Pak Aldo menerimanya dengan wajah yang bingung. "Apa isinya?" tanyanya.
"Jadi, saat saya hendak membuang sampah, saya menemukan ini dan karena penasaran, saya melihat isi flashdisk tersebut siapa tahu ada yang penting. Dan benar saja, isinya adalah soal ujian yang diselenggarakan dua hari yang lalu beserta jawaban lengkapnya." Amora tersenyum melihatku. "Aku mendengar masalah ini dan kurasa May memang mempelajarinya dari sana."
Apa-apaan dia? Jelas-jelas dia yang memberikan flashdisk itu kepadaku. Kenapa ia mengarang cerita?
"Amora, kenapa kamu ...."
"Maaf, May, tapi sekolah ini tidak akan meluluskan para murid yang berlaku curang," sela Amora. Ia tersenyum licik kepadaku.
"Bapak akan memberikanmu pilihan. Kamu mau seluruh nilai ujianmu diberi nol atau seluruh kegiatanmu di sekolah akan diawasi oleh Gabriel sampai lulus?"
Diawasi Gabriel? Aku melihat ke arah pria itu yang kebetulan sedang melihatku. Aku segera mengalihkan pandangan.
"Pak Aldo, untuk kasus seperti ini, apakah tidak diberi nilai nol saja? Ini' kan namanya pembajakan," sahut Amora dengan nada protes. Sepertinya ia tidak terima karena aku diberi pilihan akan diawasi oleh Gabriel.
"Sekolah Bapak, peraturan Bapak," tegas Pak Aldo. Jawaban itu membuat Amora terdiam, tidak bisa berkata-kata. Beliau melihat ke arahku. "Dan pilihanmu?" tanyanya.
"Yang kedua, pak," jawabku pasrah. Aku tidak bisa mendapat seluruh nilai ujianku nol. Itu akan membuat namaku tercoreng. Lagipula, diawasi oleh Gabriel' kan hanya saat di sekolah, jadi aku tidak perlu bersama dengannya lebih lama.
"Baik, kalian bisa keluar sekarang. Bapak ingin berbicara dengan Gabriel sebentar," ijin Pak Aldo.
Aku dan Amora berjalan pergi meninggalkan ruang kepala sekolah. Setelah Amora menutup pintu, aku langsung menghujaninya dengan pertanyaan.
"Kamu kenapa berbohong? Bukankah flashdisk itu darimu? Kamu' kan juga menyuruhku untuk membuang flashdisk itu setelah mempelajarinya, tapi kenapa kamu bilang seakan-akan kamu tidak tahu apa-apa? Kamu pasti sengaja' kan membuat nilai ujianmu rendah agar tidak dicurigai?"
"Wow, santai saja." Amora tersenyum licik. "Itu semua memang rencanaku dari awal dan aku tidak menyangka akan berhasil," ceritanya.
"Kamu ini jahat sekali ...," lirihku.
Amora menghela nafas. "Sebenarnya aku kesal karena kamu memilih yang kedua dari pilihan Pak Aldi, tapi, ya, kamu tahu' kan kalau aku tidak akan melepasmu begitu saja?" Ia tersenyum tipis lalu berjalan menyenggol bahuku sebelum ia berjalan pergi.
♛♛♛
Tadi aku sudah mengobrol pada Visera, bercerita kalau aku selama ujian sudah tahu jawabannya dari Amora. Kupikir Visera akan marah, tapi ia malah menepuk pundakku dan menyemangatiku. Seharusnya aku tidak berbohong padanya sejak awal ....
Sekarang, aku pulang dengan Gabriel. Sebenarnya aku benar-benar tidak mau, tapi, ya, karena ini perintah Pak Aldo, mau bagaimana lagi. Memang nilai ujianku tidak nol, tapi bersama dengan pria ini sangat menyiksaku. Harusnya aku tidak menerima pemberian Amora waktu itu. Aku benar-benar bodoh ....
"Aku percaya kalau kamu tidak akan melakukan hal seperti itu." Sejak tadi hanya ada keheningan antara diriku dengan Gabriel. Sekarang, karena lampu merah yang sangat lama ini, ia bicara untuk memecah keheningan.
"Sudahlah, apa yang sudah terjadi, terjadilah." Aku berusaha menahan diriku agar tidak melihat ke arah Gabriel.
"Sampai kapan kamu akan bersikap seperti ini kepadaku? Sampai kapan kamu akan berbicara seolah-olah ingin menghindariku?"
"Nyatanya aku di sini dan tidak mencoba lari."
"Ya, karena perintah Pak Aldo."
Ugh, lampu merahnya lama sekali. Tiga puluh detik lagi, ayo, cepatlah. Semakin aku bersikap ketus padanya, perasaanku padanya sejak kecil akan muncul lagi dan itu tidak boleh terjadi. Karena aku sangat yakin ia tidak menyukaiku.
Lampu lalu lintas sudah kembali hijau dan aku berjalan lebih dulu untuk menghindari pertanyaan Gabriel.
♛♛♛
"Rumahku di dekat lapangan. Kamu bisa pulang sekarang."
"Kata Pak Aldo aku harus mengantarmu sampai depan rumah," jelas Gabriel.
Ugh, masa bodoh dengan semua ini. Aku menghela nafas. Hanya sampai depan rumah ... hanya sampai depan rumah.
♛♛♛
Aku memasuki pagar rumah disusul Gabriel. Setelah aku membuka kunci rumah, aku akan segera masuk dan bisa bebas darinya.
"Mamamu tidak ada di rumah?"
"Tidak, sedang pergi ke Toko Tian membeli bahan-bahan untuk membuat kue," jawabku. Aduh, sepertinya aku menjawab terlalu panjang.
Yosh, pintu rumahku sudah terbuka. Setelah ini aku bisa tidur.
"Aku ingin tidur, kamu bisa pulang sekarang." Tanpa melihat ke arah Gabriel, aku melangkahkan kakiku masuk.
Namun, saat baru berjalan satu langkah, aku merasakan seseorang menahan pergelanganku.
"Kalau aku mendapat bukti bahwa bukan kamu yang melakukannnya, maukah kamu mendengar penjelasanku?"
♛♛♛