1 Rencana perjodohan yang tak di inginkan

Di sebuah rumah mewah milik keluarga Chen. mantan seorang mafia terkenal dan paling di takuti di seluruh penjuru kota. Namun, di balik dengan kekuasaannya, dia tidak memiliki anak. Dan dia memilih merawat anak adiknya, seorang wanita cantik yang dulunya sangat lucu, lugu, dan nakal. Kini sudah tumbuh menjadi wanita dewasa.

Rumah bernuansa putih, dengan pintu berwarna coklat berukiran klasik kuno. Seorang wanita cantik terlihat sangat gusrah. Berdiri di atas balkon kamarnya, wajahnya muram, mengkerut. pandnagan matajya tertuju pada sebuah kertas bertuliskan tinta hitam yang ada dalam cengkeramannnya.

Kali ini dia mendapatkan surat daro orang tua kandungnya. Jika dia akan segera menikah dengan seorang laki-laki teman dari orang tuanya dulu.

=======

Kenapa? Mereka tidak pernah memperdulikan aku lagi. Sekarang akan menikahkanku dengannya. Aku tidak tahu siapa dia, tapi ini tidak adil. Aku tidak bisa tinggal diam.

Dia mecengkeram kertas di tangannya. Melemparkan ke sembarang arah penuh kekesalan.

"Arrggg...." teriaknya menggema.

Sampai kapan aku di sini? Aku sudah bosan. Aku ingin melihat dunia luar, yang katanya sangat indah. Aku ingin seperti anak lainya bisa keluar masuk ke kota." decak kesal Queen.

Queen Debora Alexander. Seorang wanita cantik dengan rambut panjang berombak miliknya. Wajah mungil kuoit putih seperti salju, dengan bibi seksinya, di hiasi dengan mata coklat membuat dia semakin sempurna. Tak ada laki-laki yang tidak jatuh cinta di saat melihatnya.

Tetapi dalam lingkungannya yang jauh dari kota. Dia tidak kenal yang namanya cinta. Dia terkenal sangat tomboy dalam keluarganya. Queen anak dari Alexander dan Bella Nindya. Orang tua mereka berkecimpung dalam dunia mafia. Hanya karena kekuasaan dan tidak mau jika anaknya di ketahui publik. Dia menyembunyikan anaknya di rumah kakaknya Chen. Dan mengurung dia selama puluhan tahun. Bahkan sampai usianya sudah menginjak 17 tahun.

Queen wanita cantik berambut berombak sedikit pirang itu. Dengan hidung mungilnya. Dia wanita tangguh yang ahli dalam berbagai hal olahraga. Orang tua dan Om nya, serta tantenya, mengajarkan semuanya keahliannya padanya. Dia ingin dia saat keluar menjadi wanita sesungguhnya di dunia nyata. Maka harus siap untuk menjaga dirinya sendiri.

========

"Queen, apa kamu di dalam?" suara seorang wanita itu membuyarkan ucapannya. Dia menoleh ke belakang. Melihat pintu kamarnya, mengernyitkan matanya mencoba menebak siapa yang datang.

"Pasti mama," gumam Queen lirih, sembari menghela napasnya kesal.

"Siapa?" teriaknya.

"Ini mama, mama ingin bicara sama kamu. Dan semua orang juga sudah menunggu di luar,"

Queen memutar matanya malas. Aku yakin jika dia akan menikahkan ku. Sudah aku duga itu. Meski aku bilang aku gak mau di jodohkan. Tetap saja ngotot.

Wanita ber-mata coklat itu berjalan dengan langkah ringan mendekati pintu.

"Bicara tentang apa? Kalau ingin bicara tentang kapan aku bisa ke kota, maka aku akan segera turun."

"Iya, memang tentang itu."

Queen tersenyum sumringah, tanpa banyak bicara dia bergegas turun penuh semangat. Membuka pintunya, dan berlari menuruni anak tangga. Sedangkan mamanya hanya diam dengan mulut menganga melihat anaknya yang secepat kilat turun.

"Dasar, anak muda!" Bella menggelengkan kepalanya "Sekarang kamu memang sedikit bandel, ya." lanjut Bella tak menyangka jika anak sudah mulai tumbuh dewasa.

----00-----

"Hey.. Jelek.." sapa seorang laki-laki tampan yang berjalan menghampirinya. Iya, dia adalah Felix adik Queen yang sangat jahil dan juga nakal baginya. Jarak umur mereka 2 tahun. Jika saling bertemu mereka selalu berantem dan tidak pernah sama sekali akur.

Queen berkacak pinggang, memelotot tajam ke arah Felix.

"Eh.. Pakai kaca dulu, siapa yang jelek." umpatnya kesal.

"Aku sudah berkali-kali ngaca. Tapi wajah aku tetap saja..." Felix mengusap rambut depannya ke belakang sok tampan.

"Tetap apa?" tanya Queen penasaran. "Pasti tetap Jelek. Emang dasarnya kamu jelek." tegas Queen.

"Tetap tampan!" Felix menarik ke dua alisnya bersamaan. "Seakan ketampanan itu tidak mau hilang dari wajahnya."

Queen memutar matanya, menutup mulutnyayang seakan mau muntah kendengarnya. Ia berlagak seakan seperti memang benar-benar mau muntah. Dan tangan kiri memegang perutnya.

"Sepertinya aku mau muntah mendengar kata itu. Lebih baik aku pergi," ucap Queen beralasan. Mendorong bahu Felix menjauh darinya.

"Kak, jangan-jangan kamu hamil, ya." goda Felix dengan nada keras.

"Dasar gila!" balas Queen meninggikan suaranya.

Queen dan adiknya memang tidak pernah mau berdamai. Setiap bertemu selalu saja ada hal yang selalu di buat untuk berdebat.

"Queen, kemarilah!" panggil seorang laki-laki yang masih terlihat muda. Duduk santai menyambut kedatangan anaknya.

Queen berlari mendekati papanya, melirik sekilas ke arah adiknya yang menatap dengan cibiran mengejek ke arahnya. Dan dia hanya menatap tajam, memelototi adiknya.

Chen duduk di sofa di temani para tamu yang lainya. Semua berkumpul dengan wajah ceria menyambut kedewasaan Queen.

"Ada apa, yah?" tanya Queen pada Chen ayah angkatnya. "Apa ada hal penting? Atau aku akan pergi ke kota?"

Alexander tersenyum tipis. Menatap anaknya yang baru dia lihatnya itu, sudah tumbuh menjadi wanita cantik. Dia begitu cantik dengan tampilan yang bisa di bilang seperti anak laki-laki. Dengan rambut di kepang satu ke atas.

"Kamu duduklah!!" pinta Alexander, yang berada tepat di samping Chen kakaknya.

"Ada apa?" tanyanya datar. Ke dua matanya berkeliling menatap sekitarnya wajah mereka semua nampak sangat serius. Membuat Queen merasa ragu, jika dirinya bisa keluar dari rumah itu. Perasaan yang semula senang berubah menjadi perasaan ragu untuk terus melangkahkan ke depan.

Chen menghela napasnya,

"Kita berencana untuk menikahkan kamu," ucap Chen. Saat melihat Queen sudah duduk tegap meski dengan pandangan sedikit cemberut.

Queen memincingkan matanya? Menggelengkan kepalanya tidak percaya.

"Menikah? Aku masih terlalu muda untuk menikah," Queen mencoba mengutarakan isi hatinya.

"Apa kamu ingin keluar dari kota ini?" tanya Alexsander memastikan.

"Iya, aku ingin hidup seperti anak lainya. Bisa sekolah dan lain-lain,"

"Jika kamu ingin keluar dari dunia persembunyian kamu. Maka kamu harus menikah," jelas Lian yin. Queen mengangkat kepalanya menatap papanya. Seakan dengan wajah memohon. Entah apa yang ada dalam pikirannya. Semua orang merahasiakan semuanya.

"Ta--"

"Aku tahu kamu pasti akan mengucapkan kata penolakan. Tapi ini tidak ada pilihan lain, sekarang aku mau kamu menikah dengan anak dari teman papa." potong Chen cepat tanpa memberi sela Queen mengelak.

Queen mengerutkan keningnya. Sembari manatap tajam ke arah papanya. Dia menoleh perlahan ke arah Delano yang duduk di samping Fernando orang tuanya. Dia tersenyum menatapnya. Dia memberikan semangat untuknya.

"Terserah!" ucapnya beranjak berdiri. Menghentakkan kakinya, berlari masuk ke dalam kamarnya.

Braakkkk....

Suara pintu tertutup keras membuat semuanya terkejut.

"Biarkan aku yang bicara dengan, Queen." Bella beranjak dari duduknya.

"Biar saya saja tente," saut Delano teman kecil Queen.

"Baiklah! Cepat bujuk dia,"

"Aku benci semuanya. Gak ada yang pernah tahu perasaanku," decak kesal Queen, menutup pintunya rapat-rapat. Dia menangis sejadi-jadinya menyandarkan punggungnya di pintu, hingga perlahan tubuhnya turun duduk di lantai.

Aku tidak mau menikah, ku tidak mau. Aku ingin hidup bebas. Kenapa semuanya tidak ada hal yang lebih bahagia lagi dari ini semuanya.

Delano berlari mengejar Queen, hingga dia yang pandai membuka pintu yang terkunci dengan berbangga caranya. Perlahan bisa membuka pintunya. Tatapannya tertentu pada Queen yang sedang menangis tersungkur duduk di lantai.

"Queen," laki-kaki itu duduk di sampingnya. Memegang ke dua tanganya.

"Tinggalkan aku, Sendiri! Delano,"

"Gak, akan. Aku akan tetap di sini. Dan aku akan tetap menunggu semua bisa berubah." Queen memeluk ke dua kakinya. Menyembunyikan wajahnya di paha putih yang terekspose bebas.

"Apa kamu punya laki-laki lain, yang kamu cintai" tatapan mata Delano seakan menyembunyikan rasa darinya.

avataravatar
Next chapter