Saya tidak layak disebut sebagai James Bond, sebab Saya hanya Justio Alacape Pujion* (*bacanya Ala Cape Pujian ya) yang sangat ingin Italy* (*semua ini hanya kisah fiksi ya, mohon bijak dalam membaca) kelak menguasai Indonesia seperti dulu yang didapat Belanda di Zaman Penjajahan di Indonesia."

"Pasti bisa Anda mewujudkannya." Ehsan El Sadud menepuk sekali Pundak Kanan Araf, "Anda masih muda dan punya kemampuan luar biasa. Tidak ada yang tidak bisa Anda wujudkan dari apa yang Anda inginkan. Saya mendukung Anda sepenuhnya."

"Terima kasih." Araf tersenyum, "Mari Kita kembali ke dalam untuk melanjutkan Transaksi."

"Tentu saja, tentu saja." Ehsan El Sadud tersenyum, 'Andai saja Justio belum beristri, Aku pasti menjodohkan Elanor putri semata wayangku yang perawan cantik itu dengannya. Aku yakin adanya Justio dalam keluargaku, pergerakanku dalam Jual Beli Senjata semakin meningkat. Lalu juga Perusahaan Kilang Minyakku bisa maju sebab Justio jago mengelola Bisnis besar.'

Halah dasar Mafia, tidak bisa melihat Pria ganteng model Araf, langsung kepengen menjodohkan dengan anaknya yang ini, yang itu..

'Ah tapi tidak ada salahnya,' Ehsan El Sadud mengamatin Araf, 'Pria yang sudah menikah punya istri lain. Malah bagus kan. Apalagi Justio Mafia muda, masa hanya beristri satu. Kuno itu.' Kekehnya punya niat nakal agar Araf beristri Dua, jadi lebih keren kan sebagai Mafia muda. Mafia mana sih yang tidak banyak istri?

Ehsan El Sadud lalu membawa Araf dan rombongan kembali ke dalam. Tanpa disadarinya, anak buahnya satu persatu dilumpuhkan Snipper dengan Peluru Bius, dan tergeletak di Lantai. Hanya tersisa Fauzi saja bersamanya.

"Ah ya, Tuan Justio." Ehsan El Sadud kembali mengajak Araf ngobrol, "Bagaimana kalo setelah Transaksi ini, Saya undang Anda untuk Dinner bersama Saya dan Putri Saya Elanor. Ayolah agar Kita bisa tetap menjalin silaturahmi, kalo kata Orang Indonesia begitu." Dia mulai menyinggung nama Elanor Putrinya.

"Dengan senang hati Saya menerimanya, Tuan." Sahut Araf masih bergaya James Bond yang tidak berkeberatan menerima Undangan Dinner dari Musuhnya. "Maaf, apa Elanor sudah berkeluarga?"

"Hehehe?" kekeh Ehsan El Sadud dengan senyum geli, "Kalo sudah berkeluarga, untuk apa Saya mengadakan Dinner itu? Saya ingin Anda mengenalnya. Dia itu sangat cantik, cerdas, dan seksi. Pas untuk Anda yang ganteng ini."

TUING-TUING..

Araf mengerucutkan bibirnya, 'Gue pancing keluarkan Udang dalam Bakwannya? Ketahuan Elo pengen ngejodohin Gue ama Anak elo.'

Ranto mendengar ini, pelan ke dekat Araf, bisik,

"Tuan, ngga masalah dijodohin. Kan bentar lagi Tuan resmi pisah sama Nyonya Donna. Mayan kan Tuan, hilang satu, dapat yang baru." Ujarnya setuju sama niatan Ehsan El Sadud ini.

TUING-TUING

Araf kembali mengerucutkan bibirnya, pengen dijitak Jidat Ranto yang konyol ini. Mentang-mentang Araf digugat cerai sama Donna Sang Istri tercintanya selama 16 tahun ini, Ranto main memintanya setuju dijodohkan Ehsan El Sadud dengan Elanor Putri Ehsan El Sadud.

Fina lalu ke dekat Araf, bisik juga,

"Tuan, Mas Ranto betul tuh. Daripada jadi Duda, mendingan beristri setelah digugat Cerai sama Nyonya." Fina pun sama konyolnya dengan Ranto, mengomporin Araf untuk mengambil Peluang Emas itu.

TUING-TUING

Araf kembali mengerucutkan bibirnya, bertambah gemas, karena Fina pun sama konyolnya dengan Ranto. Dan sebetulnya Ranto menjadi konyol sejak memacarin Fina yang konyol.

Lalu mereka sampai di Ruang Tengah. Duduk bersama di Sofa. Fauzi segera menaruh Berkas-Berkas Perjanjian Transaksi ke Meja tepat menghadap Araf. Araf memberikan Senapan ditangannya ke Ranto, lalumengambil berkas-berkas tersebut yang terjilid rapih, dipelajai sejenak. Kemudian mengeluarkan Pulpen dari Saku atas Suitnya yang keren banget. Ditandatanganin, dan setelah selesai, berdiri, dirobek Jilidan Berkas dengan sekali tarikan kedua tangannya yang kekar dan kuat.

SREK-SREK

Kemudian dilempar ke udara. Ini adalah tanda darinya untuk semua rekan-rekannya agar meringkus Ehsan El Sadud.

"Tuan Justio?!" Ehsan El Sadud terkejut melihat action Araf ini, "Kenapa Anda sobek? Apakah isinya tidak sesuai dengan keinginan Anda? Saya bisa bikin u.."

Araf tidak memberi kesempatan Ehsan El Sadud melanjutkan perkataannya, dengan gesit menarik keluar Sepucuk Pistol dari salah satu Lengan Suitnya, dan ditodongkan ke Ehsan El Sadud tepat di tengah Kening Pria Mafia gagah ini yang mirip-mirip Antonio Banderas kalo sudah Lansia.

JLEB..

Ehsan El Sadud tersentak kaget dengan semua ini, ditatapnya Araf,

"Ada apa ini Tuan Justio?" tanyanya tidak mengerti situasi yang terjadi saat ini.

Araf dengan tangan lain mengeluarkan Lencananya dari Saku dalam Suitnya, dipamerkan ke Ehsan El Sadud.

Ehsan El Sadud terperangah melihat Lencananya, dipandangnya Araf dengan tidak percaya.

"Tuan Ehsan, terima kasih undangan Dinnernya ya." Araf tersenyum sinis, "Nanti Saya siapkan untuk Anda di Penjara."

+++

Kediaman Keluarga Syafar

Ruang Kerja Araf

Araf tengah mengemasi barang-barangnya di Ruangan ini. Dia bersiap untuk meninggalkan Rumah Mewah yang sebenarnya dibangun dari kerja kerasnya mengelola Tanidy Boutique. Namun karena Dia mengatasnamakan Rumah ini dengan nama Donna Sang Istri, maka otomatis Dia tidak berhak tinggal di rumah ini setelah Gugatan Cerai Donna dikabulkan Pengadilan Agama.

TOK..TOK..

Pintu Ruangan ini diketuk dari luar oleh Ranto Assisten setianya.

"Masuk." Sahut Araf tanpa berhenti mengemasin barang-barangnya yang disusun dalam Kardus-Kardus kokoh.

Ranto segera masuk, sebab Pintu Ruangan terbuka lebar. Ditangan Ranto terpegang beberapa Map berisi Dokumen-Dokumen penting. Mata Ranto lalu melihat Araf sedang apa. Dia menghela nafas pelan,

"Tuan."

"Ya Ranto?"

"Secepat ini Tuan mengemasi semua barang-barang Tuan? Pengadilan saja masih mempertimbangkan Pengajuan Gugatan Cerai yang Nyonya Donna tujukan ke Anda."

"Tidak mengapa." Araf berhenti bekerja, lalu duduk di Kursi Meja Kerjanya, "Duduk Ranto." Dia menunjuk Kursi di seberang Mejanya ini, minta Ranto duduk.

Ranto segera duduk. Ranto mengamati Araf yang bukan hanya berwajah gagah dengan postur badan atletis, pembawaan Araf sangat tenang. Araf tidak hanya cakap sebagai Polisi, tapi juga lihai dalam berbisnis dan memanagement Tanidy Boutique dan NMI Company.

Araf kini menyulut sebatang Cerutu mahal yang dibelinya dari Argentina, kemudian menikmatinya sambil memulai Miting sama Ranto.

"Ada laporan apa, No?"

"Pengadilan Agama masih meninjau Gugatan Cerai Nyonya Donna atas Anda. Alasan yang diajukan Nyonya Donna sangat mentah. Mengugat cerai Anda yang selama 16 tahun tidak memberinya dan ketiga anak Kalian nafkah yang mumpunin."

"Donna tahu ini?"

"Tahu Tuan. Pablo sudah menyampaikan ke Nyonya."

"Reaksi Donna?"

"Marah seperti biasa Tuan. Nyonya Donna pun tetap tidak mau dinasehatin Pablo agar menarik Gugatan Cerai itu, mengingat Tuan selama ini bekerja keras mengelola Tanidy Boutique, sehingga menjadi Perusahaan bertaraf International dengan Penghasilan fantastis. Dari sana lah Tuan menafkahin Nyonya dan ketiga anak kalian. Tapi Nyonya Donna tidak terima, Dia merasa Tuan menafkahin mereka dari Perusahaan milik Nyonya, bukan Perusahaan milik Tuan. Sama artinya Nyonya yang menafkahin keluarga ini."

Araf tersenyum mendengar semua ini. Teringat Dia saat baru 2 tahun mengelola PT. Nusantara milik Raden Sastrodijoyo Ayah Mertuanya, dimana Sang Ayah Mertua memanggilnya. Memintanya untuk mendukung Donna yang baru lulus dari Sekolah Desain Pakaian untuk punya Perusahaan sendiri. Raden Sastrodijoyo tahu kemampuan Araf dalam berbisnis dan memanagement Perusahaan sangat bagus, jadi hal yang mudah bagi Araf mewujudkan impian Donna.

Dan saat Perusahaan itu ada, Raden Sastrodijoyo minta Araf menjadi Presiden Director, Donna menjadi CEO. Araf pun melaksanakan permintaan Ayah Mertuanya, membangun Perusahaan yang bergerak di bidang Fashion yang diberi nama Tanidy Boutique. Saat Perusahaan berdiri, Araf mengatasnamakannya dengan nama Donna, dan dijadikan Donna sebagai CEO. Sementara Dia hanya mengambil posisi sebagai Advisor plus-plus.

Dia yang mengendalikan dan mengelola Tanidy Boutique, sedangkan Donna bekerja sesuai apa yang sudah Dia rancang. Dia pun mendorong Donna yang berhadapan sama Klien, Rekan Bisnis, dan Pemegang Saham. Sedangkan Dia mengawasi dari belakang. Kenapa Araf melakukan hal ini? Araf sadar bahwa Perusahaan itu dibangun dari Uang milik Raden Sastrodijoyo, maka yang berhak atas Perusahaan adalah Donna.

Kedua Araf tahu Donna ingin tampil memukau sebagai Pengusaha dan Desainer di muka Publik International, namun kemampuan Donna dalam berbisnis dan memanagement Perusahaan tidak sebaik Araf. Maka di dukungnya.

Sayangnya semua kebaikan cinta Araf dimata Donna sangat tidak menyenangkan. Donna merasa Araf tidak memberinya kesempatan mengembangkan kemampuan diri. Donna merasa kesal menjadi Boneka di Perusahaan miliknya sendiri, selain menerima penghasilan Araf yang sedikit tiap bulannya. Donna tidak terima kalo Perusahaan miliknya menafkahin keluarga mereka.

, "Tuan, apa tidak sebaiknya Tuan mengatakan bahwa punya Perusahaan sendiri selama ini?"

"Tidak perlu." Sahut Araf, "Perusahaan milikku tidak perlu Donna ketahuin. Sebab itu tabunganku untuk mereka, di saat kelak Aku lebih dulu meninggal." Dimatikan Cerutu ditangannya yang hanya tiga dihisapnya ke Asbak di meja, "Ada laporan apalagi Ranto?" dia tahu Ranto ada Laporan lain.

"Elbe Manufactor menolak Proposal yang diajukan Nyonya Donna."

"Sudah kuperkirakan itu, sebab Elbe Manufactor sudah menerima Order dari Cassanova yang juga ambil bagian dari Fashion Winter Show 3 bulan lagi di Milan."

"Lalu bagaimana Tuan? Nyonya Donna sangat ingin desain-desainnya diproduksi Elbe Manufactor agar bisa mengalahkan Cassanova."

"Biarkan saja Donna mencari jalannya sendiri sesuai yang diinginkan selama ini."

"Tapi Nyonya Donna tidak mengerti gimana mendapat jalan untuk masalah itu."

"Dia akan belajar dari apa yang diinginkannya."

"Tuan sakit hati ya sama keputusan Nyonya untuk bercerai?"

"Dia benar, tidak seharusnya Saya menjadikannya Boneka di Perusahaan miliknya. Jadi mulai sekarang biarkan dia mandiri mengelola Tanidy Boutique."

"Kalo Nyonya terjeblos gimana?"

"Dia harus mampu bangkit dengan kemampuannya sendiri."

"Tuan sudah hilang cinta sepertinya ke Nyonya."

"Ranto, Donna satu-satunya perempuan yang kucinta untuk selamanya." Araf mengambil sebatang Cerutu baru, dinyalakannya, lalu, "Akibat terlalu mencintainya, Aku membuat kemampuannya tidak berkembang dalam mengelola Perusahaan miliknya. Sementara Dia ingin Dunia tahu punya kemampuan mengelola Perusahaan miliknya, seperti teman-teman Sosialitanya"

"Teman-teman yang menyesatkan semua itu, Tuan."

+++

Ruangan Donna

Kantor Pusat Tanidy Boutique

Donna memijat-pijat ringan keningnya. Dia terasa penat berpikir, sebab beberapa hal buntu jalan keluarnya. Biasanya ada Araf yang cepat menolongnya. Namun kali ini Araf membiarkan Dia menemukan jalan keluar sendiri sesuai yang Dia inginkan dari Araf.

DRRTTT Ponsel di meja Kerjanya ini bergetar, masuk pesan.

Donna dengan satu tangan mengambil Ponsel itu, dilihat pesan masuk yang entah dari siapa. Ada 2 Perusahaan Manufactor sekelas Elbe Manufactor yang bisa Donna pilih untuk memproduksi Desain-Desain Donna untuk Fashion Winter Show di Milan. Donna mendengus, pasti ini kerjaan Mas Araf. Dia kesal karena Araf masih menolong mencarikan jalan baginya. Tapi Dia lega juga, sebab ada jalan keluar.

Donna kemudian membuka dan mempelajari Company Profiel 2 Perusahaan tersebut yang memang dari Araf. Meski Araf mengatakan membiarkan Donna mencari jalannya sendiri, namun sebagai suami, Araf tetap mencarikan jalan untuk Donna. Tidak perduli mereka segera bercerai. Sudah bercerai pun Araf tetap membimbing Donna agar mandiri mengelola Tanidy Boutique.

Lalu masuk lagi pesan entah dari mananya ke Ponsel Donna. Donna mengalihkan sejenak ke pesan yang masuk tersebut. Ternyata Surat Panggilan dari Pengadilan Agama yang menyetujui Gugatan Cerainya, dan segera Donna ikut Sidang.

Donna menghela nafas, Mas Araf lagi yang bikin Pengadilan Agama menyetujui Gugatan Ceraiku.

+ TO BE CONTINUE +